Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sang Pengasuh Dari Langit London

Sebuah sekuel yang baru diproduksi puluhan tahun setelah film pertama Mary Poppins meluncur.

5 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Emily Blunt (paling kanan) dalam Mary Poppin Return. IMDB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"There's a different point of view/Awaiting you/If you --would-- just look up"

ITU senandung Jack (Lin-Manuel Miranda), si penyulut lentera, di sebuah pagi penuh kabut di London. “Begitu beragam sudut pandang yang menanti, jika saja kau mau menjenguk langit….,” dia menyanyi tentang harapan sambil menyusuri jalan-jalan gelap London. Yang terjadi seketika adalah angin menghantam, layang-layang seorang anak terlepas jauh melesat ke awan, dan terkuaklah langit. Seorang perempuan berbaju biru meluncur dari langit dengan memegang payung yang terkembang.

Siapakah dia?

“Mary Poppins!” Michael Banks (Ben Whishaw) berseru girang. Dialah pengasuhnya dan pengasuh adiknya, Jane (Emily Mortimer), pada masa kecil mereka. Dia bukan sekadar pengasuh yang mengurus anak-anak, tapi juga mendidik dengan tegas sekaligus membawa mereka kepada dunia keajaiban yang selamanya akan melekat di benak generasi 1960-an dan 1970-an.

Mary Poppins pada masa tokoh Michael dan Jane Banks diperankan oleh aktris fenomenal Julie Andrews, sementara sekuel film ini ber-setting beberapa dekade setelah film pertama itu. Si kecil Michael kini adalah seorang bapak yang tengah berduka karena wafatnya sang istri. Segalanya berantakan dan dia didera utang besar dengan jaminan rumah besar keluarga Banks.

Di antara kekacauan hidup Michael, toh dia tetap dibantu Jane, yang menjadi aktivis, dan ketiga anak Michael, yang sungguh bersikap dewasa melampaui usia mereka. Dalam keadaan kacau itu, meluncurlah si “Pengasuh Ajaib” dari langit London. Dia masuk begitu saja ke keluarga Banks dan, layaknya pengasuh yang baik, meski tubuhnya terdiri atas begitu banyak keajaiban, dia tetap mengajak anak-anak keluarga Banks agar ketiganya tak selalu merasa kehilangan sang ibu, karena ada The Place Where Lost Things Go. Ibu mereka tetap ada di sebuah tempat bersama orang-orang yang juga sudah berpulang.

Segalanya tentang Mary Poppins mengandung keajaiban. Bukan hanya Poppins yang tetap terlihat muda hingga “wajahmu sama sekali tak ada kerut”, demikian juga Michael dan Jane, yang terpukau melihat kehadiran si pengasuh di tengah ruang tamu rumah mereka yang berantakan. Lebih lagi dia akan segera menyelesaikan segala persoalan anggota keluarga dengan caranya sendiri, yang hingga kini sukar dipercaya karena penuh fantasi. Dia cantik, elegan, dan ternyata memiliki suara yang merdu sekaligus lantang. Poppins versi Emily Blunt membawa ketiga anak Banks bertualang ke dalam bak mandi yang ternyata dasarnya tak berkesudahan seperti samudra: dalam, penuh binatang laut, dan menggairahkan. Dengan percampuran animasi binatang di dasar laut, Mary Poppins seolah-olah memberikan kesempatan kepada ketiga anak asuhnya untuk bisa membayangkan hal-hal yang paling mustahil sekalipun.

Tentu saja Blunt mendapat tantangan gigantis, karena dia seolah-olah dituntut berkompetisi dengan Julie Andrews, yang sudah identik dengan tokoh pengasuh paling terkenal di seluruh dunia itu (baik dalam Mary Poppins maupun sebagai Maria dalam film The Sound of Music). Meski ini cerita sekuel, sutradara Rob Marshall sengaja tetap memberikan tribute kepada film yang orisinal karya Robert Stevenson. Misalnya adegan Poppins becermin dan berbincang dengan refleksinya sendiri, juga tokoh Jack, si penyulut lentera beraksen Cockney yang mengingatkan penonton kepada tokoh Bert (Dick van Dyke) yang sungguh dicintai penonton. Tidak hanya karena Bert seolah-olah mewakili kaum pekerja yang berhati emas, tapi juga lantaran lagu-lagu yang dinyanyikan Bert, terutama Chim Chimney.

Jadi, meski film ini disebut sebagai sekuel, sesungguhnya banyak sekali tribute dalam berbagai adegan dan cameo pemain lama yang muncul sebagai tokoh lain yang sudah sepuh, seperti aktor Dick van Dyke yang muncul pada akhir film.

Sementara Mary Poppins versi asli penuh pedagogi—karena memang ini film keluarga—yang seru hingga ada kata bentukan yang mendadak terkenal, supercalifragilisticexpialidocious, yang nyaris tanpa arti, Poppins masa kini lebih canggih dengan lagu-lagu yang mengandung lirik lebih kompleks dan simbolis. Misalnya A Cover is Not the Book, yang mendidik agar tidak menghakimi segalanya dari permukaan, atau lagu The Place Where Lost Things Go, yang secara implisit menyampaikan bahwa yang pergi tetap bersama kita di hati.

Rob Marshall (Chicago, Memoirs of a Geisha, Nine, Into the Woods), yang hampir selalu memproduksi film dan pertunjukan musikal, memang sutradara yang tepat untuk menyutradarai sekuel film yang sudah menjadi pegangan klasik para keluarga di negara Barat ini. Koreografinya asyik, musiknya mungkin tak semudah dalam Mary Poppins pertama, dan tentu saja teknologi film ini jauh lebih superior dibanding film pertama.

Tapi memang sulit (dan tidak adil) rasanya menuntut Emily Blunt menandingi Julie Andrews. Sebab, selain memang sudah telanjur melekat pada sosok Mary Poppins, Andrews memiliki kharisma yang tak bisa digantikan oleh pemain mana pun. Akan halnya ada tokoh sepupu Poppins yang diperankan Meryl Streep sebetulnya sebuah kejutan yang lucu dan menyenangkan. Penampilan Streep bisa menjadi “obat” bagi mereka yang berharap terlalu banyak untuk menemukan Poppins yang bersuara emas dan penuh wibawa semacam Julie Andrews.  

Leila S. Chudori

 


 

IMDB

 

Sutradara : Rob Marshall

Skenario : David Magee, berdasarkan serial novel karya P.L. Travers

Pemain : Emily Blunt, Lin-Manuel Miranda, Ben Whishaw, Emily Mortimer, Julie Walters, Meryl Streep

Produksi : Lucamar Productions, Marc Platt Productions, Walt Disney Pictures

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus