'TIGA jam sebelum matahari terbenam di hari Jumat 8 November tahun 1521 kami memasuki perairan Pulau Tidore, berlabuh di lepas pantai dan memberikan dua puluh kali tembakan salvo....'' Kutipan dalam buku ini merupakan catatan harian Antonio de Pigafetta, anggota ekspedisi pelayaran Spanyol ke Maluku yang pertama. Dan itulah satu-satunya daya tarik buku yang disunting oleh Leopoldo Stampa, duta besar Spanyol di Jakarta waktu ini. Penyunting, yang menyusun buku ini dari berbagai karya sejarawan Spanyol, berniat menyumbangkan sekeping sejarah hubungan yang pernah ada antara Spanyol dan Maluku (Indonesia). Dibandingkan dengan, umpamanya, buku Kepulauan Banda (Yayasan Obor, Jakarta, 1978) karya Willard A. Hanna, Spain and the Moluccas lebih merupakan sebuah artikel panjang, yang fokus ceritanya tak cepat ditangkap. Buku Hanna adalah sebuah reportase sejarah, juga analisa antropologis, bagaimana awal kolonialisasi Banda berlangsung. Digambarkan suasana pulau, rakyatnya, bahkan sampai semacam sistem pemerintahan kolonial. Dan, bagaimana anak buah Jan Pieterzoen Coen, gubernur jenderal Belanda, membalas dendam pada anak negeri dengan sangat kejam. Hal semacam itu tak ditemukan dalam buku Spain and the Moluccas, yang antara lain memanfaatkan sumber yang sama dengan buku Hanna: Des Alwi, wartawan dan orang film yang paham sejarah Maluku. Maka yang berharga dalam buku yang ditulis dalam tiga bahasa ini (Inggris, Indonesia, dan Spanyol), seperti sudah dikatakan, adalah kutipan-kutipan itu. Kutipan yang berasal dari catatan harian dari para pencatat yang tergabung dalam ekspedisi-ekspedisi Spanyol abad ke-16. Bagaimana Pigafetta, misalnya, menggambarkan Sultan Al-Mansur, penguasa Tidore, menyambut kedatangan ekspedisi Spanyol memang menarik. ''Sultan berasal dari suku Mor, berusia empat 45 tahun. Berperawakan tegap, penampilannya agung, dan ia adalah seorang ahli nujum yang baik. Pada waktu itu ia memakai baju dari bahan kain yang sangat halus dan di tepinya dibordir dengan benang emas, dan memakai kain yang diikatkan di pinggang dan menjurai sampai ke tanah. Ia bertelanjang kaki...'' Sayang, kutipan itu pun tak dikutip secara tuntas. Kita tak tahu adakah kekejian seperti terjadi di Amerika, yang dilakukan oleh anak buah Colombus, terjadi juga di Ternate dan Tidore? Tapi setidaknya kini diketahui secara luas, sekeping sejarah Indonesia tersimpan di Sevilla, Spanyol, menunggu seorang periset yang tertarik mengungkapkannya. Itulah harga buku bersampul tebal dan dihiasi gambar dan foto berwarna ini. BB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini