Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bali main pop

Perusahaan kaset bali stereo dengan band putra dewata pimpinan cakra merekam lagu-lagu pop bali. cakra berhasil menciptakan 19 lagu dalam jilid i, diantaranya terkenal berjudul kusir dokar.

24 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KASET seri pop Jawa Koes Plus, sudah dilempar oleh banyak kusir dokar di Bali. Dahulu memang lagu-lagu tersebut merajalela, disenandungkan di belakang kuda mereka tanpa perlu tahu apa artinya. Tetapi sekarang radio-radio niaga begitu getol mempromosikan kehadiran kaset lagu-lagu berbahasa Bali yang pop -- dari tangan seorang tukang cukur yang pintar main biola. Sejak Juni lalu, setiap toko kaset di Denpasar ribut nmemutar lagu-lagu lokal tersebut. Sampai-sampai ada siaran radio non RRI yang begitu gandrung melayani permintaan para pendengarnya, sehingga acara bernama Pilihan Pendengar Gending Bali diganti menjadi Pilihan Pendengar Pop Bali. Maka mengalirlah kesenangan baru ini ke segala warung kopi di pelosok-pelosok dan gedung-gedung bioskop, menggantikan kekuasaan pop sebelumnya. Seorang tukang cukur kawakan, mendadak senin kemis membuka prakteknya. Rupa-rupanya ia sudah makin menyisihkan peranan gunting dan pisau cukur untuk kongko-kongko dengan perusahaan kaset Bali Stereo. Ia bernama A.A. Made Cakra, tukang cukur dan -- jangan lupa -- pemimpin Putra Dewata. Yakni satu-satunya band berbahasa Bali. Tempo hari band ini berlumuran caci maki, karena dianggap "band kampungan". Tapi sejak berdirinya tahun 1962, ia memang sudah mengkhususkan diri mengudarakan lagu-lagu dengan syair Bali ciptaan Cakra sendiri. Komponis lokal ini di samping itu telah berjasa sebagai pendiri Korps Musik Kodam XVI Udayana, dan juga menjabat seksi musik Lestibya Kabupaten Badung -- walau jabatan tersebut iidak pernah lebih dari kedok. Ia juga pernah mencatat prestasi sebagai juara bintang radio tingkat Bali. Sebagai tukang cukur penghasilannya rata-rata Rp 800 per hari. Setelah jatuh bangun sebagai musikus, tahun lalu Cakra mulai mendapat angin sehat. rupnya -- yang beranggotakan keluarga sendiri mendapat publikasi yang tak langsung, karena setiap minggu Bali Post Minggu memuat lagu-lagu Cakra. Undangan mulai datang untuk kerepotan-kerepotan para remaja. "Saya mulai agak berbesar hati, karena ada orang memperhatikan", ujar Cakra dengan sederhana. Dari sinilah kemudian ada lorong yang menuju pengkasetan lagu-lagu pop Bali. Tetapi inipun tidak begitu licin: Cakra perlu mendapat instrumen baru, karena ia merasa tak layak mempergunakan simpanan tuanya -- berupa gitar akuistik bikinan Sala, saksopon dan biola peninggalan orkes simfoni Jepang. Apalagi stringbas yang masih berpa tubuh seekor kerbau. Terjadi tawar menawar. Untung segalanya kemudian dapat dipinjam dari sana-sini. Maka berangkatlah Cakra meninggalkan tempat pangkasnya menuju studio rekaman. Berkat Kusir Dokar Sebetulnya sama sekali tidak memenuhi syarat sebagai sebuah studio rekaman. Letaknya di Kuta. Terang saja hasilnya memang terlalu memalukan sebagai barang dagangan. Karena itu cepat-cepat diusahakan menyulap sebuah rumah di Jalan Cokroaminoto untuk mendapat bunyi rekaman yang lebih baik. Sayang sekali, hasilnya sekali tiga uang. "Rupanya merekam musik tidak semudah merekam Arja atau gong Kebyar", kata Cakra mengenang segala susahnya. Namun setelah melewati masa nyaris putus asa -- didesak oleh janji dalam iklan radio yang sudah jauh-jauh mempromosikan usaha mereka fihak produser memboyong tukang cukur dan keluarganya ini menyeberang laut sedikit, ke Banyuwangi. Baru di sinilah segalanya berhasil dirampungkan. "Memakan waktu 15 hari, siang dan malam. karena sistim rekaman yang terpisah antara musik dan lagu membuat anak-anak bingung", demikian Cakra. Jilid I pop Bali itu berisi 19 buah lagu -- di bawah judul 'Kusir Dokar'. Mengetengahkan lagu-lagu antara lain: Made Rai, Ratu anom, Jaran Rarad Ada-ada dogen, Taruna Momo, Bog-bog Ayum, Baiu Benhur, Pebesen, Kusir Dokar, Jongkong Tabu, Kedondong ChaCha, Ada Kene Ada Keto, Pulung-pulung Ubi, Ngalih Capung, Panelokan, Dongkang Ngongkek, Awak Belog Ngaku Bisa. Penyanyinya di samping Cakra sendiri adalah Sukani, Alit Sudarsana dan Mud Mainah (Mutmainah?). Di antara lagu-lagu tersebut lagu Kusir Dokar (Cakra) -- yang pernah tersohor tahun lalu lewat Janger, Arja -- memang merupakan barang pelaris dalam jilid ini. Besar juga jasanya terhadap Cakra sendiri -- karena sejak keluarnya kaset tersebut, segera terdengar kabar Cakra sedang mempersiapkan dalam waktu dekat jilid ke Il. Sementara peralatan musiknya berangsur angsur diganti dengan yang baru -- meskipun untuk ukuran band pop di Jawa, masih kampungan tentu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus