Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Warna yang belum sudah

Iwan abdurachman dari bimbo keluar. membentuk grup baru kalikausar, mereka ingin menegakan campuran balada, country & klasik mirip beatles. iwan mengajak orang melalui lagunya dekat dengan alam.(ms)

9 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEBERAPA orang pendukung Bimbo di masa lalu rupanya merasa perlu bikin grup sendiri sekarang. Mereka adalah Iwan Abdulrachman, Wandy Kuswandi dan Indra Rivai. Dibantu oleh Nieke Rasyidi dan Iwan K. Karsaman, mereka kemudian mendirikan grup bernama 'Kalikausar' -- yang baru saja berhasil mencetak kaset bernama Sejuta Kabut, lewat Yukawi. "Kalikausar artinya Sungai Kausar yang mengalir di surga. Lagu-lagu kami diharapkan dapat menyejukkan atau mendamaikan bagi pendengar," kata Iwan kasih penjelasan. Menurut Iwan, tekad mereka adalah menegakkan campuran musik balada, country dan klasik -- hal yang sudah sempat menjadi pamor Bimbo. Sejak 1976, ketika Bimbo mulai mengeluarkan lagu-lagu macam Tante Sun, Iwan dan kawan-kawannya keluar -- menganggap Bimbo sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip musik mereka. Kebetulan Yukawi pasang omong, mau merekam lagu-lagu Iwan asal lain dari yang lain. 'Sejuta Kabut', yang berisi 12 lagu (tiga di antaranya punya Iwan, dan mengingatkan pada lagu-lagu Bimbo lama) sebenarnya tidak benar-benar mengulangi warna Bimbo yang hilang. Di sana ada lagu Sejuta Kabut yang memang mengingatkan kita pada lagu Flamboyant atau Sendiri. Tetapi lagu lainnya seperti Pohon Jambu (Wandy), Gema Cinta (Ache & Alit), Bayangan Malam (Nieke R & Moel R & Niko) lebih mengingatkan kita kepada lagu-lagu pop gaya sekarang. Lagu Wijaya Kusuma (Albert Warnerin) bahkan sama wataknya dengan lagu-lagu Ebiet (TEMPO, 26 Mei). Kalikausar rupanya amat dipengaruhi Beatles, terutama dalam paduan suara. Apa yang dilakukan Beatles dalam album Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band mereka coba juga. Ada unsur klasik, balada, country. Hanya saja, Kalikausar tidak memiliki vokal yang trampil dan lepas seperti Beatles. Nieke Rasyidi, penyanyi andalan mereka, sebenarnya sudah berusaha keras -- dan menang terasa ia sendirian yang siap. Kalikausar masih lebih banyak memperhatikan musik dibanding kerongkongan. Perobahan Iwan sendiri mengaku, kelompoknya tidak memiliki suara merdu seperti Bimbo. Tapi ia punya cita-cita. "Kami ingin mengajak orang dekat dengan alam, sebagaimana dulu saya lakukan dengan lagu Flamboyant." Sementara Wandy mengakui kaset pertama ini belum utuh benar. Di dalamnya bercampur lagu-lagu Indra yang bercorak balada, lagu Iwan yang semi-klasik dan lagunya sendiri yang ingin mengangkat warna Sunda. Ini katanya sengaja dilakukan, untuk menguji "yang mana akan memperoleh samhutan masyarakat." Apa pula kata Bimbo? Syamsuddin mengakui Bimbo sekarang sudah berubah. Tapi ia punya alasan. Kalau Iwan mengatakan "cinta kepada alam, Syam mengaku "lebih cinta lagi kepada kehidupan manusia." Itulah sebabnya banyak lagu kami sekarang seperti Tante Sun, Pohon Terakhir, Singkatan, bertema kehidupan," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa Bimbo mulai dengan lirik, kemudian menyusul lagu. Sejuta Kabut memang mulai dengan bait yang bersentuhan dengan alam. Iwan menulis: "Sejuta kabut turun perlahan/Merayap di jemari jalanan/Meratap melolong lalu menjauh/Menggoreskan kesan ngeri di hati." Tapi tidak semua lagu Kalikausar begitu. Pohon Jambu Wandy menyerempet suasana di sebuah penampungan anak nakal. Wandy juga menulis 21 Tahun Lagi (tahun 2.000). Sedangkan Ruddy Muchtar membikin Hari Esok yang dinyanyikan dengan baik oleh Nieke Rasyidi --yang bicara tentang manusia, hari esok dan hidup masa kini. Semuanya dilakukan dengan kesadaran artistik, sehingga sama sekali tidak merupakan protes sosial tapi puisi. Lebih lagi, seperti dikatakan Iwan, "lagu-lagu kami tidak mengharuskan orang buka kamus." Syamsuddin menilai Kalikausar dengan Sejuta Kabut masih belum menunjukkan tampang khas. Toh ia merasa mereka akan berkembang -- dalam arti perobahan bisa saja terjadi -- sementara Iwan masih juga ngotot mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan warna sekarang -- yang pernah ketemu tapi terlepas dari Bimbo. Yang sangat diandalkannya dari gerombolannya adalah sikap jantan tapi lugu. Maklum Iwan ini memang pendaki gunung, pendekar silat dan sangat pribumi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus