KEBESARAN film Tjoet Nya' Dhien mendapat nilai tambah lagi ketika karya perdana Eros Djarot ini mulai dinikmati masyarakat. Ia menghapus image yang selama ini singgah di otak para pedagang film bahwa film nasional yang mengangkat tema sejarah tidak akan laku -- lantaran jauh dari paha dan buah dada. Ternyata, Tjoet membuat antrean panjang di bioskop-bioskop di berbagai kota. Film ini diputar serentak di 4 kota besar di Jawa (Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya) sejak Jumat pekan lalu. Di Jakarta, semula diputar di tiga gedung -- Studio I, Kartika Chandra II, dan Astor III. Karena banyak pentonton kecewa tak mendapat karcis, sejak Senin pekan ini ditambah 3 gedung lagi -- Golden IV, Astor II, dan Century. Di Semarang, film ini diputar di dua gedung dengan perkiraan hanya tahan seminggu. Ternyata meleset, masih dibutuhkan gedung lain. Dan melihat animo penonton, "Jadwal pemutaran pun diperpanjang," kata Soemarman, pemilik Plaza II, yang memutar Tjoet. Begitu pula tiga bioskop yang disediakan di Bandung -- Plaza, Nusantara, dan Pasundan -- kewalahan menampung penonton, terutama di hari kedua dan seterusnya. "Hari keempat terpaksa ditambah satu gedung, yakni Queen Theater," kata Chand Parwez, pimpinan PT Kharisma Jabar Film. Angka penonton yang sudah masuk di Bandung meyakinkan keunggulan film ini. Hari pertama Tjoet ditonton 1.609 orang. Hari kedua 2.140 orang, hari ketiga 2.717 orang. Sebagai perbandingan, Catatan Si Boy dan Saur Sepuh untuk masa putar tiga hari, juga di tiga gedung, menyedot masing-masing 2.372 dan 2.137 orang. "Rasanya, jumlah penonton terus meningkat," kata Chand. Ia meramalkan, peraih 8 Citra itu akan mampu bertahan sampai satu bulan. Tjoet juga berkibar di Kota Pahlawan Surabaya. Hari pertama masih sepi, hanya menyedot 552 penonton di satu gedung. Hari kedua dan seterusnya membludak. Menurut Ketua Perfin Ja-Tim, Djoefri Palureng, film ini akan terus diputar selama ada penontonnya. Itu dari jumlah penonton. Dari harga karcis, inilah film nasional pertama yang harga karcisnya sama mahal dengan film impor. Penyimpangan ini nampaknya "dimengerti" banyak pihak, mengingat biaya film itu lebih dari Rp 1 milyar. Semua ini, lagi-lagi, hasil kerja keras Eros dan Christine Hakim, aktris yang bermain luar biasa sebagai Tjoet Nya' Dhien. Sebelumnya, kedua orang ini mengunjungi kota-kota yang akan memutar film itu. Mereka menitipkan Tjoet dan sekaligus menarik simpati. Di Bandung, Christine bahkan menyempatkan diri sebagai portir penyobek karcis. Ini kerja menakjubkan. Juga jawaban Eros terhadap belat-belit peredaran film yang penuh ranjau. Ia ditantang keadaan ketika para produser menolak mengedarkan filmnya -- dengan berbagai alasan. Salah satunya, itu tadi, film sejarah model ini dikhawatirkan tak laku. "Trauma November 1828 dan Kartini yang tak sukses di peredaran itu masih ada pada sejumlah produser," kata Eros. Apalagi, pemeo di masa lalu, "film terbaik bukan film yang laku", masih saja terngiang-ngiang. Eros bersama saudara kandungnya, Slamet Rahardjo, lalu membuat perusahaan film PT Ekapraya. Dengan bendera inilah Tjoet dibawa ke bioskop-bioskop. Adakah Eros merasakan dirinya diboikot? "Saya tidak menyebut pemboikotan. Hanya, kurangnya kesadaran mencintai negeri ini," kata Eros di Bandung kepada Sigit Haryoto dari TEMPO. Tapi, "kami tak akan menyerah pada situasi ini." Pengusaha Sudwikatmono termasuk salah seorang yang menolak tawaran Eros. Namun, menurut Sudwikatmono, ketika kros menawarkan itu, ia sedang mempersiapkan film Catatan Si Boy III. "Ya, kalau memakai alasan pemerintah, dana kami sudah dialokasikan ke sana," kata Sudwikatmono sembari tertawa. Walau begitu, bos Indocement yang juga pemilik beberapa gedung ini akan membantu Tjoet dalam hal penyediaan gedung. Dalam hal ini, "saya telah menginstruksikan agar orang-orang saya membantu sepenuhnya," kata Sudwikatmono kepada Tri Budianto dari TEMPO. Akankah Eros kapok? "Tak ada kamus kapok membuat film bagus dalam hidup saya," katanya. Seperti biasa, ia berbicara mantap, tapi tetap dengan nada yang rendah dan jauh dari kesan sombong. Sayang, Indonesia baru punya seorang sutradara yang bernama Eros Djarot. Putu Setia dan Budiono Darsono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini