Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ya penonton, ya manajemen

N. riantiarno dengan teater koma-nya berhasil merangkul penonton. dia menyerahkan pengelolaan manajemennya kepada istrinya. pementasan sandiwara para binatang diperpanjang harinya. honor masih kecil.

17 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Ya penonton, ya manajemen
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
PUBLIK teater modern memang sudah terbentuk. Terutama di Jakarta. Diawali dengan ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) dengan peminat terbatas. Kemudian pada tahun 60-an teater Populer pimpinan Teguh Karya, berhasil membentuk klub penonton di sebuah arena di Hotel Indonesia. Lalu orang pun berduyun setiap Bengkel Teater-nya Rendra naik pentas. Teater Ketjil pimpinan Arifin C. Noer juga punya peminatnya sendiri. Lalu menyusul Putu Wijaya dengan Teater Mandiri. Dan sejak 10 tahun lalu, muncul pula N. Riantiarno (kini 38 tahun) memimpin Teater Koma. Berusaha merengkuh penonton, teater ini berhasil mendudukkan penontonnya. Sudah lima kali pertunjukan teater ini dibanjiri penonton: Opera Ikan Asin (1983), kemudian Opera Salah Kaprah (1984), Opera Kecoa (1985), lalu Wanita-wanita Parlemen (1986), dan Opera Julini (1986). Rendra mengandalkan jasa impresario, sedangkan Nano -- panggilan intimnya -- menyerahkan pengelolaan manajemen kepada Ratna Riantiarno, pemain teater yang juga istrinya. Dan menjual tiket tak sulit lagi bagi dia. Bahkan tak jarang muncul calo. Barangkali karena teater ini menyajikan yang intim dengan publik -- satire yang lucu, tetapi berkait dengan suasana sekarang. "Ada yang bilang, resep Teater Koma itu ramuan humor, kritik sosial, seks, musik, nyanyi, dan gerak. Untuk sementara, memang ya," kata Nano. "Upaya menggaet penonton memang eksperimen yang mahal, dan saya harus berani memulai". Itu juga niat grup teater lain. "Cuma kami menciptakan iklim sampai tumbuhnya kesadaran bahwa manajemen dan pemasaran, yang dulu dianggap tak bisa digarap seniman, mulai kami garap. Kalau kita mementaskan, ada modal sedikit, dan karcis dijual, maka prinsip bisnis berlaku sepenuhnya," katanya. Meski begitu, orientasinya tetap nilai kesenian, bukan pasar. Usai di pentas, lalu Nano menghitung jumlah pengunjung. Pada pertunjukan terakhir, Opera Julini, yang main 16 hari, penontonnya 16.000 orang. Malah masih ada yang belum sempat nonton. Itu sebabnya, pada pementasan Sandiwara Para Binatang, ia memperpanjang masa pementasan seminggu hingga jadi 23 hari. Itu bukan berarti ia ingin menambah penghasilan crew-nya, meski ia mengakui honor mereka lebih besar dari teater lain. Namun, bila dihitung masa latihannya yang rata-rata 3-4 bulan, honor itu kecil: rata-rata cuma Rp 50 ribu per orang. "Teater memang belum bisa dijadikan sandaran hidup," ujarnya. Ratna memang bekerja keras menggali dana, terutama untuk persiapan produksi dan publikasi. Dan ia piawai mencari sponsor, melipatgandakan poster dan pamflet TIM. Lalu, separuh jumlah karcis dijual oleh anak-anak Teater Koma. Dititipkan di sebuah salon, diborong direktur sebuah perusahaan untuk para karyawannya, dijual dalam sebuah show musik, dijajakan para pemain kepada teman-teman kuliah. Harga karcis Binatang misalnya, Rp 5.000,00 dan Rp 7.500,00. Diperkirakan pemasukan uang Rp 10 juta lebih, di antaranya 60% dari penjualan karcis. Semua itu untuk membenahi sanggar, untuk kas, dan sisanya dibagi rata. "Keuntungan terbesar ialah kian lama kami agak bebas. Dan bisa membenahi sanggar," kata Ratna. Budiman S. Hartoyo, Agus Wahid, A. Ulfi, Tri B. Soekarno (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus