Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sempitnya waktu untuk cinta

Pertunjukan penyanyi wanita jerman claude akire di teater tertutup tim jakarta. disebut pemetik gitar dan penyanyi balada, karena lagu-lagu modern bersifat pengembaraan cinta dari seluruh dunia. (ms)

5 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"ADALAH seorang kelana, mengunjungi desa demi desa, bernyanyi dan membawa berita segala yang terjadi di dunia. Bagai surat kabar ia mengisahkan perang, revolusi, perkelahian, hukuman mati dengan pancungan gilotin, gosip, mode dan betapa sempitnya waktu untuk cinta", ujar wanita itu sambil memeluk gitarnya. Memakai celana hitam dan baju putih, ia duduk di sebuah trap di Teater Terbuka TIM -- 18 Mei yang lalu--menghadapi dua buah corong dan sejumlah besar penonton. Mereka rupa-rupanya begitu tertarik oleh publikasi tentang seorang wanita pengembara yang akan membawakan lagu-lagu cinta dari seluruh dunia. Claude Akire, asal Jerman Barat--sulit ditebak berapa umurnya--berbahasa Inggeris dengan fasih dan jelas untuk ukuran telinga pribumi. Suaranya bersih dan memiliki warna sebagai umumnya suara para pengembara, menyimpan semacam kelelahan yang lebih baik dianggap kerinduan, likat, dan pada akhirnya membersitkan semacam semangat perdamaian yang sederhana. Gerak-geriknya tenang tetapi tidak kehilangan kehidupan, apalagi ia seorang tukang cerita yang baik, yang berhasil memberikan humor-humor segar sebelum mulai menarik setiap lagu. Orang akan segera terkenang pada Joan Baez yang pernah dikenal membawakan lagu-lagu protes terhadap perang--tetapi seorang wanita muda Amerika berkata: "Joan memang bagus, tapi hanya pada suatu masa dan jenis lagu-lagu tertentu. Claude ini merangkum semuanya". Balada Ditemani sebuah pot dengan tanaman yang hijau, wanita yang konon mengerti 13 bahasa ini awal-awal sudah mengumumkan bahwa, manakala ia undur ke belakang pentas, pertunjukan belum berarti berakhir. 3 model pakaian rupanya telah dipersiapkan untuk melemparkan 3 babak penampilan gitar dan lagu-lagu dari beberapa pelosok dunia yang diterima dengan baik oleh hadirin. "Memang sulit", ujar wanita itu. "Sulit untuk anda kapan harus bertepuk tangan untuk lagu-lagu yang bahasanya asing ini". Ia tertawa. "Tapi mari kita bertepuk bersama-sama sekarang"sambil memberi contoh. Para penonton mula-mula dengan ragu menirukan, tetapi setelah Claude mulai menyanyi banyak orang dengan senang hati ikut bertepuk tangan. Ini sudah cukup menggambarkan bahwa penampilannya berhasil baik -- walaupun tidak membuat banyak orang terlalu gandrung seperti tatkala mendengarkan gitar dari tangan Charlie Byrd beberapa waktu yang lalu. Seorang gitaris terkemuka ibukota mengatakan, petikan gitar Claude malam itu hanya embel-embel saja. Karena yang penting adalah suaranya. Untuk ini pengembara itu hanya tersenyum. "Anda lihat sendiri", katanya kepada TEMPO . "Apakah saya lebih banyak seorang penyanyi atau penyanyi dan pemetik gitar sekaligus". Pianis Irawati Sudiarso menyebutnya seorang penyanyi balada. "Ia ekspresif sekali. Terasa dalam setiap lagu rakyat yang dibawakannya. Sulit membayangkan, dapatkah penyanyi lain berbuat begitu". Caranya mendekati setiap lagu membayangkan bahwa ia mengenal lingkungan masyarakat dari mana lagu itu dicabutnya. "Dalam cinta, orang-orang Sepanyol lebih banyak ngomong dan tidak berbuat apa-apa, tetapi orang-orang Inggeris lebih suka menutup mulut tetapi langsung melakukan", kata Claude memberi bumbu sebuah lagu cinta. Selorohhya ini sama sekali tidak berbau menyakitkan bagi yang kena timpa -- ini agaknya yang membuat wanita ini dianggap tokoh yang penuh potensi dalam berkomunikasi dengan setiap orang--dalam Folk Festival di Penn State College pada 1973. Belum lagi kontrolnya yang sedemikian rupa, sehingga - balada-balada yang dibawakannya tetap merdu dan tetap mengingatkan kita bahwa ia dinyanyikan seorang wanita. Tak Punya Anak Hampir 5 buah lagu dihamburkan Claude dengan lirik-lirik asli. Lagu-lagu rakyat tradisionil, lagu-lagu cinta yang telah mengendap dalam hati rakyat berbagai negara, serta juga lagu-lagu dengan lirik-lirik puitis yang lebih modern. "Yang terakhir ini bukan lagu-lagu yang sifatnya politis", kata Claude. Ia sempat menampilkan betapa bedanya anggapan beberapa negara Eropa tentang cinta -- dengan menggambarkan betapa di Jerman pada masa yang lalu, seorang penyanyi hanya memperoleh tempat di sudut kecil dan makanan-makanan sisa. Sementara di bumi Perancis yang romantis itu, cinta idak dimulai dengan cerita-cerita ibarat tiga ekor kucing misalnya, tetapi -- lalu Claude menyanyikan sebuah lagu yang rupanya sangat dikenal oleh hadirin: Plaisir d'Amour. Pada akhir penampilannya, setelah Hazil Tanzil naik ke pentas menyerahkankan bunga, Claude suka duduk kembali dan mencoba menyanyikan sebuah lagu pribumi. Penonton keplok, Dengan kata-kata yang kaku, segera ditarik lagu Soleram yang bolehlah membuat banyak penonton tersenyum simpul. "Hari ini saya hadir di sini, esok entah di mana lagi. Saya hanya bisa memberikan lagu, dan tak ada waktu untuk menjalin persahabatan", kata Claude. Ucapan yang cukup mengharukan, yang membayangkan betapa panjang jalan yang masih mau ditempuhnya, Mengaku kagum pada gitaris Jacques Doui dari'Perancis serta mendiang Atahualpa Yupanqui--gitaris Ponco asal Argentina ' wanita ini meninggalkan kesan yang cukup dalam. "Saya datang dari negara yang berhawa dingin. Negara anda panas sekali", ujarnya kepada TEMPO. "Saya sudah memetik gitar 20 tahun Dengan kerut merut di muka sya anda jangan mencoba menebak umur saya. Saya telah bercerai dengan suami saya dan saya tak punya anak". Apakah orang ini bahagia? Oho, itu tidak penting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus