KASET seri pop Jawa Koes Plus, sudah dilempar oleh banyak kusir
dokar di Bali. Dahulu memang lagu-lagu tersebut merajalela,
disenandungkan di belakang kuda mereka tanpa perlu tahu apa
artinya. Tetapi sekarang radio-radio niaga begitu getol
mempromosikan kehadiran kaset lagu-lagu berbahasa Bali yang pop
-- dari tangan seorang tukang cukur yang pintar main biola.
Sejak Juni lalu, setiap toko kaset di Denpasar ribut nmemutar
lagu-lagu lokal tersebut. Sampai-sampai ada siaran radio non RRI
yang begitu gandrung melayani permintaan para pendengarnya,
sehingga acara bernama Pilihan Pendengar Gending Bali diganti
menjadi Pilihan Pendengar Pop Bali. Maka mengalirlah kesenangan
baru ini ke segala warung kopi di pelosok-pelosok dan
gedung-gedung bioskop, menggantikan kekuasaan pop sebelumnya.
Seorang tukang cukur kawakan, mendadak senin kemis membuka
prakteknya. Rupa-rupanya ia sudah makin menyisihkan peranan
gunting dan pisau cukur untuk kongko-kongko dengan perusahaan
kaset Bali Stereo. Ia bernama A.A. Made Cakra, tukang cukur dan
-- jangan lupa -- pemimpin Putra Dewata. Yakni satu-satunya band
berbahasa Bali. Tempo hari band ini berlumuran caci maki, karena
dianggap "band kampungan". Tapi sejak berdirinya tahun 1962, ia
memang sudah mengkhususkan diri mengudarakan lagu-lagu dengan
syair Bali ciptaan Cakra sendiri. Komponis lokal ini di samping
itu telah berjasa sebagai pendiri Korps Musik Kodam XVI Udayana,
dan juga menjabat seksi musik Lestibya Kabupaten Badung -- walau
jabatan tersebut iidak pernah lebih dari kedok. Ia juga pernah
mencatat prestasi sebagai juara bintang radio tingkat Bali.
Sebagai tukang cukur penghasilannya rata-rata Rp 800 per hari.
Setelah jatuh bangun sebagai musikus, tahun lalu Cakra mulai
mendapat angin sehat. rupnya -- yang beranggotakan keluarga
sendiri mendapat publikasi yang tak langsung, karena setiap
minggu Bali Post Minggu memuat lagu-lagu Cakra. Undangan mulai
datang untuk kerepotan-kerepotan para remaja. "Saya mulai agak
berbesar hati, karena ada orang memperhatikan", ujar Cakra
dengan sederhana. Dari sinilah kemudian ada lorong yang menuju
pengkasetan lagu-lagu pop Bali. Tetapi inipun tidak begitu
licin: Cakra perlu mendapat instrumen baru, karena ia merasa tak
layak mempergunakan simpanan tuanya -- berupa gitar akuistik
bikinan Sala, saksopon dan biola peninggalan orkes simfoni
Jepang. Apalagi stringbas yang masih berpa tubuh seekor kerbau.
Terjadi tawar menawar. Untung segalanya kemudian dapat dipinjam
dari sana-sini. Maka berangkatlah Cakra meninggalkan tempat
pangkasnya menuju studio rekaman.
Berkat Kusir Dokar
Sebetulnya sama sekali tidak memenuhi syarat sebagai sebuah
studio rekaman. Letaknya di Kuta. Terang saja hasilnya memang
terlalu memalukan sebagai barang dagangan. Karena itu
cepat-cepat diusahakan menyulap sebuah rumah di Jalan
Cokroaminoto untuk mendapat bunyi rekaman yang lebih baik.
Sayang sekali, hasilnya sekali tiga uang. "Rupanya merekam musik
tidak semudah merekam Arja atau gong Kebyar", kata Cakra
mengenang segala susahnya. Namun setelah melewati masa nyaris
putus asa -- didesak oleh janji dalam iklan radio yang sudah
jauh-jauh mempromosikan usaha mereka fihak produser
memboyong tukang cukur dan keluarganya ini menyeberang laut
sedikit, ke Banyuwangi. Baru di sinilah segalanya berhasil
dirampungkan. "Memakan waktu 15 hari, siang dan malam. karena
sistim rekaman yang terpisah antara musik dan lagu membuat
anak-anak bingung", demikian Cakra.
Jilid I pop Bali itu berisi 19 buah lagu -- di bawah judul
'Kusir Dokar'. Mengetengahkan lagu-lagu antara lain: Made Rai,
Ratu anom, Jaran Rarad Ada-ada dogen, Taruna Momo, Bog-bog Ayum,
Baiu Benhur, Pebesen, Kusir Dokar, Jongkong Tabu, Kedondong
ChaCha, Ada Kene Ada Keto, Pulung-pulung Ubi, Ngalih Capung,
Panelokan, Dongkang Ngongkek, Awak Belog Ngaku Bisa. Penyanyinya
di samping Cakra sendiri adalah Sukani, Alit Sudarsana dan Mud
Mainah (Mutmainah?). Di antara lagu-lagu tersebut lagu Kusir
Dokar (Cakra) -- yang pernah tersohor tahun lalu lewat Janger,
Arja -- memang merupakan barang pelaris dalam jilid ini. Besar
juga jasanya terhadap Cakra sendiri -- karena sejak keluarnya
kaset tersebut, segera terdengar kabar Cakra sedang
mempersiapkan dalam waktu dekat jilid ke Il. Sementara peralatan
musiknya berangsur angsur diganti dengan yang baru -- meskipun
untuk ukuran band pop di Jawa, masih kampungan tentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini