Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Vampir bernama Johnny Depp

Tim Burton dan Johnny Depp kembali berkolaborasi dalam film vampir era 1970-an. Menggabungkan unsur drama, horor, dan komedi.

21 Mei 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dark Shadows
Genre: Komedi
Penulis naskah: Grahame-Smith
Sutradara: Tim Burton,
Pemain: Johnny Depp, Michelle Pfeiffer, Helena Bonham Carter, Eva Green, Jackie Earle Haley, Jonny Lee Miller

Bagaimana jika Johnny Depp menjadi vampir? Sangarkah? Bagaimana aktingnya saat menyesap darah? Ya, ya, ia memang menjadi vampir. Namun bukan vampir ala Nosferatu milik Max Schreck atau Dracula Bela Lugosi. Juga bukan vampir tampan versi Twilight, yang membikin banyak perempuan menjerit.

Ia menjadi vampir yang bangun salah waktu. Vampir itu terkubur pada 1752 dan bangkit pada 1972. Vampir itu kagok. Potongannya bergaya aristokrat Inggris. Ia ketinggalan zaman. Ia tergagap-gagap ketika harus beradaptasi dengan perubahan zaman dan tingkah laku keluarga barunya.

Inilah kisah kocak film dark comedy hasil kolaborasi sutradara Tim Burton dan aktor Johnny Depp yang harus Anda tonton. Bertajuk Dark Shadows, yang diadaptasi dari serial televisi berjudul serupa yang ditayangkan pada 1966-1970, ini merupakan film kedelapan duo nyentrik itu. Sejak bekerja sama dengan Burton dalam Edward Scissorhands (1990), Depp tampaknya menemukan chemistry dengan sutradara yang banyak menelurkan film bertema gelap dan gotik itu.

Depp memerankan sosok Barnabas, putra tunggal Joshua dan Naomi Collins, pengusaha perikanan asal Inggris yang hijrah ke Amerika pada 1752. Barnabas tumbuh menjadi pemuda berwajah rupawan dengan harta kekayaan berlimpah. Gadis-gadis muda memujanya. Kelakuan Barnabas yang doyan mempermainkan perempuan membikin kesal Angelique Bouchard (Eva Green), yang jatuh cinta berat kepadanya. Angelique merasa dikhianati karena Barnabas malah memilih Josette Dupres. Angelique yang ternyata penyihir itu kemudian membunuh Josette serta mengutuk Barnabas menjadi seorang vampir dan menguburnya di dalam peti mati hidup-hidup.

Dua abad kemudian, pada 1972, sekelompok orang membangunkan Barnabas dari tidur panjangnya. Namun dunia yang dihadapinya benar-benar membuatnya kelimpungan. Istana pribadinya, Collinswood, telah dihuni orang-orang aneh yang tak lain keturunan keluarga Collins. Barnabas juga harus berhadapan dengan Angelique, yang ternyata masih terus memburunya.

Seperti dalam film-film hasil kerja sama dengan Burton sebelumnya, Depp harus kembali rela menyembunyikan wajah tampannya di balik tata rias supertebal. Barnabas mewakili karakter vampir versi klasik yang gelap. Ia harus membunuh manusia, menyedot darah segarnya, dan tidur di peti mati. Depp memang berulang kali mengaku ingin mengembalikan sosok vampir ke karakter aslinya. Meskipun demikian, sosok Barnabas bukan sosok mengerikan. Selipan humor-humor segar memang jadi ciri khas film-film Burton-Depp, selain set yang megah, tata rias, dan kostum memukau. Yang menarik adalah kehadiran soundtrack dari musikus 1970-an, seperti The Carpenters, Barry White, Iggy Pop, dan Alice Cooper, yang muncul di film sebagai cameo.

Secara visual, Burton bisa dibilang berhasil. Drama dan konflik yang dibangun juga tak mengecewakan. Burton berusaha memasukkan unsur horor, komedi, sekaligus drama keluarga dalam Dark Shadows. Sayang, sebagai penulis naskah, Grahame-Smith sepertinya kesulitan memadatkan serial yang aslinya seribuan episode itu menjadi film layar berdurasi hampir dua jam saja.

Terlalu banyaknya karakter yang ditampilkan, lengkap dengan cerita dan latar belakang masing-masing, membuat fokus cerita agak kehilangan arah. Belum lagi karakter-karakter tersebut terkesan asal dimunculkan untuk kemudian terlupakan. Film ini memang hendak menyoroti persoalan keluarga, meskipun bukan keluarga kebanyakan. Seperti tagline dalam posternya: ”every family has its demons”.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus