Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tari humor atau humor tari

53 peserta ikut lomba tari humor di tim yang diselenggarakan lembaga humor indonesia (lhi). pemenang pertama tari tandhak dari grup cynthia. pemenang kedua, ketiga, dari grup cempaka dan teater nist.(tr)

27 September 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPAT orang pura-pura menjadi boneka. Mereka membentuk perut menjadi wajah, dan terkesanlah empat orang cebol bertopi besar. Seseorang, yang tidak boneka, memberi petunjuk-petunjuk bak konduktor sebuah orkestra. Grrrrr. Perut yang dikembang-kempiskan itu seperti mulut yang menyanyi, mengikuti suara musik yang keras. Tapi, tarikah itu? Nomor itu, yang muncul di malam final lomba tari humor, Selasa pekan lalu di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, memang lucu. Tapi masalah dalam pertandingan "tari humor", yang diselenggarakan Lembaga Humor Indonesia alias LHI yang sudah lama tak ada kabarnya (hidup lagi, ni ye?) memang ini: tarinyakah yang ditekankan, atau humornya. Rata-rata ke-53 peserta -- separuh perorangan dan separuh grup, kira-kira -- yang sejak dua hari sebelumnya menempuh seleksi untuk menduduki tempat 15 finalis, memang ingin membanyol. Tapi tidak semua orang paham: tidak semua orang tahu dasar atau sumber ambilan tari yang mereka bawakan, yang kemudian mereka "selewengkan" untuk mencapai efek lucu itu. Misalnya bila sumber itu berbagai tari daerah -- yang memang menjadi titik berangkat mayoritas peserta -- yang hanya dikenal sebagian atau sedikit penonton TIM yang di malam final itu memenuhi separuh ruangan. Sebuah grup dari Bali, misalnya, muncul dengan nomor yang bersumber pada tari topeng -- dengan pakaian yang "disesuaikan". Seorang Bali yang menontonnya akan dibuatnya tak henti-hentinya menahan tawa: paham betul dalam nomor yang berjudul Sangkep itu, sejumlah gerak yang dijungkirbalikkan -- demikian rupa sehingga aneh, unik, dan memang lucu. Dalam khazanah tari Bali, tari topeng yang menyimpang ini dikenal sebagai topeng bondres. Tapi grup dari ASTI Bali ini (?) tak mendapat sambutan. Para juri (Sentot S., Sampan Hismanto, Joko S.S.) pun tak memasukkannya ke dalam daftar pemenang. Begitu juga bila sumber tarian adalah balet modern, seperti yang dibawakan Grup Cempaka dari Jakarta. Mereka menyuguhkan tiruan Swan Lake, itu balet terkenal yang dimusiki Tsaikovsky. Dan sejumlah penonton cekikikan begitu Putri Angsa, dalam lakon itu, mengangkat kekasihnya ke punggungnya. Maklum, dalam gubahan aslinya, sang pangeranlah yang mengangkat sang putri. Tapi pengunjung yang tak mengenal tontonan itu tetap saja serius. Para penarinya demikian menguasai gerakan balet, sih. Apalagi kostum mereka tak berbeda dari pakaian balet yang biasa itu, lho. Grup ini dinobatkan sebagai juara kedua -- pertanda para juri sudah pada pernah melihat Swan Lake. Adapun pemenang pertama adalah Grup Cynthia dari Yogya. Judul tarinya: Tandhak Keplak -- dengan gerak dasar tari saman, seperti yang populer di Gayo (Aceh Tengah) itu. Inilah satu-satunya peserta yang tidak memakai iringan musik. Kelima penari, yang di sini bertopeng dengan hidung mancung, menyuguhkan bunyi-bunyian lewat mulut, keplok tangan, tepuk dada, tepuk paha. Komposisinya enak, harmonis, rancak. Jadi, faktor tarinyalah yang pertama kali dipentingkan, rupanya, sebelum humornya. Tentu saja pengertian tari itu dari jenis yang baru, sehingga bisa tertampung nomor Boneka yang dibawakan Teater Nist dari Jakarta itu, yang oleh para juri diberi hadiah pemenang ketiga. Sebab, hampir sama dengan Boneka, yang tidak serta-merta mengingatkan orang pada tari, adalah nomor-nomor yang dibawakan orang-orang yang nyaris hanya bergerak-gerak tidak keruan, di samping ada yang mempersembahkan gerak-gerik pantomim. Memang, mereka tak menang. Putu Setia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus