Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
La Tahzan... Jangan Bersedih! Karena bersedih itu sangat dilarang. Dan Brown menulis sebuah buku kontroversial, dan akibatnya sambutan pasar yang luar biasa. La Tahzan, karya Dr Aidh al-Qarni, penulis Arab Saudi, juga suatu sukses pasar, buku yang terlaris di Timur Tengah. Perbedaannya, Al-Qarni punya pretensi sebaliknya: membuat adem jiwa-jiwa yang bergejolak.
Dalam kata pengantarnya Al-Qarni menyebut, "Saya menulis buku ini untuk siapa saja yang senantiasa merasa hidup dalam bayang-bayang kegelisahan, kesedihan, dan kecemasan, atau orang yang selalu sulit tidur dikarenakan beban duka dan kegundahan semakin berat menerpa. Dan tentu saja, siapa di antara kita yang tidak pernah mengalami semua itu?"
Ya, di luar muatannya yang bertaburan ayat, hadis, dan pengalaman individu, buku Al-Qarni seperti chicken soup for the soul, suatu panduan psikologi praktis. Dan kita tahu, yang mencengangkan dari buku ini adalah penjualannya. Di Arab Saudi, 1 juta kopi lebih terjual. Dan di Indonesia, sejak penerbitan terjemahannya yang pertama pada November 2003 oleh Qisthi Press, buku ini mengalami 16 kali cetak ulang. Ya, 16 kali cetak ulang dalam 18 bulan.
Rusdi Mahdani dari penerbit Qisthi Press, Jakarta, mengakui La Tahzan buku kesembilan dari penerbitannya yang mengucurkan banyak uang. Tadinya ia cuma berharap sekali cetak ulang, modal sudah kembali. Tapi pasar mengejutkannya, dan buku itu terjual lebih dari 100 ribu eksemplar. Dua tahun lalu, ia menitipkan penjualan pada distributor Al-Kautsar. "Sekarang mau apa saja leluasa. Mencari buku, bayar orang, dan bikin iklan," kata Rusdi. Ia tertawa lebar, meski enggan mengungkapkan nilai materinya.
La Tahzan buku yang laris. Cetakan pertama 3.000 eksemplar cepat ludes. Ia sempat keteter menghadapi permintaan pada cetakan kedua dan ketiga. "Setelah cetakan keempat, baru stabil," kata pria berusia 33 tahun ini. La Tahzan memang populer, tapi Rusdi mengakui tim promosi rajin menjajakan bukunya.
Sukses pasar La Tahzan mengundang penerbit lain merasakan limpahan rezeki. Kini paling tidak enam penerbit mengeluarkan buku dengan judul dan isi sama. "Padahal kita adalah pemilik hak penerbitan La Tahzan, baik edisi bahasa Indonesia, bahasa Arab, maupun bahasa lainnya," kata Rusdi. Ia merasa dirugikan, tapi ia sadar perjanjian tentang hak penerbitan hanya diutarakan secara lisan. "Risiko buku laris, ya... begini."
Dalam pameran, setidaknya ada dua buku dengan isi sama tapi dari penerbit berbeda. Ada Don't Be Sad, Cara Hidup Positif tanpa Pernah Sedih dan Frustrasi, dan ada yang cuma mengganti warna sampulnya menjadi oranye.
La Tahzan memang berbeda. Al-Qarni, doktor bidang hadis di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Al-Iman, Riyadh, menampilkan rehat yang berisi kisah-kisah kecil. Pada akhir tiap-tiap tulisan, ia merujuk pada ayat suci atau hadis. Ia amat mafhum, kepada pembaca disajikan ketenangan sehabis membaca buku 570 halaman ini. Menjelang akhir buku, ia memberikan tips menjadi orang yang paling bahagia.
Usia Al-Qarni belum lagi genap 40 tahun, tapi amat kaya pengalaman. Ia pernah dijebloskan ke penjara atas suatu tuduhan tak berdalil. Penulis ini, kabarnya, akan datang ke Indonesia. "Ia senang bukunya digemari di Indonesia," kata Rusdi, yang punya rekanan di Saudi Arabia yang dekat dengan Al-Qarni. Ia ingin berbagi kebahagiaan, optimisme, dan ketenangan. Jangan bersedih, karena bersedih itu sangat dilarang.
Evieta Fadjar P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo