Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sistim magang lebih kuat

Wawancara tempo dengan 2 tokoh film terkemuka, tadao sato (ritikus) dan yoji yamada (sutradara). (fl)

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YOJI Yamada, 47 tahun, lulusan Fakultas Hukum Universitas Tokyo. Sudah menyelesaikan lebih 30 film. Tadao Sato, 48 tahun, kritikus yang mendapat kedudukan terhormat karena kritik serta penyelidikannya mengenai sejarah film Jepang, yang pendapatnya banyak berbeda dengan sejumlah kritikus Amerika yang banyak menulis mengenai film negeri tersebut. Berikut ini wawancara mereka dengan TEMPO: Bagaimana keadaan dan mutu perfilman Jepang sekarang? Berapa produksi per tahun? Sato Tahun silam dibuat 230 film. Kebanyakan dengan biaya murah, dan jenisnya porno. Film yang bagus sangat jarang. Topik apa saja yang menarik perhatian sutradara di sana sekarang? Yamada: Kekerasan, dan masalah erotik. Ini topik lama. Tapi akhir-akhir ini juga ada kecenderungan membuat film kolosal. Bisakah diceritakan sumber pembiayaan bagi pembuatan film di negeri anda? Apakah, misalnya, ada subsidi pemerintah? Tidak ada bantuan pemerintah. Kami tak suka -- takut mereka campur tangan. Bantuan pernah ada sebelum perang dunia, tapi waktu itu pemerintah mengendalikan perfilman. Perusahaan biasanya mendapat bantuan modal dari bank atau toko serba ada. Bagaimana nasib para sutradara serius Jepang, setelah industri film dihancurkan televisi? Sato: Banyak di antara mereka mencari kerja di TV. Ada juga yang ganti profesi. Nasib film serius Jepang memang sulit, masa depannya suram. Tidak mungkin seperti 10 tahun silam-ketika kita memproduksi 500 film per tahun. Siapa yang kini dianggap sutradara terkemuka di Jepang setelah Kurosawa? Yoji Yamada paling menonjol. Filmnya ditonton semua kalangan --tidak seperti film porno yang hanya dinton golongan tertentu. Ketika Jepang makin terlibat dalam pergaulan internasional, apakah identitas Jepang' merupakan persoalan? Yamada Sebelum perang, ya. Sekarang sudah dianggap "ketinggalan zaman". Hidup kami sudah amat meniru Amerika, hingga kita kadang-kadang berfikir: siapakah orang Jepang sebenarnya. Sutarada terkemuka Jepang, Akira Kurosawa dan Nagashi Oshima, kini membuat film mereka di luar Jepang. Apa mereka tidak mendapat kesempatan di negeri sendiri? Sato: Bukan masalah kesempatan. Kurosawa ingin membuat film yang mahal -- 1,5 milyar yen -- yang di Jepang tidak mungkin. Di luar negeri ada yang sanggup membiayainya. Oshima lain lagi: ia senang membuat film hard porno. Karena takut polisi, tidak ada proluser Jepang yang mau membiayai. Di tengah ramainya film porno dan membanjirnya film impor, masihkah ada penonton film Jepang yang serius? Yamada: Masa 10 atau 15 tahun silam film porno memang merebut pasaran. Kini sebenarnya sudah berkurang. Orang berangsur bosan. Kesempatan bagi film serius sebenarnya berangsur kembali. Adakah pendidikan sinematografi di Jepang? Di Universitas Nihon ada bagian sinematografi. Tapi dalam dunia film Jepang, pendidikan demikian tidak mcmainkan peranan penting. Perusahaan film dan televisi mendidik sendiri karyawan mereka -- tidak percaya pada tamatan sekolah film. Jangan lupa bahwa sistim magang -- hubungan senior-yunior -- di Jepang sangat kuat. Sutradara Jepang sedikit sekali yang pernah sekolah film. Apa yang paling berkesan pada anda tentang orang-orang film Indonesia? Sato: Mereka sangat terbuka dan suka merendahkan diri. Cepat menjadi teman. Yamada: Mereka banyak mempersoalkan masalah ke-lndonesia-an dalam film-film mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus