Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mengurai Sengkarut Kota Winden

Serial Dark yang tayang di Netflix bermain-main dengan konsep perjalanan waktu dan dunia paralel. 

1 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Louis Hoffman dalam Dark./imdb

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WINDEN pada musim gugur 2019 adalah kota kecil yang dikelumuni nasib suram hingga langitnya tak pernah terlihat terang dan manusia penghuninya kehilangan hasrat untuk tertawa riang. Di sana, hampir tak ada warga perantau ataupun pendatang. Maka percintaan biasa terjalin di antara sesama teman masa kecil dan perselingkuhan dilakukan dengan sahabat sendiri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berita hilangnya seorang remaja mengguncang kota ini. Diikuti beberapa peristiwa kehilangan misterius lain, awal serial Dark yang diedarkan Netflix ini mengingatkan pada serial remaja populer sebelumnya, Stranger Things. Namun kemiripan itu segera pupus karena alih-alih menghilang ke dunia monster Demogorgon, warga Winden yang lenyap begitu saja ternyata menjadi pengelana waktu. Dengan suatu cara, mereka dapat terlempar ke masa lalu atau masa depan yang bersela 33 tahun lamanya. Perjalanan melangkaui waktu itulah yang menjadi pusat gravitasi serial asli Jerman yang dirancang oleh Baran bo Odar dan Jantje Friese ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karakter utama Dark adalah seorang remaja sekolah menengah atas laki-laki berjaket kuning bernama Jonas Kahnwald (Louis Hofmann). Jonas yang remuk setelah ayahnya bunuh diri menemukan hidup ternyata dapat menjadi lebih buruk begitu mengetahui kenyataan centang-perenang yang disebabkan oleh perpindahan manusia dari satu masa ke masa lain. Bisa jadi ayahmu ternyata bocah laki-laki tetangga yang kau lihat setiap hari yang tak sengaja terjebak di waktu lampau, anakmu ternyata akan menjadi ibu yang dulu melahirkanmu, atau, jangan-jangan, kau adalah kakek dari dirimu sendiri. 

Sebastian Rudolf (kanan) dan Louis Hoffman dalam Dark. imdb/Stefan Erhard /Netflix

Empat keluarga penghuni Winden menjadi yang paling terkena dampak dalam simpul kelana waktu tersebut, yaitu keluarga Kahnwald, Nielsen, Doppler, dan Tiedemann. Konsentrasi penuh—boleh ditambah pensil dan kertas untuk mencatat—diperlukan sepanjang menonton episode demi episode untuk dapat memahami kekusutan silsilah keluarga ini 

Tayang sejak Desember 2017, Dark baru saja menamatkan musim ketiga pada akhir Juni lalu. Dua musim pertama berpusar pada Jonas yang mencoba segala cara untuk membetulkan lini waktu dan takdirnya. Namun, seperti yang kita ketahui dari kisah-kisah fantasi perjalanan waktu terdahulu, dari Back to the Future, 12 Monkeys, Interstellar, Harry Potter, hingga Avengers terakhir, turut campur mengubah masa lalu belum tentu dapat memperbaiki masa depan, bahkan malah hanya membuatnya makin rumit. Kabar buruk bagi Jonas: makin banyak warga Winden yang mengetahui cara melompati waktu. Detektif polisi Ulrich Nielsen (Oliver Masucci) hingga ibu Jonas sendiri, Hannah Kahnwald (Maja Schöne), ada di antara mereka yang berpindah ke periode lain, berharap dapat mengubah keadaan.

Setiap perjalanan satu karakter melompat ke periode lain adalah satu persimpangan cerita baru. Ibarat pohon, dua sesi pertama Dark adalah proses menumbuhkan cabang demi cabang yang makin lama makin berkarut. Setidaknya ada empat periode waktu pada musim pertama, yaitu 1953, 1986, 2052, dan masa kini 2019. Musim kedua lebih semrawut karena ada tambahan periode baru. Selain dari gaya berpakaian para tokoh, perbedaan tiap periode dapat dikenali lewat ada atau tidaknya dua cerobong tinggi yang mencuat di tengah Winden. Cerobong itu bagian dari sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir yang diyakini berperan besar memberikan daya pada mekanisme perjalanan waktu penduduk Winden. 

Lisa Vicari, Louis Hofmann dalam Dark. Imdb/Netflix

Mudah merasa tersesat dan ingin menyerah meneruskan menonton serial ini karena kesulitan mengingat siapa menjadi siapa pada saat kapan. Cerita makin menantang karena kreatornya, Odar dan Friese, memasukkan simbol-simbol dari mitologi, teori fisika kuantum, hingga ikon kesenian dunia sebagai petunjuk untuk memecahkan teka-teki besar serial ini. Untungnya, keruwetan ini diimbangi dengan kepahitan kisah cinta, keharuan ikatan keluarga, serta jeda musik dramatik yang tepat untuk membuat kita tetap menikmati cerita dan tergerak memutar episode berikutnya. Keunggulan yang paling patut dipuji adalah bagaimana departemen casting dapat menemukan aktor-aktor yang mirip untuk memerankan versi kanak-kanak, remaja, dan tua dari tiap karakter tanpa perlu menggunakan efek khusus berlebihan. Kita dapat langsung mengenali ciri dari Jonas atau Martha atau Elisabeth dan seterusnya, baik ketika melihat mereka versi muda maupun saat muncul dengan uban dan keriput di muka. 

Apokalips di pengujung musim kedua menjadi momentum yang membelokkan jalan cerita musim terakhir. Jonas mundur sedikit untuk memberikan lampu sorot lebih besar kepada Martha Nielsen (Lisa Vicari). Pada dua musim pertama, Martha adalah kekasih Jonas yang berambut cokelat yang muncul sesekali, lebih banyak tak mengerti apa yang sedang terjadi. Martha pada musim ketiga mengambil alih peran yang dimainkan Jonas sebelumnya. “Aku akan memperbaiki semuanya. Aku berjanji,” kata Martha pada musim ketiga, menyuarakan persis apa yang pernah dikatakan Jonas. 

Dark/Imdb/Netflix

Namun kita tak lagi hanya membicarakan periode waktu yang berbeda pada musim ketiga. Dark musim terakhir ini melemparkan ke muka kita sesuatu yang sama sekali baru: dunia paralel. Warga Winden ternyata tak hanya dapat berkelana dari waktu ke waktu, tapi juga bisa berpindah pada dimensi paralel yang lain ketika waktu berjalan dengan cara sangat berbeda. Jonas tak pernah dilahirkan di dunia baru ini. Martha, yang kini berambut hitam dan mengenakan jaket kuning yang kita lihat sebelumnya, adalah pengelana antardimensi yang berupaya mencegah apokalips terjadi.

Saat cabang cerita pada dua musim pertama sudah terasa terlalu ruwet, plot musim ketiga awalnya terkesan menambah masalah saja. Sejumlah momen pada episode-episode awal sekadar mengulang-ulang apa yang terjadi di dunia Jonas, hanya kali ini diperagakan Martha dan dengan cara terbalik karena dunia Martha dan Jonas digambarkan seperti dua sisi dalam cermin. 

Namun, setelah bersabar sedikit dengan bagian ini, babak berikutnya adalah momen-momen pengungkapan yang menjawab asal-muasal segala yang terjadi sebelumnya, yang dapat ditelusuri hingga penciptaan Adam dan Eva. Musim ketiga menuntun kita melihat kembali detail-detail yang terlewat dan memberikan rasa puas karena akhirnya dapat memahami pangkal nasib muram Kota Winden. Cabang-cabang pohon yang tumbuh berkelindan di musim terdahulu itu kini menemukan akar dan batang besarnya. Semua terasa lebih masuk akal, selama kita ingat untuk tak membiarkan perhatian teralih selama menonton serial ini.

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA 
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Moyang Kasih Dewi Merdeka

Moyang Kasih Dewi Merdeka

Bergabung dengan Tempo pada 2014, ia mulai berfokus menulis ulasan seni dan sinema setahun kemudian. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini pernah belajar tentang demokrasi dan pluralisme agama di Temple University, Philadelphia, pada 2013. Menerima beasiswa Chevening 2018 untuk belajar program master Social History of Art di University of Leeds, Inggris. Aktif di komunitas Indonesian Data Journalism Network.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus