Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tidak ada jadi ada

Iwan abdurachman, 30, memimpin grup pencinta lagu unpad mengadakan pagelaran di ancol. grup ini terdiri dari mahasiswa berbakat musik. tidak terikat sesuatu aliran.

11 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IWAN Abdulrachman usia hampir 30 tahun, kini asisten dosen, golongan III a/PGPS di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Tingginya 1.69 cm. Berat 67 kg. Masih main silat, naik gunung dan menulis lagu. Sudah punya anak berusia 15 bulan. Setelah 3 tahun lenyap (terakhir di TIM, bulan Juli 1974) bersama Grup Pencinta Lagu Unpad (GPL) yang berkekuatan 40 orang, ia muncul di Gelanggang Renang Ancol. Memperkuat barisannya adalah Rudi Jamil, Benny Subardja dan Albert Warnerin - dua yang terakhir ini adalah gembong grup rok Giant Step. Di bawah ini wawancara yang dilakukan oleh Edy Herwanto di Hostel Ancol. Tatkala mereka habis latihan sebelum pertunjukan. Tanya: Sudah lama tidak nongol, kenapa? Iwan: Banyak di antara anggota GPL yang sibuk menyelesaikan skripsi atau kerja di lapangan. Maklum anggota GPL banyak di tingkat lanjut. Tapi kami sudah mengadakan kaderisasi. Kaderisasi GPL tidak dilakukan terbuka. Kepada beberapa mahasiswa yang kelihatannya berbakat, anggota GPL senior memberikan rekomendasi untuk menjadi anggota baru. Tanya: Kenapa tidak terbuka? Iwan: Sebab masalahnya ini 'kan usaha sampingan saja? Kami mencari teman baru yang sefaham, kami ajak untuk hidup berkelompok dan utuh. Pendeknya interesnya bukan di musik saja. Sebab tujuan sebenarnya adalah hidup berkelompok secara kekeluargaan dan latihan disiplin. Toh meskipun mereka sibuk dengan GPL, prestasi akademis mereka ketika menempuh ujian sarjana tidak mengecewakan. Yah herannya kenapa GPL masih tetap ada. Ini memang pertanyaan. Cuma yang jelas, kita benar-benar dari yang tidak ada menjadi ada. Tanya: Apa ada rasa kaku baru muncul lagi? Iwan: Tidak. Biasa saja. Soal sukses atau tidak kita lihat saja nanti, itu tergantung suasana. Kami anggap ini suatu kejadian yang tidak luar biasa, sehingga kami tidak perlu tegang. Kami pun tetap seperti dulu, tidak terikat sesuatu aliran. Macam lagu sweet, hard, atau blues, semua kami bawakan, tidak mesti hanya lagu-lagu rakyat. Hanya soal aransemen yang berbeda. Aransemen lagu-lagu itu digarap bersama. Tanya: Anda sendiri sudah banyak bikin lagu lagi? Iwan: Sudah 3 tahun ini saya nggak bikin lagu sepotongpun. Ada juga hampir 5 buah, tapi nggak ada gairah untuk dipublisir. Mungkin rangsangannya terlalu pribadi. Saya masih belum yakin apakah lagu-lagu itu akan diterima sebagaimana yang terjadi pada "Bulan Merah" atau "Melati Dari Jayagiri". Lagu-lagu itu nggak saya garap dengan akal, untuk lagu saya bekerja dengan intuisi. Tanya: Bagaimana hubungan GPL dengan Bimbo? Iwan: Warna GPL lain dengan Bimbo. Secara kwantitatif GPL sudah beda. Karakteristik orangnya pun lain. Jadi penggarapan dan bumbu-bumbunya juga lain. GPL punya Benny, Albert, Armi ataupun saya untuk menggarap lagu, tapi kadang juga bersama menggarap aransemennya. Sementara di Bimbo Indralah yang memainkan peranan besar menggarap aransemen, dibanding saya yang kecil. Tanya: Ada niat untuk membuat GPL jadi profesional? Iwan: Profesional dalam kwalitas. Tapi profesional dalam profesi, sulit. GPL ini kan cuma tambahan, bertemunya kita hanya karena kami sama-sama sejalan menuntut ilmu di Unpad. Sebab bagaimana pun GPL tidak memberikan penghasilan materiil. Kalau misalnya dibayar, coba hitung honornya dibagi 40 orang. Nggak mungkin bisa jadi kaya dari GPL. Sebenarnya sih kami juga ingin masuk rekaman. Soalnya manajemen kami belum prof - masih amatir. Sampai-sampai kami belum pernah melawat ke Malaysia, Singapura, Filipina, bahkan melawat antara kampus di Indonesia sekalipun belum pernah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus