Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Tribut untuk A.T. Mahmud

Menggabungkan musik, akting, tari, dan animasi, film ini mencoba mengembalikan kejayaan lagu anak-anak ciptaan A.T. Mahmud.

25 Juni 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ambilkan Bulan
Sutradara: Ifa Isfansyah
Penulis Skenario: Jujur Prananto
Pemain: Lana Nitibaskara, Astri Nurdin, Agus Kuncoro, Landung Simatupang, Titi Dibyo, Adrian Simon.

Di langit bulan bersinar
Cahayanya sampai ke bintang
Ambilkan bulan, Bu....

Duduk di atas sebatang pohon, Amelia bernyanyi sambil menatap bulan yang bulat sempurna. Air mata berlinang di pipinya. Mendadak ia teringat ayah-ibunya. Gadis kecil itu tersesat jauh di tengah hutan lindung.

Di tengah ketakutannya, tiba-tiba sang ayah sudah berdiri di sampingnya. Hutan lindung yang sepi menjelma menjadi padang rumput indah dengan kupu-kupu biru. Dengan lembut laki-laki itu menasihatinya agar tidak mudah menyerah. Walaupun sang ayah hanya dalam khayalan, itu memompa keberaniannya.

Dengan penuh percaya diri, Amalia mengajak teman-temannya mencari jalan keluar. Tapi mereka justru makin jauh masuk ke hutan dan bertemu dengan Mbah Gondrong, sosok yang kabarnya suka memangsa anak-anak.

Kisah perjumpaan Amelia dan Mbah Gondrong menjadi salah satu bagian paling menegangkan dalam film berjudul Ambilkan Bulan. Selebihnya, film yang disutradarai Ifa Isfansyah ini menyuguhkan keriangan dan keceriaan khas anak-anak. Film berdurasi sekitar satu setengah jam ini memang untuk penonton anak-anak. Bukan cuma jalan cerita yang sederhana, film ini juga dipenuhi lagu anak-anak.

Semenjak Petualangan Sherina yang sukses menjaring penonton, rasanya tak banyak film anak-anak bergenre musikal yang dibuat sineas Tanah Air. Kalaupun ada, film itu kurang mampu berbicara di pasar. Menyiasati hal itu, produser Ambilkan Bulan memilih formula menggandeng penulis naskah Petualangan Sherina, Jujur Prananto. Ambilkan Bulan berpijak pada alur cerita sederhana dengan sedikit konflik. Adalah seorang gadis kecil bernama Amelia yang kesepian. Sang ayah (Agus Kuncoro) meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Sebagai manajer pengembangan sumber daya manusia, Ratna, sang ibu, kelewat sibuk dengan urusan pekerjaan. Amelia (diperankan penyanyi jazz cilik Lana Nitibaskara) akhirnya lebih suka menyendiri di dalam kamar, mengkhayal sambil bermain Facebook.

Yang istimewa, film produksi Mizan Production dan Falcon Pictures ini dibuat berdasarkan lagu anak-anak populer karya A.T. Mahmud. Niat awal film ini memang mempopulerkan kembali lagu-lagu anak yang makin tenggelam. "Kami yang memilih lagu-lagu yang sesuai dengan naskah," tutur Putut Widjanarko, produser Mizan Production. Sepuluh lagu itu dipilih dari 500-an lagu karangan pencipta lagu yang meninggal pada 6 Juli 2010 itu. Mizan dan Falcon Pictures bekerja sama dengan Sony Music Indonesia sebagai pemegang hak cipta.

Selain lagu Ambilkan Bulan yang dijadikan judul film, ada sembilan lagu legendaris karya A.T. Mahmud yang menghiasi film ini. Di antaranya Paman Datang, Libur T'lah Tiba, Kereta Apiku, Anak Gembala, dan Amelia. Demi kesesuaian dengan lagu pula, tokoh utama film ini bernama Amelia. Tak sekadar musik pengiring, tiap adegan merupakan hasil terjemahan dari lagu-lagu tadi. Misalnya ketika ayah Ambar, yang juga paman Amelia datang menjemput, mengalirlah lagu Paman Datang. Sebagai film musikal, hampir semua adegan film diterjemahkan dalam bentuk tata koreografi dan musik yang asyik. Buat orang dewasa, menyaksikan film ini memberikan semacam nostalgia tersendiri.

Selain mengawinkan tata musik, akting, dan tari, Ifa, yang pernah menyutradarai Garuda di Dadaku (2009), menambahkan unsur animasi dalam film ini. Semua khayalan Amelia diwujudkan dalam bentuk animasi, seperti stop motion dan computer generated imagery (CGI) oleh Eddie Cahyono sebagai visual effect supervisor dan Kelik Wicaksono sebagai lead cgi artist. Dalam adegan pembuka dan penutup, misalnya, tampak Amelia dan Ambar berada di dua pulau yang melayang di langit, yang mengingatkan kita pada salah satu adegan di Avatar.

Ini menarik. Sejauh ini sangat jarang film Indonesia menggabungkan konsep animasi dan live action secara serius. Tapi, tentu saja, yang lebih asyik, kita bisa melihat anak-anak dengan riang menyanyikan lagu yang memang dibuat untuk mereka, bukan lagu orang dewasa.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus