BENGAWAN Solo bukan hanya sebuah nama, tapi juga tempat mengalirnya harapan penderitaan, dan kenangan penduduk di daerah aliran sungai yang meliuk-liuk sepanjang 600 km di dua provinsi itu -- Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bengawan Solo, yan dulu disebut sang Mahardika, mulai mengalirkan harapan sejak Sultan Hadiwijaya mendayagunakannya sebagai jalur niaga sekitar empat abad lalu. Tapi, kadangkala sungai yang berhulu di Wonogiri itu juga meluapkan musibah. Pada 1863, misalnya Bengawan Solo merendam Kota Surakarta dengan limpahan air, yang menurut cerita orang-orang tua setinggi uceng mangan manggar (ikan kecil makan bunga kelapa). Banjir besar itu terjadi tak lama setelah pembabatan hutan di Wonogiri, yang diperuntukkan pemerintah kolonial Belanda sebagai kebun kopi. Pada 1897, ketika tanaman kopi dimusnahkan seiring penghapusan cultur stelsel, Bengawan Solo kembali merendam Surakarta. Jumlah korban dan kerugian, seperti juga pada banjir tiga dekade sebelumnya, tak tercatat. Setelah itu, Bengawan Solo selama hampir satu abad seperti jinak. Ia baru meluapkan amarah lagi dan menelan 1.500 rumah serta 90 nyawa pada 1966. Daerah Surakarta yang direndam Bengawan Solo, ketika itu, meliputi areal seluas 1.200 hektar. Tahun 1968 dan 1975 musibah datang lagi. Pada dua banjir terakhir, Bengawan Solo mengamuk tak tanggung-tanggung. Ia bahkan melalap daerah di sepanjang aliran sungai, seperti Madiun, Ngawi, sampai Bojonegoro. Maka, pada 1981, pemerintah membangun bendungan Gajahmungkur di Wonogiri, guna menjinakkan aliran air Bengawan Solo, sekaligus berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik dan irigasi. Sayangnya, daya tampung waduk hanya separuh dari kapasitas yang diperlukan untuk menampung luapan sungai. Maka upaya penanggulangan banjir tetap dilakukan. Saat ini misalnya, sedang dilakukan pelurusan dan pelebaran alur Bengawan Solo di daerah aliran yang sering terkena musibah. "Proyek yang akan selesai pada 1993 ini bisa membebaskan Kota Solo dan wilayah sepanjang aliran sungai dari banjir akibat meluapnya air Bengawan Solo," kata Ir. Sutanto, Kepala Staf Perencanaan Proyek Bengawan Solo. Tapi, sungai terpanjang di Pulau Jawa ini, yang bermuara di Gresik, tetap akan menggoreskan kenangan di hati banyak orang paling tidak bila sedang mendengarkan lagu Bengawan Solo, ciptaan Komponis Gesang, yang kondang sampai mancanegara itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini