DI Banjar Raya, sejumlah penonton yang ingin melihat Arie
Koesmiran dan Pauline Caroline -- 14 Maret lalu berjejal-jejal.
Tapi sampai pukul 11 siang, mereka hanya menatap ruang kosong.
"Jangankan Arie atau Pauline, orkes saja tak ada", ujar salah
seorang penonton yang merasa dikibuli. Banyak orang kemudian
mengumpat-umpat mobil keliling yang senja kemarinnya
berkaok-kaok sepanjang jalan, mengundang orang untuk melewatkan
hari minggu itu dengan musik. Untung saja panitia tidak
kelihatan batang hidungnya. sehingga mereka tidak perlu cacat
disemprot kedongkolan khalayak.
Marselia Damanik yang pernah gagal menyelenggarakan keramaian
Pretty Show di waktu yang lalu (TEMPO 4 Okober 1975) rupanya
kembali menjadi orang penling dalam kegagalan kali ini. "Saya
cuma memerlukan keuangan Rp 25 ribu saja, untuk biaya transport
dan porsekot band. Namun sponsor tidak mengasih, padahal mereka
sudah menyetujui show di Banjar Raya", katanya dengan panik.
Anehnya pihak Sponsor yang sempat dihubungi oleh pembantu
TEMPO -Indomilk -- malahan mengatakan bahwasanya rencana
kerepotan itu di luar pengetahuannya. Lebih aneh lagi, kenapa
sampai mobil yang bersangkutan -- kalau memang tidak tahu menahu
-- bisa dipakai menyeret kecap pertunjukan sepanjang jalan kota.
Warga ABRI
Di daerah memang sampai sekarang seringkali banyak rencana
pertunjukan bisa jungkir balik karena hal-hal yang aneh. Ini
sungguh tidak menguntungkan baik pihak penyelenggara, para artis
maupun dari orang ramai. Kesibukan-kesibukan yang di samping
bernilai hiburan juga bisa mendatangkan banyak hasil itu menjadi
dunia yang penuh dengan curiga-curigaan. Bayangkan misalnya
bagaimana mungkin seorang Pauline kemudian berkata kepada TEMPO:
"Lho, saya sama sekali tidak tahu menahu akan ada show di Banjar
Raya. Tentang nama saya yang disebut-sebut memeriahkan acara
itu, juga tanpa setahu saya". Memang ia mengakui bahwa --
sebagaimana juga Arie Koesmiran ada sebuah kontrak yang
mengikatnya selama 3 malam untuk tampil 2 malam di bioskop Ria
dan semalam di Banjarmasin Theater. Tapi kontrak tersebut telah
dipenuhi. "Ini namanya panitia blo'on", ujar Pauline.
Untuk mencantumkan nama sebelum sempat menghubungi kadangkala
memang dilakukan juga oleh banyak orang beriktikad baik. Sebab
kita dapat memaklumi, cukup bertele-tele urusan yang harus
dilalap oleh setiap panitia yang bermaksud mengadakan kerepotan
semacam ini. Sehingga kadangkala perlu propaganda jalan dahulu,
artisnya dibujuk belakangan. Tentu saja hal ini tidak bisa
diulangi kalau pernah menghasilkan kegagalan dalam jarak waktu
yang belum lama. Dalam hal ini, seorang Damanik tentunya boleh
saja mengeluarkan alasan-alasan apa yang menyebabkan
kerepotannya itu berantakan. Boleh juga antara panitia saling
tunjuk-tunjukan. Yang jelas sudah rame, serta kepentingan
khalayak, kepercayaan masyarakat goyah, lalu kemudian pihak yang
berwajib -- dalam hal ini Polisi Militer -- terpaksa turun
tangan. Sebab Pauline rupanya dikontrak oleh Komda X/Lam untuk
menghibur warga ABRI di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini