Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Yang tua-tua mundur dulu

Festival penyanyi pop tingkat jakarta di kuningan teater diikuti 15 peserta, pemilihan lagu selektif. grace simon sebagai juara i dan berhak maju ke tingkat nasional mendatang.

24 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAMPU sorot sudah mati sejak awal pertunjukan. Sistim suarapun mendadak mati, persis ketika Nina Nasution, peserta nomor dua Festival Penyanyi Pop tingkat Jakarta itu, baru sampai di tengah lagu. Dan Anita Rachman, pembawa acara malam itu, segera muncul memberi hiasan. "Maaf, seperti kata peribahasa, tak ada gading yang tak retak. Kita malam ini mendapat kesulitan teknis, aliran listrik pada mik mati", katanya. Dan penonton yang sudah dipaksa bersabar lebih tigapuluh menit dari jadwal pertunjukan, berteriak: "Wuuh, wuuh". Maka atas permintaan juri, Menik Handayani, peserta nomor satu ditambah Nina Nasution itu, kembali mengulang lagu-lagu mereka. Alhasil acara pemilihan penyanyi terbaik tingkat Jakarta yang berlangsung di Kuningan Teater, 3 Juli kemarin, lebih berantakan -- dari acara yang sama tahun-tahun sebelumnya. Hanya lagu-lagu yang dipilih cukup selektif, selain mutu peserta yang 15 orang itu pun lebih bagus dari tahun-tahun lalu. Lewat 11 orang juri yang diketuai Idris Sardi (anggota-anggotanya antara lain Titik Puspa, Marini, Tim Kantoso) diputuskan kemudian Grace Simon sebagai juara pertama -- sekaligus berhak maju langsung ke babak final tingkat Nasional nanti. Berturut-turut di bawahnya Hetty Koes Endang, Diah Iskandar, Eddy Silitonga,Margie Segers dan Ferdy Ferdian, sebagai juara-juara dua sampai enam, pada tingkat Nasional nanti harus melalui babak semi final dulu. Sedang sembilan peserta lainnya terpaksa stop sampai di situ. Zacky, John Philips dan bahkan Yatni Ardi, juara-juara tingkat Jakarta dua tahun lalu, walaupun tidak terlalu di bawah dibanding para pemenang, nampaknya memang harus menerima nasib sebagai purnawirawan tahun ini. Juga harapan menang pada tahun-tahun mendatang bagi para penyanyi ini rasanya tidak akan secerah harapan pendatang-pendatang baru, seperti Ferdy Ferdian atau Anne Rizana. Itu tidak berarti seperti Zacky, misalnya, harus berhenti nyanyi. Sebab seperti yang dikatakan Anita Rachman: "Zacky sudah memiliki pengalaman nyanyi selama 20 tahun. Dan dia ingin menyanyi seribu tahun lagi". Artinya sampai tua. Lepas dari masalah keputusan juri yang tidak bisa diganggu gugat, beberapa kemungkinan lain bisa saja diangankan. Jack Lesmana misalnya cenderung menempatkan Eddy Silitonga sebagai juara pertama, sedang Anne Rizana yang tidak berhasil mendapat nomor --pada kedudukan nomor tiga. Pendapat ini ternyata cukup beralasan. Sebab Grace Simon di samping (setelah mendengar rekamannya) tidak berhasil memelihara suaranya secara utuh, beberapa kali dengan jelas tergelincir. Lagu Bing ciptaan Titik Puspa yang dibawakannya tersendat pada stakato-stakato yang justru memang berhasil menutupi kelemahannya yang pertama itu. Hanya Grace masih menambal kelemahannya dengan ekspresi dan gaya penampilan (antara lain merupakan kriteria para juri) yang lumayan. Sementara itu pemenang yang lain, Hetty Koes Endang misalnya, tidak luar biasa. Diah Iskandar, mungkin karena penyanyi lama yang penampilannya memang lebih matang dari yang -- sudah-sudah, feeling terhadap lagu yang dibawakannya lebih bervariasi dibanding Margie Segers yang sebelumnya juga membawakan lagu yang sama. Dan Margie, penyanyi yang tidak pernah absen dalam festival ini sejak diadakan, dari tahun ke tahun terasa semakin mundur saja. Karena itu di tengah kebosanan menonton muka-muka lama, penampilan Ferdy maupun Anne bagaikan tiupan angin. Cuma kalau Ferdy muncul sudah dilengkapi gaya penampilan yang nampaknya sudah dipersiapkan, Anne, penyanyi yang juga memiliki warna suara tersendiri, muncul agak ragu-ragu. Kalau saja lagu yang dibawakannya -- Women Song dari Odia Coates -- dipoles dengan gaya sedikit luwes, mungkin sejarah pemunculan Berlian Hutauruk pada festival tahun lalu yang mengejutkan itu akan terulang lagi. Karena itu, walau tidak berhasil masuk tingkat Nasional, penyanyi yang satu ini nampaknya bisa diandalkan bisa masuk pasaran. Setidak-tidaknya bagi pencinta musik yang sudah bosan dengan penyanyi yang itu ke itu, dengan suara yang satu sama lain tiru-meniru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus