DALAM hal bakat kaum muda dalam penggarapan musik pop pribumi,
kota Surabaya memainkan peranan penting sesudah Bandung. Dari
sana pernah muncul Dara Puspita. Kemudian Leo Kristi. Yang
terakhir ini Franky dan adik perempuannya, Jane.
Franky & Jane meledak di pasaran kaset terutama di kalangan
remaja dengan rekaman berjudul Musim Bunga. Album ini
dilemparkan oleh Jackson Records. Ia memiliki beberapa buah
kelainan, sehingga berbeda dari kaset-kaset sampah yang
memberondong pasar saat ini. Kaset ini jelas tidak hanya
didukung kepentingan komersiil. Kaset ini mungkin dapat dianggap
salah satu identitas remaja kini.
Cemeng Dan Merintih
Di dalam sampul kaset dimuat ke-12 buah lirik lagu. 6 di
antaranya (Dari Sepi Ke Sepi Kembali, Perjalanan, Nyanyian,
Benua Baru, Pelabuban, Pekerja) berasal dari sajak penyair muda
Yudhistira Ardi Nugraha. Kata-katanya sederhana, bicara tentang
kenyataan hidup sehari-hari dengan cara enteng dan segar.
Selain Franky dan Jane, sampul itu juga menampilkan identitas
beberapa pendukung rekaman. Willy Soemantri, Lulu Sumaryo,
Sofyan Aldin, Max Sapulette, Amir Katamsi, Suryati Supilin, Umar
Tamtam. Ini menunjukkan tanggungjawab atas kaset yang kwalitas
rekamannya termasuk baik untuk ukuran kaset pribumi.
Warna musik yang dilemparkan Franky adalah warna musik country.
Suara gitar sangat menonjol, dram memberi aksentuasi, sedang
suara biola memberi suasana dan latar belakang. Hampir semuanya
seperti balada yang pernah kita dengar dari Joan Baez, Bob
Dylan, Melani atau John Denver. Franky terus terang mengakui
banyak dipengaruhi John Denver, sedang Jane baik warna suara
maupun kecenderungannya dalam menginterpretasikan lagu condong
pada Melani. Cemeng dan merintih.
Dalam muka A kita jumpai lagu Perjalanan yang boleh dianggap
lagu paling bagus dalam album. Liriknya kuat, serta lagu yang
diciptakan untuk lirik itu pas sekali. Di sini kita merasakan
keharuan yang berbeda sekali dengan keharuan lagu-lagu pop
Indonesia lainnya. Seakan-akan enteng dan acuh, tetapi
sebenarnya penuh perhatian dan simpati pada kehidupan dengan
cara yang baru. Terasa benar perbedaannya kalau kita misalnya
membandingkan dengan lagu-lagu yang diciptakan Riyanto, Titiek
Puspa atau Yasir Syam.
Lirik Perjalanan antara lain menyebutkan:
Duduk di hadapanku seorang ibu/dengan wajah sendu/penuh rasa
haru ia menatapku/seakan ingin memeluk diriku/ia lalu bercerita
tentang/anak gadisnya yang t'lah tiada/karna sakit dan tak
terobati/yang wajahnya mirip denganku.
Lagu itu mendapat sambutan bagus sekali dari para remaja. Suara
cemeng Jane yang merintih memberikan tampang yang khas,
sehingga lagu yang mula-mula kedengaran terlalu datar dan bego
ini makin lama didengarkan makin enak.
Musik Franky & Jane sederhana. Acuh, meskipun manis. Kadangkala
terasa amat monoton. Bahaya yang terbesar adalah membosankan.
Karena itu ia memerlukan lirik yang kuat dan seleksi yang ketat.
Kalau ini dapat dilaksanakan terus, kakak beradik nyong Ambon
dari marga Sahilatua ini akan memberi andil yang menonggak dalam
musik pop Indonesia. Mereka telah mengkombinasikan lagu dengan
puisi. Sebagaimana Bimbo dengan Penyair Taufiq Ismail, Franky
juga pernah tampil di TIM menyanyikan sajak-sajak Yudhistira.
Putu Wijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini