Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Riwayat si tukang cerita

Sekilas tentang arswendo atmowiloto, 32, yang melahirkan tokoh kiki & komplotannya dalam majalah remaja "hai". banyak menulis cerita remaja.

21 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KIKI mungkin tak akan pernah lahir, andai saja 'bapak'nya mempunyai sekedar biaya untuk pergi ke Bandung. Arswendo Atmowiloto, 32 tahun, orang Solo satu dari dua orang lulusan SMA se-Provinsi Ja-Teng yang diterima di Akademi Postel Bandung, 1968, ternyata tak bisa ke Bandung pada waktunya, karena tak punya uang. "Waktu itu saya sedih sekali," katanya. Tapi anak muda yang wajahnya selalu nampak gembira ini, yang ayahnya meninggal waktu ia masih 5 tahun, tak hanya bersedih. Gagal melanjutkan sekolah, ia menengok bakat menulisnya -- setelah sebelumnya ia berusaha kerja apa saja, termasuk menjadi penjaga sebuah pabrik bihun dan pemungut bola tenis. Sejumlah cerita pendek, terutama dalam bahasa Jawa kemudian muncul dari tangannya, kebanyakan ditampung di majalah bahasa Jawa Mekarsari "Yogyakarta. Dan hidupnya kemudian agak teratur setelah sebuah koran mingguan Dharma Kanda terbit di Solo dan Arswendo masuk sebagai salah seorang wartawannya. Sampai kemudian anak ketiga dari enam bersaudara ini tahu, bahwa mengandalkan koran daerah sembari menulis cerita, hidup pun bagaikan sawah tadah hujan -- apalagi setelah ia menikah, 1971. Maka dia pun menengok Jakarta. Kebetulan ada panggilan dari sahabatnya sastrawan Julius Sijaranamual. Ceritanya, 1973 Julius mendirikan majalah humor Astaga, dan ia minta Arswendo menjadi wakil pemimpin redaksi. Pindahlah Arswendo ke ibukota. Apa boleh buat, majalah itu tak berusia panjang. Kemudian kelompok harian Kompas yang waktu itu mempunyai majalah Midi, menerimanya. Tapi, pun majalah remaja ini tak berusia panjang. Matinya Midi melahirkan Hai, majalah remaja juga. Dalam Hai inilah Arswendo melahirkan Kiki dan Komplotannya. Persisnya gagasan awalnya dicetuskan oleh rekannya yang kepengin ada cerita dengan tokoh cewek. Arswendo setelah lulus dari SMA mengaku tak pernah menengok suasana sekolah. Toh, Kiki hidup dengan lancar dan wajar. "Bahkan ada surat pembaca yang mengatakan suasana sekolah Kiki kok seperti suasana SMAN II Solo," tutur Arswendo yang memang lulusan SMAN II Solo. "Padahal itu tak saya sengaja. Saya bercerita begitu saja." Detektif Jawa Adapun Imung, detektif cilik yang juga menjadi cerita serial di Hai, sebenarnya telah diciptakan Arswendo sebelum ada majalah remaja itu. Dan jauh sebelumnya, akhir tahun 60-an ia telah menulis cerita detektif bersambung dalam bahasa Jawa di majalah Mekarsari ia mengaku banyak membaca cerita detektif dari Agatha Christie. Juga suka sekali mengikuti Sherlock Holmes. "Tapi yang saya sukai cerita detektif bahasa Jawa karangan Suparta Brata yang biasanya ada dalam majalah Panjebar Semangat," ujarnya. Sebenarnya tak hanya cerita remaja yang berhasil dilahirkannya. Tiga naskah dramanya memenangkan sayembara penulisan naskah drama Dewan Kesenian Jakarta (1972, 1974 & 1975). Ia pun dulu sering menulis cerita pendek di Mingguan Mahasiswa Indonesia, Bandung. Kini serial Kiki agak macet. Soalnya kini Kiki sudah lulus SMA "Kalau Kiki sebagai mahasiswa masih bertingkah seperti sewaktu di SMA, 'kan nggak lucu lagi," kata Arswendo. Itulah sebabnya, tak selalu Hai muncul dengan Kiki, akhir-akhir ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus