ROSS Pople, orang Inggeris kelahiran Selandia Baru (1945),
adalah pemain celo yang jempol. Ia menyimpan berbagai tanda
penghargaan. Terutama yang agaknya paling ia banggakan adalah
karena pada usia 24 tahun, ia sudah menjadi pemain celo utama
dari Menuhin Festival Orchestra. Ia pun sering tampil sebagai
pemain tunggal bersama Menuhin atau pemain andalan dalam Menuhin
Ensemble.
Sekitar hanya 100 pengunjung, tertegun di Teater Arena TIM 13
Juni yang lalu, menyaksikan penampilannya. Pemerintah Inggeris
telah mengirimkan musikus ini sebagai duta budaya, dengan
ditemani seorang pemain piano Michael Freyhan yang berusia 38
tahun. Ross memilih beberapa repertoar yang manis dan lincah
dari tangan-tangan Boccherini, Shostakovitch, Maconchy,
Beethoven dan Faure.
Disiplin
Ia mengaku ingin selalu komunikatif dengan penonton -- meskipun
tidak selamanya dapat dilakukan, dan inilah yang sering membuat
pertunjukan tidak sukses. "Kesuksesan banyak tergantung pada
latar belakang edukatif penonton," katanya kepada Bachrun
Suwatdi dari TEMPO. "Di Bangkok saya kurang berhasil karena
persoalan itu."
Tetapi di Jakarta, malam itu, lepas pertunjukan mukanya tampak
girang. Tanpa melirik ke kertas partitur, Ross telah menampilkan
gesekan yang amat terlatih. "Disiplin utama yang harus dipegang
pemain musik adalah ketenangan dan ketelitian. Kalau perlu,
pelajari benar-benar tiap partitur bagai anda meneropong sesuatu
benda," ujar Ross yang mengaku berlatih minimal 8 Jam sehari.
Pada awalnya Ross berniat jadi ahli hukum. Tapi kemudian nasib
menentukan lain. Ia memiliki bakat yang besar untuk memainkan
musik modern. Ini malah mendorong beberapa orang komponis
sengaja menyusun komposisi khusus buat dia. Kalau pemerintah
Inggeris kemudian menunjuknya sebagai duta, barangkali karena
sejak 1976 ia dikukuhkan sebagai pemain celo utama dalam BBC
Symphony Orchestra.
"Kenapa musik sebagus itu, penontonnya sedikit?" tanya seorang
penonton yang rupa-rupanya berdarah Itali. Langkanya penonton
ini memang agak mengherankan, mengingat minat terhadap
pertunjukan musik klasik tahun lalu pesat maju. Konser-konser
yang diadakan di TIM atau di Studio V RRI selalu diperhatikan.
Jadwal penampilan musik sekarang sudah seharusnya diatur
sehingga tidak terjadi inflasi.
Disayangkan juga bahwa musik mancanegara hanya sempat bertengger
di Jakarta. Harusnya sih bisa ngubek sampai ke daerah. Ross
sendiri harus pergi ke beberapa tempat di Asia, Australia dan
Amerika Latin. "Saya terbang ke pelosok-pelosok dunia dengan
berbagai rintangan. Udara dingin dan panas. Hanya satu menarik
hati saya: bahwa musik mempunyai satu bahasa."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini