Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Sepotong Jasad, Seribu Cerita

Kompilasi cerita kriminal dari kacamata dokter forensik. Berupaya mengungkap kasus-kasus yang masih menjadi misteri.

18 Agustus 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indonesia X-Files: Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno sampai Kematian Munir
Penulis: dr Abdul Mun'im Idries, SPF
Penerbit: Noura Books (PT Mizan Publika) Jakarta
Terbit: Cetakan I Juni 2013
Tebal: 334 halaman

Abdul Mun'im Idries masih mengingat detail peristiwa penembakan Direktur PT Rajawali Putra Banjaran Nasrudin Zulkarnaen pada 14 Maret 2009. Baginya, kasus tersebut bukan hanya pembunuhan yang menyeret orang-orang penting sebagai korban dan terhukum, melainkan juga menjadi pembuktian bahwa ilmu kedokteran forensik bisa menaklukkan rekayasa yang dilakukan manusia.

Melalui serangkaian penelitian, Mun'im membuat kesimpulan yang rinci dalam berkas visum et repertum yang ditekennya pada 30 Maret 2009: "...peluru pertama masuk dari arah belakang sisi kepala sebelah kiri dan peluru yang kedua masuk dari arah depan sisi kepala sebelah kiri, diameter kedua anak peluru tersebut 9 milimeter dengan ulir ke kanan, hal tersebut sesuai dengan peluru yang ditembakkan dari senjata api kaliber 0,38 tipe S&W."

Catatan kesaksian Mun'im itu dituliskan kembali dalam buku Indonesia X-Files. Dalam buku ini, dia mengukuhkan posisinya sebagai dokter ahli forensik, yang akrab dengan diagnosis kasus-kasus kriminal ketimbang keluhan patologis. Pakar dari Universitas Indonesia ini hendak membagi pengalaman dan pengetahuannya tentang fakta mengejutkan di balik kasus-kasus kriminal besar.

Dalam kasus Nasrudin, misalnya, Mun'im dengan gamblang melontarkan dugaan adanya rekayasa. Dia menerima jasad Nasrudin tidak dalam keadaan "asli". Jenazah itu tak berbaju dan lubang peluru di kepalanya sudah dijahit. Padahal, bagi dokter forensik, kondisi jenazah tersebut harus persis sama dan lengkap seperti saat dia meninggal.

Mun'im pun mengungkapkan sempat diminta seorang polisi menyerahkan proyektil yang merenggut nyawa Nasrudin. Padahal pengujian dan rekonstruksi balistik belum kelar dilakukan. Meski Mun'im tak menuliskan ujung dari kasus ini, publik sudah tahu ada dua penegak hukum yang terseret. Pembaca bisa menebak untuk apa serangkaian rekayasa itu dilakukan.

Kasus lain yang cukup menarik dituliskan adalah kematian aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib. Sebagai dokter forensik yang telah bekerja puluhan tahun, Mun'im tak percaya begitu saja terhadap kesimpulan yang menyatakan Munir dibunuh di atas pesawat. Bersama dua koleganya, salah satunya pakar toksikologi (ilmu tentang racun) dari Universitas Udayana, Mun'im menemukan dugaan baru: Munir dibunuh di kafe Coffee Bean di Bandar Udara Changi, Singapura.

Dalam kasus ini, ia bercerita sempat berbincang dengan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI, yang saat itu dijabat Bambang Hendarso Danuri. Bambang memanggil Mun'im dan meminta dia menyelesaikan kasus kematian Munir "demi Merah Putih".

Di buku ini Mun'im menuangkan 20 kasus kriminal yang dibedah dengan pisau analisis forensik. Ditambah beberapa uraian mengenai seluk-beluk pemecahan kasus kriminal dari kacamata kedokteran, buku ini merupakan bahan pengetahuan yang berharga.

Namun tak semua kasus yang ditulis di buku ini ditangani Mun'im. Pada bab kematian mantan Presiden Sukarno, misalnya, ia hanya menyampaikan pandangan tentang perlunya bedah mayat untuk mengetahui penyebab wafatnya sang Proklamator. Untuk menguatkan opininya, ia mengutip salinan berita media yang sudah menjadi konsumsi publik.

Dengan memakai judul "X-Files", ekspektasi pembaca tentu sangat jauh. Mereka berharap ada fakta-fakta misterius yang sebelumnya disembunyikan. Sayang, pada akhirnya hampir sebagian besar data yang disuguhkan sudah diketahui publik. Belum lagi pembahasan beberapa bab yang tidak terlalu tuntas, sehingga menyisakan rasa penasaran.

Meski begitu, buku ini bisa menjadi oasis di tengah langkanya tulisan tentang kisah kriminal yang dilihat dari kacamata kedokteran forensik. Berbeda dengan bukunya terdahulu, Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan yang lebih bersifat textbook, Indonesia X-Files lebih ingin berkisah tentang sepotong jasad yang sesungguhnya menyimpan ribuan cerita.

Fery Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus