Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INSIDEN 11 September membuat Feisal Abdul Rauf jauh lebih sibuk. Imam Masjid Al-Farah, yang hanya berjarak 12 blok dari Menara Kembar World Trade Center yang hancur akibat serangan teroris, itu harus kerap melakukan perjalanan. "Saya ke berbagai daerah untuk berbicara tentang kerja dan visi kami," katanya kepada Dini Djalal dari Tempo dua pekan lalu. Ia dan banyak tokoh muslim lain ingin memberikan pemahaman lebih dalam kepada warga nonmuslim Amerika tentang Islam.
Sekitar delapan tahun setelah serangan yang menewaskan lebih dari 3.000 orang itu, beberapa tokoh muslim di Amerika Serikat, termasuk Feisal Abdul Rauf, berencana mendirikan Islamic Community Center, atau dikenal sebagai "Park51", dua blok dari "Ground Zero". Kota dan wali kota mendukung. Tapi belakangan banyak tantangan menghadang.
"Ini tamparan kepada korban-korban tewas 11 September," kata mantan kandidat wakil presiden, Sarah Palin. Bahkan Pendeta Terry Jones mengancam akan membakar Al-Quran bila pusat komunitas tidak dipindahkan. Peristiwa itu membuat hubungan antarkomunitas menjadi tegang.
Kabar perpecahan di antara penggagas "Park51" pun merebak. Feisal Abdul Rauf, 63 tahun, pendiri dan pemimpin American Society for Muslim Advancement, dikabarkan keluar dari proyek tersebut. Tapi, kepada Tempo, Feisal menegaskan proyek tetap diteruskan. Bahkan anggota kelompok lain yang merupakan pemilik gedung "Park51", Sharif el-Gamal, menyatakan hal sama. Hanya beberapa tak lagi terlibat.
Hingga kini, pria asal Kuwait yang tinggal di Amerika sejak 1965 itu masih tak henti bepergian. "Program ini akan berdampak sangat besar terhadap hubungan antar-iman," katanya tentang "Park51", yang sekarang bernama "Cordoba House". Ini merupakan wawancara ketiga Tempo dengan Feisal Abdul Rauf.
Organisasi Anda tak lagi terlibat dalam rencana pembangunan Islamic Community Center di New York?
Pertanyaan terbesarnya, akibat krisis kekuasaan di Amerika, ada banyak kontroversi tahun lalu dan islamofobia meningkat. Ada sekelompok kecil orang yang telah sekian lama menciptakan islamofobia di Amerika. Ini berbahaya. Amerika memiliki kepentingan terhadap dunia muslim.
Jadi, Anda tetap melanjutkan rencana pembangunan pusat komunitas itu?
Ide ini adalah mimpi yang telah saya miliki selama 15-20 tahun. Dua puluh tahun lalu, saya ingin membeli YMCA (Young Men’s Christian Association) di antara Avenue 9 dan 10, dan mengubahnya menjadi pusat komunitas Islam. Tapi yang penting bukan center-nya, melainkan program yang didesain center.
Apa program tersebut?
Rencana kami adalah menciptakan semacam program yang menyenangkan bagi muslim dan nonmuslim. Mimpi saya adalah memiliki pusat komunitas dengan program seperti YMCA. Kami bermaksud mendesain center yang memiliki fasilitas bermain dan olahraga, tempat makan, fasilitas kebudayaan, dan lain-lain. Kami juga akan memamerkan kebudayaan Islam dari berbagai belahan dunia.
Islam Amerika dianggap tidak menyerap kultur Amerika?
Yang penting adalah mengembangkan identitas Islam Amerika yang paralel dengan Islam di berbagai bagian dunia muslim. Ketika Islam datang ke Indonesia, para pembawanya mengembangkan kultur Islam Indonesia, dan adat tradisional diadopsi ke dalam kultur Islam. Kami juga harus mengembangkan adat Amerika, sehingga kami juga akan dilihat sebagai bagian dari kultur Amerika pada umumnya. Tidak menjadi alien, seperti yang terlihat sekarang ini.
Bukankah Anda memiliki hubungan bagus dengan pemerintah setempat ketika Anda mengusulkan rencana membangun pusat komunitas Islam?
Sampai sekarang masih. Kami memiliki hubungan sangat baik dengan pemerintah lokal dan komunitas antar-iman. Ini tetap bertahan meski ada berbagai serangan ke kami. Wali kota mendukung kami. Mereka tahu orang-orang yang menyerang kami demi keuntungan politik, untuk pemilihan sela Amerika. Ada komplotan yang masih terus memerangi kami. Mereka memerangi integrasi muslim ke masyarakat umum. Ini pertempuran yang akan terus terjadi.
Apakah Anda ataupun komunitas muslim di Amerika masih banyak mengalami pelecehan atau penyerangan?
Tidak di level personal. Namun pengkritik kami melakukan apa pun yang mereka bisa untuk menyerang, dengan tulisan atau blog mereka. Tapi kami tetap meneruskan kerja, membuat orang lebih memahami Islam.
Apa yang Anda lakukan?
Saya melakukan perjalanan ke berbagai daerah untuk berbicara tentang kerja dan visi kami. Saya diundang untuk memberikan kuliah di berbagai tempat. Orang-orang mendesak saya agar berbicara kepada publik Amerika. Ketika saya melakukan, mereka biasanya mendapat pemahaman lebih dalam tentang Islam. Banyak orang Amerika mengakui perlu memiliki hubungan lebih baik dengan komunitas muslim.
Tapi jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan indikasi tak optimistis, dan persepsi orang Amerika terhadap komunitas muslim menurun?
Persepsi terhadap muslim memang menurun. Sekelompok kecil orang yang terus menyerang muslim bekerja sangat efektif. Mereka menggunakan dan dibantu sayap kanan ekstrem, seperti Fox News, yang sangat efektif menyebarkan opini mereka.
Bagaimana kaum muslim menghadapinya?
Memang butuh kampanye yang sangat efektif. Butuh hal sama dengan yang mereka kerjakan, dan itu adalah kampanye media, kampanye politik. Anda harus menggunakan media dan perusahaan hubungan masyarakat, juga berbagai kegiatan. Beberapa bulan lalu, kami menggelar kegiatan besar, mengundang Russell Simmons (produser musik terkenal) dan teman-teman kami, termasuk para rabi (ulama Yahudi). Dalam acara di Times Square itu, orang-orang datang dan mengatakan "saya juga muslim". Kegiatan semacam ini yang harus kami lakukan di seluruh negeri. Untuk itu kami memerlukan lebih banyak sumber daya.
Tapi bukankah ada juga komunitas muslim yang picik, yang tidak mencoba merengkuh komunitas lain?
Ada kecenderungan imigran berkelompok dengan sesama etnis. Ini tak hanya di komunitas muslim. Generasi kedualah yang cenderung merasakan lebih banyak tekanan untuk menjadi bagian dari identitas yang lebih luas. Pada saat bersamaan, ada pula orang-orang yang dilihat sebagai mitra bicara yang menjadi bagian dari komunitas imigran, tapi juga dilihat sebagai bagian dari komunitas lebih luas. Kami membutuhkan lebih banyak orang semacam itu untuk memediasi isu-isu yang menjadi perhatian kedua pihak. Selain itu, dengan pertumbuhan generasi kedua, komunitas muslim yang berbicara dengan aksen Amerika itu juga membantu kami menjadi dilihat sebagai bagian dari kultur Amerika.
Jadi, apakah perlu mitra bicara dari setiap komunitas?
Menurut saya, momentumnya ada di generasi yang akan datang, karena generasi tersebut akan lebih berpikir bahwa mereka orang lokal. Kalau Anda melihat Indonesia, orang Yaman datang dan berpikir mereka orang Arab. Keturunan mereka mungkin bertampang Arab, tapi menganggap diri mereka sebagai orang Indonesia. Hal yang sama terjadi di sini. Para pemudanya kian merasa sebagai orang Amerika. Saya memprediksi kemunculan identitas Islam Amerika.
Ketika identitas tersebut muncul, akan lebih mudah dalam menghadapi para penyerang?
Ketika identitas itu muncul, akan lebih mudah diterima oleh komunitas lebih luas. Lihat komunitas Irlandia. Sekitar 150 tahun lalu, mereka dipandang seperti alien di negeri ini. Tapi, dengan berlalunya waktu dan generasi, mereka memandang diri mereka sebagai warga Katolik Amerika. Ketika itu terjadi, Anda melihat penerimaan mereka sebagai bagian dari publik Amerika.
Apakah ada problem polarisasi komunitas?
Orang Amerika suka melihat pertempuran bagus, seperti menonton sebuah permainan. Kalau salah satu pihak membangkitkan pihak lain, orang mulai meninggalkan stadion. Tapi, bila satu pihak kalah, orang mulai mengalir lagi. Mereka ingin melihat perjuangan, dan orang biasanya suka melakukannya. Tapi kebanyakan orang, sekitar 80 persen, bersedia untuk beralih. Hanya 20 persen orang yang tidak bersedia mengalah, bergeser dari posisi mereka. Jadi, kami hanya harus memenangi 40 persen dari mayoritas karena kemudian segalanya akan bergerak ke arah lain. Ini proses yang dinamis. Dan itulah yang hendak kami capai.
Apa saja bentuk dukungan kelompok nonmuslim kepada Anda?
Tanpa adanya sumber daya tahun lalu, saya benar-benar gembira dengan orang yang berkumpul di sekitar kami. Kebanyakan dari mereka bukan muslim. Mereka memberikan sumbangan, US$ 10, US$ 100. Bahkan anak-anak pun mengirim ekspresi dukungan ke kami. Mereka semua mengatakan, apa yang mereka (kelompok penyerang) lakukan ke Anda, itu bukan Amerika. Mereka katakan, "Silakan bangun pusat komunitas di lokasi tersebut, dan kami akan berkunjung."
Jadi, pusat komunitas akan bisa direalisasi?
Saya sangat berharap itu bisa. Apakah itu di New York atau lokasi lain. Malah kami telah mengerjakan konsep Cordoba House di sebuah tempat yang disebut Chautauqua, New York, dekat Niagara Falls. Program ini akan memiliki dampak yang sangat besar terhadap hubungan antar-iman.
"Arab Spring" atau tuntutan reformasi merebak di negara-negara muslim di Timur Tengah dan Afrika Utara. Apakah ini berkaitan dengan peristiwa 11 September, ketika kaum muslim moderat lebih berani menyuarakan aspirasi?
Buntut dari peristiwa 11 September, dalam arti upaya perangkulan oleh Amerika, terutama dalam mempromosikan demokrasi di dunia muslim Arab, jelas memiliki dampak ke "musim semi Arab". Pendekatan Presiden Bush dengan kekuatan bukan cara yang bisa berjalan baik. Tapi pendekatan Presiden Obama dengan pidato-pidatonya di Turki, Mesir, dan Jakarta bisa membantu Anda melihat aspirasi negara-negara muslim. Saya yakin cara Amerika merangkul dunia muslim, dengan memberikan perhatian lebih besar kepada massa, dan keinginan dunia muslim akan pemerintah yang bertanggung jawab itu memberikan dampak.
Jadi, kebijakan luar negeri Amerika memberikan dampak ke "Arab Spring"?
Faktor yang lebih besar adalah bagaimana orang di berbagai belahan dunia tahu tentang hidup orang lain. Sekarang ini, ketika komunikasi begitu gampang, orang bisa mengetahui bagaimana orang di Eropa atau Amerika hidup. Dengan Internet, orang tahu milik orang lain. Dan semua orang di dunia ingin materi yang baik. Mereka ingin mobil, makanan yang baik, pakaian karya desainer. Di mana-mana,kita melihat anak muda menginginkan kehidupan tersebut. Mereka tak hanya ingin telepon, tapi iPhone. Orang tahu Amerika memiliki pemilu, juga Indonesia. Jadi, orang-orang pintar di Mesir atau Libya sangat susah. Ini menyumbang terjadinya "Arab Spring".
Feisal Abdul Rauf Lahir: Kuwait, 1948 Kebangsaan: Amerika Pendidikan: Sarjana fisika Columbia University l Master fisika plasma Stevens University Hoboken, New Jersey Karier: Ketua Cordoba Movement, New York, Amerika l Imam Masjid Al-Farah, Dewan Islamic Center New York, Amerika l Pengusaha properti Penghargaan: James Parks Morton Interfaith Award l Annual Alliance Peacebuilder Award |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo