Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kalau Instalasi Listriknya Tak ...

Gedung dari beton bertulang bisa terbakar umpamanya gedung Kejaksaan Agung Jakarta. Oeripto dari di rektorat tata bangunan, Dept. PU menekankan perlunya pengujian berkala alat pemadam kebakaran. (ilt)

3 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEDUNG jangkung yang terbuat dari beton bertulang bisa terbakar? Beberapa kasusnya terjadi akhir-akhir ini. Umpamanya, kejadian di lantai II, III dan IV gedung Kejaksaan Agung di Jalan Singamangaraja, Kebayoran Baru. Api berkobar di situ sekitar dua jam lamanya, walaupun 60 mobil pemadam kebakaran dan satuan helikopter dikerahkan untuk memadamkannya. Jaksa Agung Muda Sadeli SH menduga -- masih belum diumumkan konfirmasinya -- bahwa api berasal dari kortsluiting listrik di ruang data lantai II, kemudian menjalar ke atas. (Untung tak ada berkas penting yang ikut terbakar di ruang data intel dan ruang rapat tersebut, demikian laporan resmi). Hari Selasa, 9 Januari yang sama, lantai kedua Hotl Kartika Plaza juga terbakar. Terpaksa mobil pemadam kebakaran yang bertugas menyemprotkan air di Kejaksaan Agung bolak-balik ke Jakarta Bypass untuk membunuh api di Kartika Plaza. Kali ini, bukan. Iistrik yang dituding sebagai kambing hitamnya, melalnkan api dari kompor gas, walaupun ini masih diselidiki pula. Kebakaran di hotel mentereng atau kantor pemerintah seperti ini memang jarang terjadi. Berbagai peristiwa kebakaran sebelumnya menelan korban bangunan umum seperti pusat pertokoan (shopping centre) dan pasar. Dan ir Sri Oeripto, Kepala Sub-Direktorat Perencanaan pada Direktorat Tata Bangunan, Departemen PU, juga tak begitu khawatir terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran di gedung-gedung pemerintah. Alasannya? "Tingkat disiplin pemakai cukup baik, dan jumlah orang yang berada di situ relatif sedikit," katanya kepada Slamet Djabarudi dari TEMPO. Sebaliknya, orang-orang yang berjubel di bangunan umum jauh lebih banyak, dan kesadarannya akan bahaya kebakaran "masih memprihatinkan". Karena Ceroboh Oeripto mengatakan orang pasar sering menambah kabel tanpa diperiksa oleh yang ahli. Ini sering membuat kabel menjadi kelewat panas yang bisa mengakibatkan kebakaran. Tapi kelalaian, yang lebih bersifat kecurangan, dapat juga terjadi pada saat perencanaan dan pelaksanaan bangunan. "Pemilik bangunan yang pelit," kata Oeripto lagi, "sering tak mau menuruti petunjuk perencana." Maka terpasanglah kabel, misalnya, yang tak sesuai dengan beban listrik yang harus dipikulnya. Dianjurkannya agar izin bangunan lebih diperketat, antara lain dengan harus adanya Sertifikat Kelayakan Instalasi dan Bangunan sebelum bangunan baru itu boleh ditempati. Pendapat Oeripto itu didukung oleh ir Suryono, dosen FT Usakti yang juga bergerak dalam bidang instalasi listrik. Suryono menjumpai: Selama ini bouwheer hanya memeriksa gambar sipilnya. Segi teknik sipil itu pulalah yang lebih diperhatikan oleh pemborong. Sementara gambar dan perencanaan instalasi listriknya, kurang diperhatikan secara cermat. Itu sebabnya, tak sedikit instalatir listrik tak sepenuhnya mematuhi ketentuan PLN. Misalnya dalam soal pemasangan kotak sambungan berterminal jepit, pemutus arus yang bocor ke tanah, ketentuan instalasi di daerah yang berbahaya lantaran ada gas-gas atau bahan kimia lainnya yang mudah terbakar. Oeripto menekankan pula perlunya pengujian berkala alat pencegah dan pemadam kebakaran di gedung bertingkat. Terutama alat pemadam api yang tergantung pada mutu fasilitas pelayanan umum. "Kalau alat itu tersumbat garagara air dari Pejompongan kotor, 'kan percuma saja," katanya. Wisma Nusantara, yang nantinya bakal jadi milik negara, termasuk contoh gedung yang telah diuji oleh dinas PU. Sebelum ditempati, diujinya segala perlengkapannya, baik instalasi listrik termasuk lift, maupun alat pemadam kebakaran di tiap lantai. Yang tak diuji coba hanyalah detektor asap karena alat itu sangat mahal harganya, dan hanya bisa sekali pakai saja. Tempat Lari Meskipun jarang terjadi kebakaran di gedung pemerintah atau hotel mewah bertingkat banyak, kesiagaan masih tetap persoalan. Mobil pemadam kebakaran di Jakarta maksimal hanya bisa menjangkau ketinggian 40 meter. Atau kurang lebih 11 tingkat saja. Itupun sudah payah, sebab beratnya 20 ton. Lebih sulit lagi memadamkan lokasi yang sudah terkotak-kotak -- seperti di Wisma Nusantara --daripada lokasi yang terbuka. Maka Sukmadiharja, Kepala Dinas Kebakaran DKI berpesan: "Jangan terlalu mengharap bantuan dari bawah." Maksudnya agar setiap peralatan anti-kebakaran di setiap lantai gedung bertingkat berfungsi dengan baik. 'Jalur penyelamat' (fire escape), dan alarm kebakaran (fire alarm) dituntut juga supaya terpelihara. Konstruksi gedung Kejaksaan Agung, memungkinkan orang-orang di sana menyelamatkan dirinya dengan cepat. Setelah ditambah di sayap kanan, gedung itu memiliki dua lift, dua tangga yang lebarnya hampir tiga meter dan dua tangga darurat. Di bagian belakangnya terdapat teras sele bar tiga meter pada setiap lantai yang semuanya ada enam. Ketika Ruangan Operasi di lantai II dan III mengeluarkan asap tebal di sisi kanannya, orang-orang di situ bisa. segera lari ke sisi kiri melalui teras atau gang. Hanya saja, sistem alarm di situ kurang efektif. Kebakaran baru diketahui setelah beberapa orang mencium bau hangus. Pengamanan kantor pusat Pertamina yang bertingkat 21 di Jl. Perwira 6 tampaknya jauh lebih baik. Malah lebih baik daripada ketentuan Pemerintah DKI yang tertuang dalam Perda No. 3/1975. DKI mewajibkan adanya alat penyemprot otomatis (automatic sprinkle) mulai dari tingkat 11 ke atas -- berhubung mobil pemadam kebakaran DKI hanya bisa mencapai tingkat 11 itu. Tapi Pertamina telah melengkapi gedungnya dengan alat otomatis itu dari tingkat kolong (basement) sampai tingkat 21. Alat itu akan menyemprotkan air ke dalam ruangan secara otomatis bila suhu ruangan itu mencapai 68ø C. "Sejak BPM, Shell dan sekarang Pertamina, kami selalu menggunakan standar internasional untuk soal kebakaran," ucap Djohan Sanusi, petugas Fire Safety Pertamina. Titik beratnya lebih pada segi pencegahan, walaupun kesiagaan dalam penanggulangan tak ditinggalkannya. Di seluruh ruang kerjanya terdapat alat pemadam kebakaran cangkingan (portable). Juga di gudang-gudang. Sistem alarm kebakarannya dapat disetel otomatis, atau manual. Di tiap ruang khusus -- misalnya ruang komputer -- tersedia detektor asap. Ada pula alat pemadamnya seperti di ruang komputer di lantai I yang tak menggunakan air, melainkan Halon 1301. Zat ini lebih berbahaya bagi kesehatan manusia, tapi kurang merusak bagi pita komputer ketimbang kena air. No Smoking Gedung setinggi hampir 100 meter itu masih dilengkapi pula dengan 3 keran air bertekanan tinggi di tiap lantai, yang dapat dengan mudah dihubungkan dengan selang. Di gedung utamanya ada dua pintu darurat yang tahan api selama 4 jam. Juga ada lift khusus bagi pemadam api, dan dua mobil besar yang dapat mencapai ketinggian 25 meter. Di lantai bawahnya tersedia busa pemadam api. "Alhamdulillah, sampai sekarang belum pernah terjadi kebakaran yang cukup besar," kata Sanusi. Kebakaran kecil di situ pernah terjadi sekali dua, tapi dalam areal sempit dan dapat segera dipadamkan dengan alat cangkingan. Soalnya, sampai sekarang masih sering ada kegiatan mengelas atau memasang kabel listrik di kantor induk Pertamina itu. Kegiatan itulah yang kadang-kadang menimbulkan kebakaran. Hampir sepertiga dari seluruh karyawan Pertamina di Jakarta sudah dilatih menanggulangi kebakaran. Dan sering ada pengumuman "dilarang merokok dalam lift" lewat corong. No Smoking, tertulis pun ada. Selain alasan kesehatan, juga demi keamanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus