LAMPU sorot sudah mati sejak awal pertunjukan. Sistim suarapun
mendadak mati, persis ketika Nina Nasution, peserta nomor dua
Festival Penyanyi Pop tingkat Jakarta itu, baru sampai di tengah
lagu. Dan Anita Rachman, pembawa acara malam itu, segera muncul
memberi hiasan. "Maaf, seperti kata peribahasa, tak ada gading
yang tak retak. Kita malam ini mendapat kesulitan teknis, aliran
listrik pada mik mati", katanya. Dan penonton yang sudah dipaksa
bersabar lebih tigapuluh menit dari jadwal pertunjukan,
berteriak: "Wuuh, wuuh". Maka atas permintaan juri, Menik
Handayani, peserta nomor satu ditambah Nina Nasution itu,
kembali mengulang lagu-lagu mereka. Alhasil acara pemilihan
penyanyi terbaik tingkat Jakarta yang berlangsung di Kuningan
Teater, 3 Juli kemarin, lebih berantakan -- dari acara yang
sama tahun-tahun sebelumnya. Hanya lagu-lagu yang dipilih cukup
selektif, selain mutu peserta yang 15 orang itu pun lebih bagus
dari tahun-tahun lalu.
Lewat 11 orang juri yang diketuai Idris Sardi
(anggota-anggotanya antara lain Titik Puspa, Marini, Tim
Kantoso) diputuskan kemudian Grace Simon sebagai juara pertama
-- sekaligus berhak maju langsung ke babak final tingkat
Nasional nanti. Berturut-turut di bawahnya Hetty Koes Endang,
Diah Iskandar, Eddy Silitonga,Margie Segers dan Ferdy Ferdian,
sebagai juara-juara dua sampai enam, pada tingkat Nasional nanti
harus melalui babak semi final dulu. Sedang sembilan peserta
lainnya terpaksa stop sampai di situ. Zacky, John Philips dan
bahkan Yatni Ardi, juara-juara tingkat Jakarta dua tahun lalu,
walaupun tidak terlalu di bawah dibanding para pemenang,
nampaknya memang harus menerima nasib sebagai purnawirawan tahun
ini. Juga harapan menang pada tahun-tahun mendatang bagi para
penyanyi ini rasanya tidak akan secerah harapan
pendatang-pendatang baru, seperti Ferdy Ferdian atau Anne
Rizana. Itu tidak berarti seperti Zacky, misalnya, harus
berhenti nyanyi. Sebab seperti yang dikatakan Anita Rachman:
"Zacky sudah memiliki pengalaman nyanyi selama 20 tahun. Dan dia
ingin menyanyi seribu tahun lagi". Artinya sampai tua.
Lepas dari masalah keputusan juri yang tidak bisa diganggu
gugat, beberapa kemungkinan lain bisa saja diangankan. Jack
Lesmana misalnya cenderung menempatkan Eddy Silitonga sebagai
juara pertama, sedang Anne Rizana yang tidak berhasil mendapat
nomor --pada kedudukan nomor tiga. Pendapat ini ternyata cukup
beralasan. Sebab Grace Simon di samping (setelah mendengar
rekamannya) tidak berhasil memelihara suaranya secara utuh,
beberapa kali dengan jelas tergelincir. Lagu Bing ciptaan Titik
Puspa yang dibawakannya tersendat pada stakato-stakato yang
justru memang berhasil menutupi kelemahannya yang pertama itu.
Hanya Grace masih menambal kelemahannya dengan ekspresi dan gaya
penampilan (antara lain merupakan kriteria para juri) yang
lumayan.
Sementara itu pemenang yang lain, Hetty Koes Endang misalnya,
tidak luar biasa. Diah Iskandar, mungkin karena penyanyi lama
yang penampilannya memang lebih matang dari yang -- sudah-sudah,
feeling terhadap lagu yang dibawakannya lebih bervariasi
dibanding Margie Segers yang sebelumnya juga membawakan lagu
yang sama. Dan Margie, penyanyi yang tidak pernah absen dalam
festival ini sejak diadakan, dari tahun ke tahun terasa semakin
mundur saja. Karena itu di tengah kebosanan menonton muka-muka
lama, penampilan Ferdy maupun Anne bagaikan tiupan angin. Cuma
kalau Ferdy muncul sudah dilengkapi gaya penampilan yang
nampaknya sudah dipersiapkan, Anne, penyanyi yang juga memiliki
warna suara tersendiri, muncul agak ragu-ragu. Kalau saja lagu
yang dibawakannya -- Women Song dari Odia Coates -- dipoles
dengan gaya sedikit luwes, mungkin sejarah pemunculan Berlian
Hutauruk pada festival tahun lalu yang mengejutkan itu akan
terulang lagi. Karena itu, walau tidak berhasil masuk tingkat
Nasional, penyanyi yang satu ini nampaknya bisa diandalkan bisa
masuk pasaran. Setidak-tidaknya bagi pencinta musik yang sudah
bosan dengan penyanyi yang itu ke itu, dengan suara yang satu
sama lain tiru-meniru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini