Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Sesudah nyolong sekarang kecolongan

Kaset victor wood berisi lagu-lagu indonesia. tanggapan beberapa artis kita tentang beredarnya kaset tersebut a.l: achmad albar, chrisye, jockie, minggus tahitu, mus mualim ada yang bangga ada yang merasa kecolongan.(ms)

7 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA Victor Wood. Untuk para penggemar saya di Indonesia, lagu-lagu ini spesial saya bawakan dalam bahasa Indonesia. Semoga anda dapat menikmatinya. Thank you very much I love you," kata Victor Wood dalam bahasa Indonesia. Inilah sebuah kaset buatan Surabaya dengan label Indo Jaya, yang menimbulkan soal. Victor Wood adalah penyanyi pop asal Pilipina. Bersama rekannya Eddy Peregrina, ia menyanyikan lagu-lagu standar dengan sentimentil dan romantis. Sebelum menyanyi dalam bahasa Indonesia ia memang sudah sempat laris dalam pasaran kaset dengan lagu-lagu seperti Fraulein, Bip Bap Alula. Gayanya gaya seorang penghibur di klab malam. Anak Kaset yang dinamakan Anak itu sesuai dengan lagu pertama dalam muka A -- berisi 15 nyanyian. Tiga di antaranya asli Indonesia karangan Adrieyadie (Balasan Surat Cinta), Rinto Harahap (Benci Tapi Rindu), Minggus Tahitu (Katakanlah). Selebihnya lagu-lagu Barat yang memang sudah lama dinyanyikan kembali oleh Victor. Anak adalah satu-satunya lagu asli Pilipina yang dikaran oleh Freddie Aguilar. Kata orang lagu ini hebat juga -- sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antaranya Jerman dan Inggeris. Salinan ke bahasa Indonesia dikerjakan oleh Harman Basiman MA. Menurut Tomo, wakil manager Virgo Ramayana Record -- yang menjadi penyalur -- dalam tahap pertama kaset ini sudah beredar sekitar 40 ribu. Dari kantornya di Pluit, ia mengakui peredaran tersebut sudah berlangsung dua bulan. Sirkulasinya paling bagus di Jakarta, Surabaya dan Bandung. Di luar Jawa, di beberapa kota, lumayan. Di Menado mencapai 6000 kaset. Kemudian Medan (1000), disusul oleh Palembang, Pontianak, Banjarmasin dengan rata-rata 250. "Biasanya baik pasarannya, kalau melihat sampai sekarang belum ada yang balik," kata Tomo. Tapi ia sendiri tidak tahu-menahu bagaimana asal-usulnya sehingga Victor sempat menyanyi dalam bahasa Indonesia. Ia tidak tahu apa-apa, kecuali soal pengedaran, dari mana ia mendapat lima prosen. "Pokoknya kita tahu udah jadi master, tinggal edar," ujarnya kepada Muthalib dari TEMPO. Ia hanya memperkirakan bahwa rekaman yang didukung band Jak'Lloyd itu dilaksanakan sekitar 6 bulan yang lalu. "Aneh, ini rekaman rahasia, ya," kata Tomo. Kemudian segera ditambahkannya "Ya sekarang ini tidak hanya rekaman penyanyi luar saja yang rahasia. Rekaman penyanyi dalam negeri sendiri Semua orang juga merahasiakannya." Dibanding kaset-kaset penyanyl Indonesia, rekaman Victor Wood tidak ada istimewanya. Teknik perekamannya memang terasa rapi, sehingga instrumen dan vokal bersih. Victor menyanyi dengan gaya pop biasa yang juga tak sulit dicapai oleh penyanyi Indonesia. ini agak mengherankan adalah, pengucapan kata-katanya luwes serta penjiwaan setiap kata tidak meleset. Menurut Tomo -- yang mengutip penjelasan dari Indo Jaya, Surabaya -- Victor Wood memang mempelajari Bahasa Indonesia dari mahasiswa-mahasswa Indonesia yang belajar di Universitas Thomson, Manila. Soal Pemerintah Persoalan yang muncul adalah dengan sendirinya, ancaman terhadap mata pencaharian penyanyi lokal. Pasaran musik memang kadang ruwet. Meskipun kaset Victor tidak istimewa, ia memiliki kelebihan karena dinyanyikan orang asing. Paling tidak orang kepengin dengar bagaimana lagu Indonesia dinyanyikan orang asing. Tak peduli walau bahasanya saja Indonesia. Sebagai kasus, ini bisa merupakan bibit yang buruk buat perlindungan artis lokal di masa depan: Tapi rupanya tak semua penyanyi menyadari hal tersebut. Bahkan banyak yang tidak peduli. Baik Achmad Albar, Chrisye, maupun Jockie yang sempat dihuhungi TEMPO rata-rata malah menyatakan bangga dan tidak keberatan. "Tapi itu lepas dari soal ada izin tenaga kerja atau tidak dari Pemerintah. Hanya sebaiknya nanti dibatasi, jangan sampai semua penyanyi luar bisa begitu," kata Albar menambahkan. "Soal orang lain cari duit di sini ini bukan urusan artis. Itu soal pemerintah. Kalau kita marah tidak pada tempatnya. Penyanyi kita kan banyak juga menyanyikan lagu orang lain," kata Chrisye nimbrung. Kemudian dikunci Jockie "Saya nggak keberatan dan tidak merasa kecolongan. Tidak apa-apa itu, lebih banyak orang mengenal lagu-lagu kita itu tambah baik. Tapi ingat Mas, lepas dari masaalah izin!" Minggus Tahitu (32 tahun), yang langsung berkepentingan, mengaku tak tahu-menahu sebelumnya lagunya akan dinyanyikan Victor. "Waktu itu saya sedang di Harco lihat-lihat kaset," kata Minggus bercerita. "Tiba-tiba ada seorang Cina mau beli lagu saya, langsung nyodorkan kwitansi Rp 150 ribu. Lantas saya teken," ujarnya. Sebagaimana diketahui lagu Minggus, Katakanla, )ertama kali dinyanyikan oleh Nurafni 0ctavia dan sempat melonjak jadi hit di radio-radio amatir. Prosedur pembelian hak menyanyikan lagu yang kelihatannya gampangan itu bagi Minggus sudah, biasa terjadi. "Biasa itu terjadi bagi kita lagipula kalau lagu lama saya kurang perhatian," ujarnya. Saingan Nafkah Mendengar suara Victor Wood kemudian, Minggus tak merasa surprised. Juga tidak bangga. "Saya baru akan bangga kalau lagu karya orang sini diterjemahkan ke bahasa lain dan dinyanyikan di banyak negara," ujarnya. Kemudian terhadap kaset Victor, dia menganggapnya sebagai soal pemerintah -- meskipun dengan tegas ia ingin menolak kalau banyak artis asing mau merampas kesematan kerja artis lokal. "Jangan sampai mereka merampas makanan dari mulut artis-artis kita. Karena itu harus ada union yang berfungsi dulu, baru kita bertindak," ujarnya. Mus Mualim, suami Titiek Puspa - itu ketua PAPIKO -- tegas menyatakan dengan beredarnya kaset Anak, dunia musik pop Indonesia kecolongan. "Ini menyangkut soal perlindungan, proteksi. Bukan hanya karena saingan cari nafkah," ujarnya. "Itu nomor dua. Yang lebh utama adalah bahwa lagu Indonesia jadi tuan rumah oleh kami-kami sendiri. kedua kalau ke luar negeri kita toh juga dikenakan banyak peraturan dari berbagai negara yang melindungi artis-artis lokal mereka." Ia menunjuk peraturan yang berlaku di Singapura, Malaysia, bahkan Pilipina sendiri, yang justru ketat sekali terhadap orang asing. Dalam hubungannya dengan kasus Victor, Mus merasa produsernya yang bertanggung jawab. Ikari, Asiri dan Jawatan Imigrasi diharapkannya akan segera bertindak. "Saya sendiri merencanakan akan kirim surat kepada Tim Sensor Artis Luar Negeri." Ia ini organ P & K, sejak 1970, ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus