Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Sketsa-sketsa Kafka

Tujuh puluh tahun sketsa-sketsa Franz Kafka tak tersentuh di bank Zürich. Kini menjadi buku.

12 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Buku tentang sketsa-sketsa karya sastrawan Franz Kafka yang belum pernah dipublikasikan.

  • Tujuh puluh tahun sketsa-sketsa Franz Kafka tak tersentuh di bank Zurich.

  • Buku baru Kafka ini mendapat sambutan hangat dari para seniman dan pencinta sastra.

ORANG mengenal Franz Kafka hanya sebagai sastrawan. Sejak akhir 2021 setidaknya julukan sastrawan itu perlu ditambah, bahwa ia juga seniman sketsa. Perjalanan sketsa-sketsa Kafka menjadi buku itu hampir sama rumitnya dengan teks-teks Kafka sendiri. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Kafka pernah membuat dua testamen kepada Max Brod, sahabat akrabnya, agar membakar semua karyanya setelah ia wafat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah Kafka meninggal pada 3 Juni 1924, ditemukan dua potongan kertas dengan tulisan di kamarnya. Kedua kertas itu berisi pesan Kafka kepada Brod untuk membakar karya-karyanya. Jika tak dibakar, karya-karya itu tetap tak boleh diterbitkan ulang. Alasan Kafka, ia menyesal bahwa karya-karyanya pernah ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Brod justru melakukan hal sebaliknya. Bukannya membakar karya Kafka, ia malah menerbitkannya. Akhirnya Brod-lah yang punya hak kuasa atas karya-karya Kafka. Sebagian besar karya Kafka telah ia terbitkan. Penggemar karya Kafka layak berterima kasih kepada jasa Brod, meskipun dalam mengumpulkan karya-karya tersebut ia harus mengabaikan rasa malu. Tak jarang Brod dicemburui oleh Dora Diamant, pacar Kafka, yang menuduh dia mempunyai kepentingan komersial. Pada 13 Maret 1939, Brod memasukkan manuskrip dan sketsa-sketsa itu ke sebuah koper jinjing untuk diselamatkan dari partai Nazi (Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei) yang sedang berkuasa di Jerman. Ia bawa dokumen literasi itu dengan naik kereta api lewat Konstantinopel menuju Laut Merah.

Sketsa Franz Kafka tentang pemabuk yang marah di depan segelas anggur.

Di Israel, Brod berkenalan dengan sesama pengungsi asal Praha, Cekoslovakia, bernama Otto Hoffe dan istrinya, Ilse Ester Hoffe. Selanjutnya, Ester menjadi sekretaris Brod yang bertugas mengedit dan mengoreksi naskah. Karena hubungan keduanya makin intim, Ester menjadi pacar Brod. Pada 1956 terjadi krisis politik di Terusan Suez, sehingga Brod menyelamatkan dokumen literasi itu ke Swiss. Ia simpan dokumen tersebut di Bank UBS di Zürich, Swiss. Semuanya ada sepuluh boks, empat berada di Zürich dan enam berada di Tel Aviv.

Sebelum meninggal pada 1968, Brod memberikan sebuah testamen baru kepada Ester atas semua karya dan buku hariannya, termasuk semua manuskrip Franz Kafka, pada 1945. Pada 2007, Ester meninggal di usia 101 tahun dan ia telah memberikan hak dokumen Kafka kepada dua anak perempuannya, Eva Hoffe dan Ruth Wisler. Tiba-tiba Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional Israel hendak mengambil alih manuskrip Kafka. Pemerintah Israel menganggap karya Kafka sebagai aset budaya nasional yang harus dikuasai dan dilestarikan oleh negara. Pemerintah Israel mendesak agar kesepuluh boks penyimpan manuskrip Kafka segera dibuka. Akhirnya, pada 2019, manuskrip dan sketsa-sketsa Kafka dari bank di Zürich dibawa ke Yerusalem.

Sementara itu, Reiner Stach, penulis biografi Franz Kafka di Jerman, menuturkan kepada koran Jerman, Der Tagesspiegel, bahwa Ester pernah menjual surat Kafka yang ditujukan buat Max Brod sebanyak delapan halaman seharga 120 ribu franc Swiss (sekitar Rp 1 miliar) kepada seseorang tak dikenal di Basel, Swiss. Ester dikenal oleh para ahli karya Kafka lebih senang menjual manuskrip Kafka dalam lelang benda warisan bermutu dunia. Salah satu manuskrip penting yang menjadi sengketa dengan pengadilan di Tel Aviv adalah naskah tulisan tangan novel Der Prozess (Proses) dari trilogi novel Kafka. Manuskrip ini pernah ditawar oleh pusat arsip Marbach di Jerman seharga hampir US$ 2 juta.

Andreas Kilcher, Sang Penyegar Nama Kafka

Andreas Kilcher adalah profesor bidang sastra dan ilmu budaya di Eidgenössische Technische Hochschule Zürich (Institut Teknologi Konfederasi Zürich). Ia dikenal luas sebagai salah satu ahli karya Franz Kafka.

Media Swiss, SRF, pada 18 Januari 2022 memuat berita yang ditulis oleh Alice Henkes berjudul “Franz Kafka von seiner unbekannte Seite” (“Sisi Lain Franz Kafka yang Tak Diketahui”). Dikisahkan bahwa Andreas Kilcher bersama seniman Pavel Schmidt, blasteran Slovakia-Swiss, melakukan perjalanan ke Yerusalem. Kilcher mempersiapkan untuk menerbitkan sketsa-sketsa Kafka. Virus corona membuat mereka menghentikan rencana itu, selain faktor biaya. Pada akhirnya, sketsa-sketsa itu bisa diterbitkan menjadi buku oleh Kilcher pada akhir 2021. Buku berukuran 30 x 21 sentimeter itu berjudul Die Zeichnungen (Sketsa-sketsa). Pada sampulnya yang berwarna krem diberi label kuning “Die Weltsensation” (“Sensasional Dunia”).

“Franz Kafka telah banyak membuat sketsa. Sketsa-sketsa itu begitu bagus dan tak banyak orang tahu,” kata Andreas Kilcher kepada SRF. Buku sketsa ini terdiri atas 150 gambar dari tangan Kafka. Lebih dari 100 sketsa belum pernah dipublikasikan. Sensasi dunia ini telah disimpan selama 70 tahun di sebuah kotak penyimpanan nomor 6577 Bank UBS di Jalan Bahnhofstrasse, Zürich.

Sketas Franz Kafka yang dibuat dibuat antara tahun 1901 dan 1907.

Kilcher telah mencatat dua bukti yang meyakinkan bahwa Kafka juga adalah seniman sketsa. Pertama, pada 11-12 Februari 1913, Kafka menulis surat kepada pacarnya, Felice Bauer, di Berlin bertema impian mereka disertai sketsa. Kafka menanyakan apakah Bauer menyukai sketsanya. Kafka memberi tahu bahwa ia pernah menjadi seniman sketsa yang tersohor. Sayangnya, bakat itu tak berkembang karena ia belajar melukis dari orang yang salah.

Dalam buku ini, Kilcher melacak siapa kira-kira guru melukis Kafka saat itu. Diperoleh keterangan bahwa guru melukisnya bernama Ida dari Klub Seniman Jerman. Sketsa-sketsa Kafka dikerjakan pada era dia duduk di bangku sekolah, 1901-1907.

Kedua, pada 1907 di Praha berdiri kelompok delapan seniman lukis. Mereka adalah Max Horb, Friedrich Feigl, Willy Nowak, Georg Kars, Otakar Kubin, Emil Filla, Bohumil Kubista, dan Anton Prochazka. Kafka bersahabat erat dengan Feigl sejak sekolah menengah atas dan menyukai lukisan Feigl. Ketika Kafka membacakan cerita pendeknya yang berjudul “Der Kübelreiter” (“Sang Penunggang Ember”), Feigl hadir.

Die Zeichnungen (Sketsa-Sketsa) karya Franz Kafka.

Max Brod memperkenalkan Franz Kafka kepada kelompok delapan seniman Praha beraliran ekspresionis itu dalam sebuah acara dengan menyebutkan, “Saya akan memperkenalkan kepada kalian seorang seniman besar bernama Franz Kafka.” Dalam buku Über Franz Kafka (Tentang Franz Kafka) yang ditulis Brod disebutkan bahwa Brod pertama kali mengenal Kafka sebagai seniman sketsa. Ia belum tahu bahwa Kafka juga pintar menulis.

Ada sekitar 150 sketsa Kafka disimpan Brod, terutama pada masa Kafka belajar membuat sketsa. Atas dua keahlian seni yang dimiliki Kafka itu, yakni melukis sketsa dan menulis prosa, Brod menyebut Kafka memiliki talenta ganda. Menelisik sketsa-sketsa Kafka di buku ini terkesan unik. Kafka membuat sketsa di kertas biasa, bahkan pada bekas amplop surat dan sampul buku. Tak ada sketsa yang berwarna. Semua dengan pensil dan warna hitam.

Andreas Kilcher menyebutkan, ketika menulis prosa dan terjadi kesulitan menggambarkan sosok sang tokoh, Kafka berhenti dan mulai membuat sketsa tokoh yang ia tulis untuk lebih menemukan kejelasan. Kilcher menekankan bahwa sketsa-sketsa Kafka berdiri sendiri secara mandiri dan bisa dinikmati serta tak bertendensi sebagai ilustrasi. Sketsa-sketsanya bisa menghasilkan sebuah cerita, seperti menantang untuk sebuah penelitian.

Motif sketsanya cenderung berbentuk manusia setengah binatang atau serangga. Juga garis-garis tipis kaku atau lentur seperti pelari cepat. Meskipun kebanyakan sketsanya abstrak, ada sketsa realis wajah Kafka sendiri. Kilcher memperkirakan, jika sekarang dijual, satu sketsa Kafka itu akan dihargai 50-100 ribu franc Swiss (Rp 780 juta-1,56 miliar).

Franz Kafka, 1906/Wikipedia

Tak dimungkiri sebagian kecil sketsa Kafka juga pernah dimuat sebagai ilustrasi karya prosa Kafka pada 1950-an, juga sebagai sampul karya Kafka oleh penerbit Fischer di Muenchen, Jerman. Pada 2002, sebagian sketsanya diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Einmal ein grosser Zeichner: Franz Kafka als bildender Künstler (Menjadi Seorang Seniman Sketsa Besar: Franz Kafka sebagai Seniman Lukis) oleh Niels Bokhove dan Marijeke van Dorst di Utrecht, Belanda. Buku berisi sketsa ini diterbitkan ulang pada 2011 oleh penerbit Vitalis di Praha. Namun 41 sketsa di buku ini dianggap tidak direproduksi dari sketsa aslinya.

Judith Butler, filsuf dari University of California, Amerika Serikat, menulis esai dalam buku ini dengan judul “Aber was für ein Boden! Was für ein Wand!” (“Untuk Apa Sebuah Lantai! Untuk Apa Sebuah Dinding!”). Dia menilai karya sastra Kafka sendiri sudah mirip sketsa. Mungkinkah prosanya itu menyentuh lantai atau bersandar di dinding? Sepertinya prosa Kafka mengambang di udara. Ia mengambil contoh protagonis Gregor Samsa dalam novelet Die Verwandlung (Metamorfosis) yang lebih suka merangkak di dinding dan plafon. Juga dalam cerpen berjudul “Der Kübelreiter” (“Sang Penunggang Ember”), tokohnya tak menginjak lantai.

Buku baru Franz Kafka ini mendapat sambutan hangat dari para pencinta karya Kafka. Bahkan, di Amerika, buku ini masuk daftar buku terlaris dan menjadi perbincangan di kalangan seniman ataupun pemerhati sastra dunia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Sigit Susanto

Sigit Susanto

Penerjemah tinggal di Swiss

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus