Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tidak bolehkah anti orde baru ?

Sebuah epos putra sang fajar. pementasannya dianggap anti orde baru, akhirnya ditutup petugas.

12 April 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH epos tentu saja bisa agak berlebihan -- selama ia konsekuen pada stilisasi dan tidak menjulur ke butir-butir yang faktual. Begitu pula dengan "Putra Sang Fajar" ini. Peranan Soekarno (dan Hatta) di masa Jepang, misalnya, sebenarnya diketahui "tidak terlalu pahlawan". Juga saat proklamasi sendiri hanya bisa menjadi cepat setelah penculikan Soekarno & Hatta oleh para "pemuda". Dalam pementasan di Jakarta, berbeda dengan dalam naskahnya, fakta terakhir dituruti proklamasi dibacakan karena desakan. Tapi naskah umumnya (juga yang sudah jadi skenario) membela Soekarno untuk hampir semua hal Bung Hatta sementara itu cukup kena kritik. Paling tidak dalam hal "Maklumat Wakil Presiden" dan Konperensi Meja Bundar (KMB). Tapi yang menarik ialah tentang A.H. Nasution ...... (sementara kolonel abdul harris nasution menodongkan meriam tapi soekarno mengampuninya). Apa pula yang dikatakan pengarang tentang Malaysia, Singapura, kebebasan berpikir dan tentang perjuangan mahasiswa & pemuda khususnya, sesudah G.30.S.? Berikut ini tiga buah deretan: api revolusi memanggang oldefo di depan kuburnya lalu mengaumlah nekolim di mulut Singapura malaysia berdiri dipimpin tengku abdulrahman putra maka berkobarlah dwikora dari tangan pemimpin besar revolusi dalum regang keserakatan nekolim melempar rabu ke perut indonesia tapi b.p.s. manikebu dan biang pengkhianatan disapu putra pertiwi sedang malaysia retak-retak menanti ajal tiba SOUND RENTETAN TEMBAKAN pada remang fajar kemenangan bangkit pengkhianatan harum bunga gugur sembilan pahlawan revolusi, jenderal nasution timpang kakinya g.30.s - p.k.i. menikam punggung revolusi NYANYIAN TANAH MERDEKA Ialu turunlah demonstran mengangkat demokrasi jalanan nanar mata tersiram anggur dan suasana yang galau berderak seirama dengan kebudayaan asing melanggar pagar-pagar kepribadian orla dicaci dan jasa bung karno diludahi (kemudian pembacaan naskah Supersemar dan penuturan pembubaran PKI -- Red). asap masih kemelut dan bau alkohol dari mulut demonstran slogan-slogan tritura dan "ampera" berkumandang menggetarkan dinding kota lahir orde baru dan revolusi dimaki berarak mega hitam mengiringi perburuan manusia muncul badut-badut politik dalam diplomasi dagang sapi Masih ada 30 sekuen yang antara lain memuat saat kematian Bung Karno. Semuanya 72 sekuen, sedang yang boleh mentas oleh pihak penguasa hanya 16. Bisa dibayangkan bahwa ini merupakan suara anti-Orde Baru. Ikhtiar pementasannya mungkin untuk bertanya apakah anti-Orde Baru tidak boleh?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus