Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sang bapak (rock) wafat

Bapak musik rock bill haley wafat dalam usia 55 th. ia bersama grupnya merekam lagu yang pertama, rocket 88, yang ternyata sebuah rock n'roll. tapi diakhirnya rocker-rocker yang lebih mudah mendesak namanya.

21 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMENTARA anak-anak muda memekik-mekik dan ajojing, dan hidup dalam musik berisik mereka sendiri, seorang separuh baya mati bungkem di ranjangnya di Texas, Amerika Serikat. Orang yang diketemukan tak bernyawa lagi awal pekan lalu itu adalah Bill Halley, 55 tahun. Dia (bukan Elvis Presley, bukan pula The Beatle yang kini dikeranjingi lagi), adalah perintis musik hingar bingar itu, rock. Setidaknya dialah perintis di permukaan yang dicatat namanya oleh sampul-sampul piringan hitam. Musik rock sendiri, seperti jazz, berkembang di lapisan yang tak disentuh opera atau pun musik kamar orang-orang hitam di bagian selatan Amerika. Musik dengan banyak otot ini telah berkembang di tahun 30-an. Bill Haley kemudian memungutnya. Tapi ia tak mengambilnya begitu saja. Pemusik lagu-lagu udik Amerika yang disebut country itu pada suatu hari mencoba sesuatu yang baru. "Kami memutuskan untuk menjajal satu gaya baru," kata Haley kemudian, "sebagian besar dengan menggunakan instrumen gesek, tapi entah bagaimana berhasil memperoleh efek suara yang sama seperti alat tiup." Dalam kesempatan lain ia juga mengatakan, "Kami mulai sebagai group country-western, kemudian The menambahkan rithme dan blues". Kombinasi R & B ditambah country-western, dan pop itulah gang kemudian jadi rock 'n' roll -- satu julukan buat musiknya, setelah orang memperhatikan bagaimana khalayak bergerak bak disihir oleh Bill Haley dewasa ini agak sukar membayangkan bagaimana Haley, yang sedikit kegemukan ini, yang berdasi kupu, dan tersenyum seperti petugas Humas perusahaan mobil, bisa bikin keranjingan ribuan anak muda. Tapi kenyataannya, Bill Haley dan grupnya Thee Comets, berjingkrak menular ke banyak sendi dan otot pertengahan kedua tahun 50-an. Bill dilahirkan di Higland Park, Michigan, dalam keluarga yang kuat dipengaruhi musik country. Di sekolah menengah ia copot dari kelasnya. Dalam umur 15 itu ia berkelana menyanyi. Di tahun 1951 ia menyebut grupnya Haley's Saddlemen. Dengan nama itulah grupnya merekam lagu mereka yang pertama, Rocket 88 -- yang ternyata sebuah rock 'n' roll yang pertama pula. Sebuah jenis musik, bagaikan seekor monster, sedang dalam proses. Tapi tak dengan serta merta. Dua puluh tujuh tahun yang lalu, rekamannya, Rock Around the Clock' dibuat. Tapi hasilnya nihil. Baru setahun kemudian musik ini menemukan jodohnya. Ia digunakan sebagai latar belakang film The Blackboard Jungle. Dalam film yang menyentuh pemberontakan remaja ini musik Haley menggetar efektif. Dia mendapatkan maknanya. Dan rekaman rock pertama itu jadi hit di banyak negeri. Beribu-ribu kali Haley dan grupnya memainkan Rock Around the Clock, tapi ia selalu berkata: "Betapa pun jeleknya sebuah pertunjukan pada suatu malam, aku senantiasa tahu bahwa lagu ini akan menarik kami melintas. Dialah keping emas kecilku." Kenangan itu nampaknya perlu. Bill Haley, bagaikan komet, melintas hanya sebentar. Di tahun 1956 muncul seorang sopir truk yang wajahnya tampan-tampan mesum, tapi beringas. Dia menyanyi dengan suara seperti dengus kambing jantan, dan pinggang bergoyang-goyang gayeng: Elvis Presley. Elvis jauh lebih sexy, lebih muda dan lebih punya kharisma ketimbang Bili Haley. Di Amerika, Haley bahkan terpojok oleh bintang-bintang seperti Little Richards, Fats Domino, Chuck Berry. Hanya di Eropa ia disambut gila. Suatu ketika di London penonton hampir saja menyerbunya -- sampai dia melagukan God Save The King dan publik diam. Tapi itu pun tak lama. Bapak musik rock dengan segera jadi bapak -- sementara musik ini menjadi musik anak belasan, setidaknya suatu pembuka bagi suatu masa ketika anak-anak remaja dapat menekankan musiknya sendiri. Di tahun 1968 ia mencoba kembali ke permukaan. Tapi gagal. Bertahun-tahun setelah itu ia tinggal tak banyak dikenal, menyendiri, di Lembah Rio Grande, bersama istrinya. Pekan lalu ia diam untuk selamalamanya. Lebih belakangan dari Elvis. Lebih belakangan dari John Lennon. Tapi mungkin tanpa memuja, kecuali obituari sejumlah penulis musik yang setengah melupakannya. See you later, alligator.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus