LELUCON sejarah dengan biaya mahal dan berdarah telah melahirkan Kamboja. Di antara negeri-negeri Indocina, Kamboja bernasib paling pahit: selalu berada di ketiak kekuatan bangsa dan negeri lain-tak pernah terbetik pekik "merdeka!" Kuku-kuku ganas, entah itu Soviet atau RRC, melalui tangan Vietnam dan Khmer Merah terus mencengkeram tanah yang dialiri Sungai Mekong itu. Seperti melanjutkan sejarah penjajahan oleh Prancis di masa lalu. Sejenak terasa terbebaskan dari kekuasaan berdarah Pol Pot. Artinya, mereka dikuasai Vietnam melalui Heng Samrin. Sejak 1978, lebih dari l00 ribu serdadu Vietnam mengangkangi Kamboja. Bagi sebagian besar warga, keadaan itu justru dianggap lebih baik. Kehadiran tentara negeri tetangga itu disambut bukan sebagai pendudukan, tetap semacam obat dari teror Pol Pot. "Kami juga bisa menjalankan ibadat dengan tenang," kata Ismail seorang muslim di sana. Bangsa ini merangkak kembali menuju peradaban Pasukan Vietnam mulai ditarik pulang. Dijanjikan akhir abad ini habis. Ketika problem kemiskinar memuncak, dan bantuan Soviet tak bisa selamanya untuk kepentingan militer, Vietnam menjadi realistis. Tapi neraka baru di Kamboja, agaknya, akan terbuka: tentara mulai berlatih untuk, ironisnya, menghadapi bangsa sendiri. Siap melawan pasukan pembawa bendera Norodom Sihanouk, barisan Son Sann, dan Khmer Merah yang disokong RRC. Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini