Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa tahun lalu, pengusaha Adiwarsita Adinegoro, 57 tahun, pernah terkena stres hebat. Saking beratnya persoalan yang dideritanya, segepok rambut putih tiba-tiba muncul di kepala sebelah kiri. Belakangan Adi mengaku bisa keluar dari persoalan karenamendekatkan diri kepada Tuhan. Ia naik haji dan berpuasa di Tanah Suci. Yangtersisa kini adalah sedikit rambut putih di kepalanya.
Guncangan serupa kini datang lagi ke diri putra wartawan kawakan(alm.) Djamaluddin Adinegoro ini. Dua pekan terakhir, Ketua Umum AsosiasiPengusaha Hutan Indonesia (APHI) ini diberitakan terlibat dalampembobolan dana APHI yang disimpan di Bank Mandiri dan BNI.
Ceritanya memang unik. Pada 12 Februari 2002 APHI, yang diketuaiAdiwarsita, membeli 10 sertifikat deposito berbentuknegotiable certificate of deposit (NCD) Bank Mandiri senilai Rp 50miliar. Pada hari yang sama surat berharga itu dititipkan APHI di Bank Mandiricabang Panglima Polim, Jakarta, selama setahun dengan bunga 17,25 persen. Limahari sebelum NCD itu jatuh tempo, APHI meminta Bank Mandirimemindahbukukan dana itu ke rekening mereka diBank Mandiri cabang Gedung Kehutanan.
Bukannya mendapat kabar menggembirakan, APHI malah menelanpil pahit. Pihak bank memberitahukan sertifikat itu telah dijadikanjaminan kredit Rp 44 miliar oleh empat karyawan perusahaan sekuritas PTJasabanda Garta. Mereka adalah Julianus Indrayana (kini almarhum), IsmailSyaifuddin (buron), Rahadian Tarekat, dan Kuncoro Haryomukti.
Menurut Bank Mandiri, keempatnya berhasil "melego" sertifikatdeposito karena membawa surat kuasa yang diteken Adiwarsita dan bendaharaAPHI, Zain Masyhur. Tapi, menurut polisi, setelah melakukan pemeriksaandi Laboratorium Forensik Mabes Polri, tanda tangan dalam surat kuasaitu ternyata palsu.
Belakangan diketahui bahwa kredit Rp 44 miliar telah disetujui BankMandiri pada 13 Februari 2002—sehari setelah APHI membeli sertifikat berhargatersebut. Uang segepok itu dirangsek Julianus, Ismail, dan Rahadian (masing-masingRp 13,2 miliar), serta Kuncoro Haryomukti (Rp 4,4 miliar). Karena merasakemalingan, APHI melaporkan keempatnya plus pimpinan Bank MandiriPanglima Polim ke polisi pada 9 Juli 2003.
"Bumerang" berbalik ketika dalam pemeriksaan sejumlah saksi,polisi menemukan indikasi bahwa Adiwarsita terlibat. Ia dianggap mengetahuikongkalikong pemalsuan surat itu. Hal yang sama juga terjadi di Bank BNI.Apalagi belakangan polisi menemukan Adi pernah menerima uang dariJulianus Indrayana. "Adiwarsita ikut mendapat Rp 22 miliar dari NCD itu," kataHotma Sitompoel, pengacara Bank Mandiri.
Benarkah? Untuk mengetahui duduk persoalannya, Kamis pekan laluwartawan TEMPO Setiyardi, Agus S.R., dan Sapto Yunus mewawancaraiAdiwarsita di Kantor APHI, di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta. Adi, yangsepanjang wawancara didampingi pengacaranya, Christofel Butarbutar,tampak tenang. Berikut petikan wawancara yang berlangsung hampir dua jam itu.
Anda diberitakan membobol Bank Mandiri sebesar Rp 50 miliar.Bagaimana ceritanya?
Itu berita bohong. Saya justru telah menjadi korban penipuan yangdilakukan oleh Julianus Indrayana cs. Uang Asosiasi Pengusaha HutanIndonesia (APHI) sebesar Rp 50 miliar yang dibelikannegotiable certificate of deposit (NCD) Bank Mandiri malahhilang. Ceritanya, Februari 2002, Julianus Indrayana dan Ismail Syaifuddinmenyarankan agar dana APHI dibelikan NCD. Alasannya, suku bunga NCDflat. Saya kemudian setuju karena ketika itu adakecenderungan suku bunga bank sedang turun.
Jadi, Anda mengenal para tersangka kasus tersebut?
Ya, saya mengenal mereka. Saat itu saya menganggap mereka sebagaiorang-orang profesional di bidang keuangan.
Sejak kapan Anda kenal Julianus Indrayana?
Julianus Indrayana pernah menjadi manajer investasi saya. Inibetul-betul investasi pribadi. Tak ada uang APHI yang dipakai untuk investasi itu.Kata Julianus, uang itu akan dimainkan dalam saham Gudang Garam yangharganya akan dinaikkan. Dia menjanjikangain tetap sekitar 3 sampai 5 persen perbulan. Awalnya,sih, pembayarannya lancar.
Menaikkan harga saham? Anda terlibat "penggorengan" saham Gudang Garam?
Saya tidak mengerti saham. Saya juga enggak pernah bermain saham.Julianus cuma bilang harga sahamnya akan dinaikkan. Cuma begitu. Jumlahpersis uang yang ditanam, saya lupa. Pokoknya miliaran rupiah.
Kapan Anda tahu ada masalah dengan NCD itu?
Bulan Mei 2002, saya datang dengan bendahara APHI ke BankMandiri Cabang Panglima Polim. Saat itu sedang marak isu NCD palsu. Kamibertemu dengan Kepala Bank Mandiri Cabang Panglima Polim. Pihak bankmenunjukkan NCD tersebut kepada saya. Saya tenang karena merasa tak ada persoalan.
Bukankah pada 13 Februari 2002 NCD tersebut sudah menjadi agunan?
Itulah persoalannya. Saat itu pihak bank sama sekali takmemberitahukan bahwa NCD sudah dijadikan agunan.Ini jelas menunjukkan ada kongkalikong. Kalau tak ada permainan orangdalam, tak mungkin uang itu dapat dicairkan(KepadaKoran Tempo, pengacara Bank Mandiri, Hotma Sitompoel,menyatakan Bank Mandiri telah menempuh prosedur yang benar dalam kasus ini."Kami mempersilakan Bank Indonesia meneliti kasus ini untuk mengungkap siapayang menerima aliran dana NCD," kata Hotma.)
Mengapa proses kredit dengan menggunakan NCD sebagai agunan ituhanya membutuhkan waktu sehari?
Jangan tanya saya. Ini menunjukkan ada keterlibatan orang dalam.Apalagi mereka tak melakukan konfirmasi ke APHI. Hasil uji laboratorium polisi,tanda tangan saya di surat kuasa tersebut palsu. Kesimpulan lainnya: mereka telahmerencanakan aksi ini jauh hari sebelumnya.
Kapan pertama kali Anda tahu ada masalah dengan NCD tersebut?
Sekitar dua-tiga hari sebelum NCD jatuh tempo. (NCD jatuh tempo13 Februari 2003—Red.) Saya curiga karena Ismail Syaifuddin (salah seorangtersangka) tak pernah muncul lagi. Sebelumnya, kami kerap bertemu. Saya sadar adayang tidak beres dengan investasi di Bank Mandiri. Kemudian,feeling saya mengatakan bahwa pembelian Sertiplusdan floating rate notes (FRN) di Bank BNI juga bermasalah.
Apa yang Anda lakukan untuk menyelamatkan NCD tersebut?
Tiga hari sebelum NCD jatuh tempo, saya dan pengacara saya sudahdatang ke Bank Mandiri untuk mengingatkan bahwa ada pemalsuan. Tapi,anehnya, mereka tetap mencairkan NCD itu.
Anda jeblok di Bank Mandiri. Kenapa Anda juga membeli Sertiplus danfloating rate notes (FRN) di Bank BNI, yang akhirnya juga bernasib sama?
Awalnya, saya tak merasa ada masalah dengan NCD di Bank Mandiri. Sayajuga membeli Sertiplus dan FRN di Bank BNI, yang kemudian saya titipkan di BankBNI. Saya masih menyimpan tanda terimanya dari Bank BNI. Pembelian ini hanyamelibatkan Julianus Indrayana. Bahwa kemudian ada pemalsuan, saya tidak tahu.
Bagaimana pertemuan terakhir Anda dengan Ismail Syaifuddin cs?
Karena sudah mulai menghilang, saya menjadi curiga. Pengacara sayalantas merekam pembicaraan terakhir saya dengan Ismail via telpon. (Adiwarsitamemperdengarkan rekaman pembicaraan yang disimpan di telepongenggamnya. Terdengar suara lelaki yang disebut sebagai "Ismail" mengaku bersalahdan berjanji akan menemui Adiwarsita di Hotel JW Marriott.)
Apa yang Anda bicarakan dalam pertemuan di Hotel JW Marriott?
Pertemuan itu batal. Ismail tidak berani datang. Kemudian saya menulis SMSyang isinya penegasan bahwa saya tak akan bertemu lagi dengan bandit seperti dia.
Mengapa Anda menyimpan rekaman ini?
Saya akan menggunakan rekaman inidi pengadilan. Saya senang hari ini Mahkamah Agung telahmengeluarkan fatwa bahwa rekaman bisa digunakan sebagai barang buktidi pengadilan.
Masalah ini jadi rumit karena Julianus Indrayana sudahmeninggal?
Sayang, dia sudah meninggal. Ada kabar ia bunuh diri.Padahal ia salah satu otak perkara ini.
Ada kabar yang menyebut Anda terlibat dalam kematian Julianus?
Ha-ha-ha..., saya juga mendengar berita tersebut. Sayategaskan bahwa saya bukan dalang atas kematian Indrayana. Sayapunya bukti kuat, pada saat Indrayana meninggal, saya sedang beradadi Padang untuk sebuah acara. Jadi, mana mungkin sayamelakukan pembunuhan itu.
Anda membantah terlibat dalam pembobolan uang APHI. Tapibelakangan terbukti ada aliran dana sebesar Rp 22 miliar daripara tersangka ke rekening Anda?
Saya memang kerap mendapat transfer uang dari Julianus. Ini dari bisnisdi investasi saham. Tak ada sangkut-pautnya dengan uang dari NCDmilik APHI itu. Mungkin inilah yang mereka anggap ada uang dari hasilmembobol Bank Mandiri.
Tapi jumlahnya betul Rp 22 miliar?
Rasanya tidak mencapai Rp 22 miliar. Mungkin sekitar belasan miliar. Uangitu tidak dikirim satu tahap, tapi dalam beberapa kali transfer. Detailnya,saya harus melihat pembukuan saya terlebih dahulu. Semua ada catatannya,kok.
Dari bisnis pribadi atau dari NCD Bank Mandiri, bukankah transfer itubisa menjadi indikasi awal keterlibatan Anda?
Kalau mau membobol bank, saya tak akan menerima uang lewat transferrekening. Itu transaksi yang tidak aman. Lebih baik menerima dalam bentukcash. Lagi pula, kalau mau membobol APHI, tidak perlu lewat Bank Mandiri.Saya dan bendahara memiliki kewenangan mengeluarkan uang APHI. Bagisaya, jumlah uang itu tak seberapa. Saya punya posisi yang bagus: KetuaUmum APHI, anggota MPR, dan pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Karena ada kesamaan modus dan para pelaku dalam kasus Bank Mandiri danBNI sama, ada yang menuding Anda terlibat?
Saya enggak terlibat. Ini bulan puasa dan saya adalah orang beragama.Disuruh sumpah pakai Al-Quran pun saya berani. Mungkin sumpah pocongakan membuktikan saya tak terlibat. Tidak ada keluarga saya yang kriminal.
Jadi, siapa penjahat yang sesungguhnya?
Feeling saya mengatakan Julianus Indrayana adalah otak kejahatan ini.Sayangnya, dia sudah mati.
Karena kasus ini, kabarnya Anda stres berat?
Itu manusiawi. Wajar saja kalau saya stres. Persoalan ini merupakantanggung jawab saya. Lihatlah, keluarga saya sekarang ikut menderita.
Berapa total kerugian APHI dalam kasus di Bank Mandiri dan Bank BNI?
Sekitar Rp 150 miliar. Itu setara dengan sekitar 75 persen danacash milik APHI. Padahal, organisasi ini harus tetaphidup dan berjalan. Beban saya saat ini adalah mengembalikan uang itu karenamerupakan hak asosiasi. Saya berharap kasus ini cepat selesai.
Bagaimana tanggapan dari anggota APHI lainnya?
Saya harus menyelesaikan kasus ini. Ini uang dari hasil iuran anggotaAPHI, yang memiliki 300 anggota pemegang HPH dan dunia industri. Sebagianbesar uang tersebut merupakan peninggalan Bob Hasan ketika ia menjadiKetua APHI. Itulah sebabnya kepengurusan saya diperpanjang jadi sampai 2004.
Siapa saja yang mengetahui investasi uang APHI tersebut?
Cuma saya dan bendahara APHI. Kami memang memiliki kewenangan itu.Pengurus yang lain tak tahu-menahu. Sekarang, sih, mereka semua tahu karenatelah ramai diberitakan media massa.
Betulkah untuk menuntaskan kasus ini Anda sempat mengontak DirekturUtama Bank Mandiri, E.C.W. Neloe?
Saya pernah membuat surat resmi ke Pak Neloe, tapi tak dibalas. Sayajuga pernah mengirim surat ke I Wayan Pugeg (Wakil Direktur Utama BankMandiri), tapi tak diladeni. Secara pribadi, sebenarnya saya kenal Pak Neloe. Sayakenal lewat Pak Oesman Sapta Odang (Ketua Fraksi Utusan Daerah MPR). Tapi,ini sudah menjadi persoalan institusi.
Anda sempat minta tolong Oesman Sapta Odang juga?
Ya, Pak Oesman berjanji mau membantu. Tapi, toh hingga saat inipersoalannya belum selesai.
Anda sudah diperiksa polisi?
Saya sudah diperiksa polisi sekitar lima kali. Sebagai pelapor, sayasempat mendatangi Mabes Polri. Polisi dan saya juga pernah bertemu di HotelGrand Mahakam untuk memberikan keterangan dan bukti-bukti tambahan.Meski saya anggota MPR, saya tak pernah meminta polisi menyediakan suratizin presiden agar mereka bisa memeriksa saya.
Selain dihantam kasus ini, kabarnya bisnis Anda juga sedang lunglai?
Saya memang lagi bermasalah dengan Menteri Kehutanan M. Prakosa.Perusahaan plywood saya, PT Wana Rimba Kencana, yang ada di Samarinda,dihentikan izin usaha industrinya. Menteri menganggap ada pelanggaranpenerimaan kayu. Akibatnya, saya hanya bisa menjualplywood untuk konsumen lokal.
Akibatnya?
Kapasitas produksi pabrik saya semula 6.000 meter kubik per bulan, kiniturun hanya tinggal setengahnya. Selain itu, ada selisih harga sekitar 40 dolarper meter kubik antara produksi untuk ekspor dan lokal. Departemen Kehutananini aneh, mereka mau mematikan industri kehutanan. Padahal akibatnyabanyak tenaga kerja yang bisa dikenai PHK.
Apa persoalan Anda dengan Menteri Kehutanan M. Prakosa?
Mungkin saya dianggap sebagai orang yang kritis. Bagi saya, daripadapemerintah terlalu mengurusi industri kehutanan, lebih baik merekamembereskan penebangan ilegal (illegallogging). Sekarang yang diacak-acak olehpemerintah adalah yang ada di dalam. Padahal penyelundupan itu membuat kita takbisa mengontrol harga. Illegal loggingadalah persoalan berat yang melibatkan aparat. Lihat saja di Kalimantan Utara,yang berbatasan dengan Malaysia. Kalau pemerintah serius, pasti bisamencegahnya. Saya sebenarnya berbicara dalam kapasitas sebagai Ketua APHI. Sayamemang harus menyuarakan kepentingan anggota. Saya tidak tahu, kok jadipersoalan personal.
Bagaimana perkembangan kasus Anda dengan Menteri Kehutanan?
Sebenarnya Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta sudahmenangguhkan keputusan itu. Anehnya, Menteri Kehutanan nyata-nyata tak menggubriskeputusan Pengadilan Tata Usaha Negara.n
Adiwarsita Adinegoro
Tempat/tanggal lahir: Bukit Tinggi,19 Maret 1946
Pekerjaan:
- Direktur Utama PT Wana Rimba Kencana
- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI)
Pendidikan:
- SMA Kanisius Jakarta (1964)
- Fakultas TeknikUniversitas Indonesia (1967)
- Dipl. ing. dari Technische Hochschule, Berlin (1971)
Lain-Lain:
- Anggota MPR Fraksi Karya Pembangunan (1992 _ 1999)
- Anggota MPR Fraksi Utusan Golongan (1999 _ 2004)
- Ketua Kadin Bidang Kehutanan dan Perkebunan (1999
- Anggota Komite Pemulihan Ekonomi Nasional Kadin (2002 _ sekarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo