Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sebelum Sang Senator Tumbang

Film yang berkisah tentang detik-detik sebelum Senator Bobby Kennedy tewas.

8 Oktober 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOBBY Sutradara: Emilio Estevez Skenario: Emilio Estevez Pemain: Anthony Hopkins, Demi Moore, Laurence Fishburne, Sharon Stone, William H Macy

Inilah sebuah film yang dimulai dengan niat baik, ambisi besar, latar belakang sejarah yang memiliki gaung panjang dan, yang sinting, melibatkan puluhan nama besar bahkan untuk peran selintas belaka.

Film Bobby adalah sebuah kisah tentang jam-jam menjelang tewasnya senator Robert Kennedy di Hotel Ambassador pada 1968 setelah ia menyampaikan pidato kemenangannya di California. Calon presiden dari Partai Demokrat yang sudah jelas memiliki program yang mengena di hati rakyat AS saat itu, yang tengah antiperang Vietnam, sebetulnya sudah memegang kemenangan di tangannya jauh sebelum dia mengumumkan pencalonannya. Namun, penulis skenario dan sutradara Emilio Estevez—selama ini ia dikenal sebagai aktor—tidak memusatkan filmnya pada sosok Bobby Kennedy. Tokoh Bobby, yang digambarkan melalui film dokumenter, adalah sebuah media yang kemudian menyebarkan sebuah semangat ke seluruh penjuru AS, tepatnya di sekitar ingar-bingarnya Hotel Ambassador. Ada Diane (Lindsay Lohan), gadis belia yang bersedia menikah dengan kawan lelakinya, William (Elijah Wood), agar William tak perlu ikut wajib militer ke Vietnam. Bagi Diane, ”Sampai ada yang bisa menjelaskan kepada saya mengapa kita harus mengirim orang ke Vietnam, saya akan membantu mencegahnya.” Kemudian ada operator telepon seksi yang diperankan Heather Graham yang tidur dengan manajer hotel Paul Ebbers (William H. Macy) yang sudah beristri, Nyonya Ebbers (Sharon Stone). Di kamar-kamar hotel tentu saja ada drama-drama yang saling silang. Tim Bobby tentu saja sibuk dengan persiapan kedatangan sang senator, sementara ada dua relawan yang sibuk mencari ”ketenangan” dengan membeli LSD dari seorang dealer (diperankan oleh Ashton Kutcher). Di kamar lain ada Virginia Fallon (Demi Moore), seorang penyanyi alkoholik yang ditugasi bernyanyi dan menyambut sang senator ke panggung. Kemudian, jangan lupa, masih pula tercecer beberapa drama panas di dapur—ini sebuah kawasan penting, karena inilah tempat Bobby akhirnya tewas tertembak—antara para koki keturunan Meksiko yang saat itu masih imigran gelap dan bos mereka yang diperankan Christian Slater; dan pertempuran antara Christian Slater dan sang manajer Paul Ebbers. Saya belum lagi sempat menyebutkan beberapa pemain yang berceceran seperti Anthony Hopkins, Helen Hunt, Harry Belafonte, Martin Sheen, dan sang sutradara yang nongol sebagai suami Demi Moore, yakni Emilio Estevez.

Pokoknya rame, riuh, dan terus terang agak membingungkan jika kita menyaksikan tanpa konsentrasi penuh. Kehebohan ini tentu saja semakin sinting karena kamera sering kali sibuk ke sana kemari untuk memperlihatkan kesibukan hotel itu; dan semakin mendekati jam kedatangan sang senator, kehidupan semakin intens.

Keinginan Estevez untuk menggambarkan betapa banyaknya drama di sekeliling hotel itu sembari tetap menyemburkan pesan politik tentu saja bisa dipahami, karena setiap orang di setiap zamannya pasti menyediakan gudang kisah dan tragedinya. Namun, Estevez seharusnya bisa lebih menyeleksi rentetan subplot—dan pemain—yang tak terlalu penting untuk tampil. Acara pembelian LSD dan adegan mabuk bersama Ashton Kutcher memang jenaka, tapi jika dihapus juga film ini tidak kehilangan apa-apa. Pembicaraan para aktor veteran seperti Anthony Hopkins dan Harry Bellafonte memang penuh nostalgia, namun jika diminimalisir juga tak mengapa.

Selebihnya adalah subplot dan tokoh yang memang penting untuk dipertahankan, karena tokoh-tokoh itu akan berdiri di sekeliling sang Senator pada saat penembakan.

Hollywood pernah memiliki seorang sutradara brilian bernama Robert Altman (alm.) yang gemar menggunakan deretan pemain besar sebagai bagian dari mozaik filmnya. Emilio Estevez belum sampai pada keahlian craft yang dimiliki Altman yang tentu saja sudah jauh lebih senior daripada dia. Dia belum sampai berhasil meramu kejenakaan sekaligus kepedihan tokoh-tokoh yang memiliki sejarah dan luka yang saling tumpang tindih.

Jika Altman bisa menghibur sekaligus merobek hati penonton; Estevez masih pada tahap pemberitahuan tentang kemampuannya untuk bertutur dengan lancar, seru tanpa berhasil mengguncang hati penonton.

Tetapi film Bobby tetap sebuah karya yang wajib tonton, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga memperlihatkan bagaimana dinasti Kennedy yang pesonanya tak kunjung punah.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus