Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Spanyol di tidore

Disunting oleh leopoldo stampa. menyajikan kutipan dari catatan harian ekspedisi-ekspedisi spanyol abad ke-16.

20 Februari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

'TIGA jam sebelum matahari terbenam di hari Jumat 8 November tahun 1521 kami memasuki perairan Pulau Tidore, berlabuh di lepas pantai dan memberikan dua puluh kali tembakan salvo....'' Kutipan dalam buku ini merupakan catatan harian Antonio de Pigafetta, anggota ekspedisi pelayaran Spanyol ke Maluku yang pertama. Dan itulah satu-satunya daya tarik buku yang disunting oleh Leopoldo Stampa, duta besar Spanyol di Jakarta waktu ini. Penyunting, yang menyusun buku ini dari berbagai karya sejarawan Spanyol, berniat menyumbangkan sekeping sejarah hubungan yang pernah ada antara Spanyol dan Maluku (Indonesia). Dibandingkan dengan, umpamanya, buku Kepulauan Banda (Yayasan Obor, Jakarta, 1978) karya Willard A. Hanna, Spain and the Moluccas lebih merupakan sebuah artikel panjang, yang fokus ceritanya tak cepat ditangkap. Buku Hanna adalah sebuah reportase sejarah, juga analisa antropologis, bagaimana awal kolonialisasi Banda berlangsung. Digambarkan suasana pulau, rakyatnya, bahkan sampai semacam sistem pemerintahan kolonial. Dan, bagaimana anak buah Jan Pieterzoen Coen, gubernur jenderal Belanda, membalas dendam pada anak negeri dengan sangat kejam. Hal semacam itu tak ditemukan dalam buku Spain and the Moluccas, yang antara lain memanfaatkan sumber yang sama dengan buku Hanna: Des Alwi, wartawan dan orang film yang paham sejarah Maluku. Maka yang berharga dalam buku yang ditulis dalam tiga bahasa ini (Inggris, Indonesia, dan Spanyol), seperti sudah dikatakan, adalah kutipan-kutipan itu. Kutipan yang berasal dari catatan harian dari para pencatat yang tergabung dalam ekspedisi-ekspedisi Spanyol abad ke-16. Bagaimana Pigafetta, misalnya, menggambarkan Sultan Al-Mansur, penguasa Tidore, menyambut kedatangan ekspedisi Spanyol memang menarik. ''Sultan berasal dari suku Mor, berusia empat 45 tahun. Berperawakan tegap, penampilannya agung, dan ia adalah seorang ahli nujum yang baik. Pada waktu itu ia memakai baju dari bahan kain yang sangat halus dan di tepinya dibordir dengan benang emas, dan memakai kain yang diikatkan di pinggang dan menjurai sampai ke tanah. Ia bertelanjang kaki...'' Sayang, kutipan itu pun tak dikutip secara tuntas. Kita tak tahu adakah kekejian seperti terjadi di Amerika, yang dilakukan oleh anak buah Colombus, terjadi juga di Ternate dan Tidore? Tapi setidaknya kini diketahui secara luas, sekeping sejarah Indonesia tersimpan di Sevilla, Spanyol, menunggu seorang periset yang tertarik mengungkapkannya. Itulah harga buku bersampul tebal dan dihiasi gambar dan foto berwarna ini. BB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus