Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kursi penonton berwarna merah menyala di Teater Ciputra Artpreneur lantai 13, Lotte Shopping Avenue, Jakarta, itu disusun membentuk formasi tapal kuda dan bersumbu pada panggung seluas 13 x 18 meter di arah depan. Sudut pandang yang melandai mulai dari deretan paling belakang di posisi tertinggi hingga ke deretan terdepan di bawah terpusat ke tengah panggung. "Jadi (bahkan) penonton yang mendapat tempat duduk di belakang tetap bisa melihat jelas ke arah panggung," kata Rina Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur Ciputra Artpreneur, Jumat pekan lalu.
Rina lalu membandingkan teater itu dengan gedung pertunjukan Esplanade di Singapura, yang berkapasitas lebih besar tapi memiliki jarak pandang yang tidak ramah. Dia mengungkapkan, meski terbagi dua lantai—800 kursi di bawah dan 400 kursi di atas—Ciputra Artpreneur tetap memberikan sudut pandang yang adil bagi penonton. Mereka nantinya tak perlu menggunakan binokuler agar pertunjukan lebih jelas.
Tidak hanya itu. Teater ini didukung oleh sistem tata suara dan tata cahaya yang diharapkan prima mendukung pertunjukan. Tata suara panggung dikemas dalam sistem 2.1, yakni sistem dengan dua pengeras suara yang terdiri atas 10 kotak di bagian kiri-kanan panggung serta satu boks penguat sinyal audio (subwoofer) diletakkan menggantung di atas panggung. Ada ruang kontrol suara (mixer audio room) persis di antara kursi penonton. Lalu 67 lampu ramah energi (led) plus 48 dudukan lampu tambahan yang disiagakan untuk mendukung tata cahaya pergelaran. Tentu saja di depan ada layar gantung otomatis. Untuk artis, ada empat ruang ganti yang luas dan ruang tunggu sebelum unjuk tampil.
Semua fasilitas kelas internasional itulah yang rupanya dilirik konsorsium Disney's Theatrical Production, NETworks, dan Broadway Entertainment Group (BEG) untuk menggelar pertunjukan musikal Beauty and the Beast mereka di Indonesia. Promotor di sini memang dituntut mampu menyediakan fasilitas ruang, tata suara, serta tata cahaya yang setara dengan teater bertaraf internasional lain semacam Esplanade atau Sydney Opera House. "Kami membutuhkan spesifikasi ruang teater karena kami juga membawa perlengkapan sendiri," ujar Jo McCrory, Tour Manager Disney's Beauty and the Beast, saat konferensi pers, Senin tiga pekan lalu.
Teater Ciputra Artpreneur dinilai layak untuk pemanggungan lakon populer itu. Beauty and the Beast akan mengharu biru penonton di sini selama tiga pekan (28 Mei-7 Juni). "Ini merupakan bagian dari tur internasional dalam rangka perayaan 20 tahun kehadiran Disney's Beauty and the Beast di atas panggung," kata Liz Koops, Direktur Broadway Entertainment Group.
Disney's Beauty and the Beast adalah salah satu pertunjukan musikal yang melegenda di Broadway. Cerita yang awalnya diadaptasi dari film dengan judul yang sama, Beauty and the Beast (1991), ini adalah pertunjukan dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa. Film ini dibuat berdasarkan buku yang ditulis Linda Wooverton dan terinspirasi dongeng Prancis karya Jeanne-Marie Le Prince de Beaumont.
Pertunjukan Beauty and the Beast pertama kali dipanggungkan ala Broadway pada 1994 dan langsung menyabet 9 penghargaan teater bergengsi, Tony Award. Pertunjukan ini telah diproduksi di 28 negara, diterjemahkan dalam 8 bahasa, dan ditonton lebih dari 35 juta orang.
Kisah romantis ini menceritakan bagaimana pangeran yang dikutuk menjadi buruk rupa karena sifatnya yang bengis. Sang pangeran kemudian mencintai seorang gadis muda baik hati nan cantik jelita bernama Belle. Bila sang pangeran bisa memaknai cintanya sebelum waktu yang berlaku, kutukan terhadap dirinya bisa lepas.
Kini romansa Belle dan Beast, dua karakter utama lakon ini, bersiap mengaduk-aduk emosi penonton lokal. Tidak begitu mudah mendatangkan kelompok ini. Awalnya pertunjukan Disney's Beauty and the Beast ditawarkan BEG kepada dua promotor lain sejak 2014. BEG memang berencana memperluas pasar pertunjukan internasional Broadway ke Asia dan Timur Tengah. Karena beberapa sebab, dua promotor itu batal menerima tawaran BEG.
"Pada akhirnya, per bulan Desember, saya berikan jawaban, saya bersedia jadi promotornya, karena pihak sebelumnya (dua promotor) tidak deal," ujar Rina. Putri ketiga Ciputra ini sudah banyak dikenal sebagai promotor di kalangan producer show. Ia aktif "menjalin silaturahmi" dengan banyak produser melalui korespondensi. Seperti juga yang ia lakukan saat mendatangkan Katy Perry dan Michael Bublé.
Toh, meski Rina sudah menyatakan kesediaan, jalan tak serta-merta mulus. Perlu tujuh bulan bagi Disney's Theatre dan BEG untuk menilai kesiapan tim Ciputra. Pada pertengahan Februari, akhirnya Ciputra Artpreneur dan BEG melakukan persetujuan hitam di atas putih. Setelah itu mereka bergerak cepat mempromosikan pertunjukan, dari pemasangan reklame di lokasi kedatangan dan keberangkatan bandara atau pelabuhan hingga promosi audio, visual, serta media sosial.
Berapa dana total yang disiapkan Ciputra Artpreneur? "Kami menyediakan Rp 18 miliar untuk pertunjukan ini," ujar Rina. Tentu itu bukan jumlah yang sedikit. Tapi insting bisnis Rina meyakini penjualan tiket akan laku karena meningkatnya jumlah kelas menengah yang menyukai hiburan seperti ini. "Dulu kelompok ini perlu ke luar negeri, seperti Singapura atau Australia, untuk menonton pertunjukan sekelas Broadway, sekarang sudah bisa nonton di Indonesia, tak perlu ongkos lagi ke luar negeri," katanya optimistis.
Broadway Entertainment Group (BEG) adalah rumah produksi bentukan salah satu anggota Liga Teater Broadway di New York, Amerika Serikat. BEG didirikan empat tahun lalu dan berkedudukan di Dubai. Kelompok ini sudah mengadakan pertunjukan drama musikal di lebih dari 28 kota. Mereka memulai tur pertunjukan musikal Broadway di Timur Tengah dan Asia sejak pertengahan Oktober tahun lalu. Tempat pertama di Timur Tengah adalah Teater Zorlu Centre, Istanbul, Turki. Setelah itu berlanjut ke Italia, Filipina, Thailand, Singapura, Indonesia, dan terakhir di Makao, Cina.
Sedangkan Disney Theatrical Production, yang juga ikut ambil bagian dalam tur ini, dikenal sebagai Disney on Broadway atau Hyperion Theatricals. Ini adalah divisi mandiri dari The Walt Disney Company yang khusus bergerak di bidang produksi drama musikal panggung. Perusahaan yang didirikan oleh Walt Disney pada 1993 ini memperoleh reputasi baik dalam industri pertunjukan musikal. Pertunjukan pertama yang mereka gelar adalah kisah cinta Beauty and the Beast pada 1994.
Dalam pertunjukan di Indonesia nanti, ada lebih dari 100 seniman panggung yang ikut bermain. Mereka terdiri atas 60 pemain karakter yang didatangkan dari Amerika dan Kanada, ditambah 11 musikus yang akan mengiringi setiap adegan. Panggung juga akan dihiasi enam lagu yang muncul dalam film Beauty and the Beast gubahan Alan Menken. Ada pula enam lagu baru yang khusus diciptakan untuk pertunjukan ini. Di satu bagian akan ada satu lagu "rahasia" yang awalnya akan digunakan untuk film tapi akhirnya diperuntukkan bagi penonton di Indonesia.
Dua karakter utama dalam romansa ini akan dimainkan oleh Darick Pead sebagai The Beast dan Hilary Maiberger sebagai Belle. Darick Pead adalah aktor kelahiran Utah, Amerika Serikat, 29 tahun lalu. Ia memulai kariernya di seni panggung musikal sejak umur 10 tahun. Pead mengambil sekolah khusus akting dari Brigham Young University dan lulus dengan cemerlang. Sebelum bergabung dengan Disney's Theatrical Production, Pead lebih dulu bermain dengan Sundance Summer Theatre. Dia sudah berperan sebagai The Beast sejak lima tahun lalu.
"Saya termasuk anak nakal di sekolah, kemudian seseorang menyarankan saya ikut teater di sekolah. Dalam audisi pertama, saya menjadi ToTo The Dog di Wizard of Oz.Padahal saya maunya jadi Scarecrow," ujar Pead saat konferensi pers di Ciputra Artpreneur. Dia mengatakan kesulitan terbesar yang dihadapi saat memerankan The Beast adalah kostum dan makeup yang cukup berat.
Pernah sekali waktu ada adegan yang mewajibkan Pead membasuh wajah, tapi yang terjadi jenggot tempelan The Beast masuk ke mulutnya. Padahal, pada saat yang sama, Pead harus bernyanyi secara langsung. Bagaimana di Indonesia nanti? "Cuaca Indonesia yang cukup panas akan menjadi tantangan tersendiri bagi saya ketika memakai kostum tersebut," katanya.
Merasa diri memiliki beberapa persamaan dengan Beast, Pead mengaku paling menyukai adegan berdansa antara Belle dan The Beast. Menurut Pead, penonton dapat melihat secara jelas bagaimana Belle dan The Beast saling jatuh cinta saat itu. "Yah, kita semua ingin dicintai, kan? Itu mengapa saya merasa pernah di posisi Beast."
Hilary Maiberger, 26 tahun, pemeran Belle, menyatakan dirinya tumbuh besar bersama film-film Disney. Saat kecil, ia juga sering diajak ibunya menonton pertunjukan Broadway, khususnya Beauty and the Beast. Perempuan kelahiran Redlands, Amerika Serikat, ini bahkan bercita-cita menjadi guru vokal. Cita-cita ini yang membulatkan tekadnya mengambil jurusan vocal performer di Bowling Green State University. Ia juga memegang gelar sarjana seni akting dari San Diego State University.
Maiberger pertama kali tampil di Broadway saat berusia 10 tahun. Ia bernyanyi dan berakting untuk sebuah pertunjukan di Pantages Theatre, Los Angeles. Karier profesional Maiberger di dunia Broadway berawal saat dia bekerja di Disneyland sebagai pengisi tokoh Jasmine, yaitu salah satu tokoh putri-putri Disney dari kisah Aladdin. "Beauty and the Beast adalah sebuah kisah cinta yang indah karena mengajarkan untuk mencintai orang apa adanya."
Dari balik panggung, kesiapan juga terlihat dari sektor tim kreatif. Dalam tur ini, Disney's Beauty and the Beast menyatukan kembali tim kreatif awal yang pertama membawa pergelaran klasik ini ke panggung Broadway. Selain sutradara Rob Roth dan koreografer Matt West, desain kostum para pemain diciptakan oleh perancang busana Ann Hould-Ward, yang pernah meraih penghargaan Tony Award.
Untuk seluruh pernak-pernik pemanggungan, ada 10 kontainer properti yang akan diangkut ke Jakarta. Di dalamnya terdapat kostum 580 buah, 81 rambut palsu, lampu led untuk cermin ajaib, hingga 350 pipa kaki penembak pita.
Dalam sejarahnya, Teater Broadway merupakan pertunjukan teater—terutama musikal—yang ditabalkan sebagai pertunjukan teater komersial terbesar di dunia. Terdapat lebih dari 40 panggung teater profesional yang menyediakan gedung pertunjukan dengan kapasitas di atas 500 kursi. Karena banyaknya panggung teater profesional, di sepanjang jalan 53 Broadway, Manhattan, mereka membentuk distrik tersendiri yang dinamakan distrik teater.
Berdasarkan catatan Liga Teater Broadway, lalu lintas uang dari hasil penjualan tiket pertunjukan pada 2014 mencapai US$ 1,36 miliar atau sekitar Rp 16,32 triliun. Tidak mengherankan bila bisnis teater musikal ini dilirik negara seperti Singapura, Belanda, dan Australia. Beberapa negara bahkan membuat pertunjukan musikal dengan embel-embel ala Broadway di belakangnya. Pertunjukan ini sering disebut Off Broadway.
Sastrawan sekaligus seniman teater Indonesia, Remy Sylado, membedakan pertunjukan Broadway dan Off Broadway dengan melihat tema atau materi pertunjukan yang diusung. "Kalau Broadway asli biasanya pertunjukannya klasik dan kaku, sedangkan Off Broadway lebih mengkomunikasikan masalah yang ada saat ini," ujar Remy.
Tapi rasanya latar belakang semacam itu tak akan dipedulikan para penonton lakon Si Cantik dan Si Buruk Rupa ini. Kisah melodrama yang berlangsung di atas panggung telah telanjur memikat mereka. Direktur Ciputra Artpreneur Sri Muliani menargetkan pergelaran ini akan ditonton 18 ribu orang dalam 16 kali pertunjukan. Sejak penjualan tiket secara online dibuka pada Maret-April lalu, sudah ada 9.000 orang yang memesan. Sebuah pencapaian yang cukup cantik….
Cheta Nilawaty, Ratnaning Asih (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo