Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meniru gaya Joko Widodo dengan menunjuk pengusaha sebagai ketua tim pemenangan. Dalam Pemilihan Umum 2019, Jokowi menunjuk pengusaha jaringan media dan energi Erick Thohir sebagai ketua tim pemenangan. PDIP dan partai koalisinya kini memilih Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia serta Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk, sebagai Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah terpilih dengan mengalahkan Prabowo Subianto, Jokowi menunjuk Erick Thohir sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara. Arsjad tak mau berandai-andai ihwal jabatan publiknya jika kelak Ganjar Pranowo menjadi Presiden Indonesia kedelapan. “Saya memikirkan ini dulu,” kata pengusaha 53 tahun ini kepada Abdul Manan, Raymundus Rikang, dan Francisca Christy Rosana dari Tempo di rumahnya di Jakarta Selatan pada Jumat, 29 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arsjad mengaku terkejut saat namanya disebut sebagai Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo pada Senin, 4 September lalu. Ia merasa belum pernah diajak bicara oleh elite PDIP atau Ganjar Pranowo. Butuh 23 hari bagi Arsjad untuk akhirnya menerima pinangan itu. Ia berkonsultasi dengan istri, anak, kolega bisnis, hingga para pengurus Kadin. Begitu menerima tawaran itu, Arsjad cuti sebagai pemimpin Kadin dan Indika Energy.
Mengapa Arsjad Rasjid dipilih sebagai pemimpin tim untuk memenangkan Ganjar Pranowo? Apa strateginya meningkatkan elektabilitas Ganjar yang belum cukup menyaingi Prabowo Subianto dan Anies Baswedan? Dalam dua jam wawancara, Arsjad banyak berbicara tentang bagaimana politik bisa dikelola seperti bisnis.
Mengapa akhirnya Anda bersedia menjadi Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo?
Saya enggak mau ada keributan. Saat ini Indonesia dalam posisi yang sangat bagus. Ini momentum. Kamu tidak bisa membeli momentum. Dari dulu kita punya sumber daya alam, sumber daya manusia. Tapi kita enggak punya kepercayaan dunia. Saat ini Indonesia sedang dipercaya dunia.
Apa indikasinya?
Saya mengadakan road show ke semua negara G20, ASEAN. Saya ketemu dengan pebisnis di sana. Saya bertemu dengan stakeholder. Di G20 kemarin atau ASEAN semua partner dunia datang. Enggak pernah dalam sejarah seperti itu. Posisi Indonesia sedang bagus. Saya sepakat dengan Pak Jokowi, 10-15 tahun ke depan tantangan Indonesia to be or not to be menjadi negara maju. Sekarang kita enggak ada waktu untuk ribut lagi.
Bagaimana bisa posisi ketua tim pemenangan Ganjar mewujudkan keinginan itu?
Kunci pertumbuhan ekonomi adalah kestabilan politik. Untuk memastikannya, saya ada di sana. Saya melihat komunikasi politik buntu. Mungkin saya bisa salah. Tapi komunikasi harus dibangun. Kedua, saya enggak mau setiap kali pemilu ada ketakutan. Lalu saya lihat anak-anak muda malas terhadap politik. Ini bahaya. Terjun ke politik bukan selalu jadi politikus. Politik itu membentuk masa depan. Jadi harus peduli. Tapi saya mengerti mereka. Mereka apatis karena politik diwarnai korupsi. Anak-anak kan begitu.
Anda melihat publik melihat sisi buruk politik?
Itu sangat berbahaya. Jika saya tidak di sana dan menjelaskan, saya enggak punya kredibilitas. Edukasi itu harus terjadi kepada generasi berikutnya. Kedua, keberlanjutan kebijakan.
Anda yakin Ganjar menang?
Semua orang punya pilihan. Itulah demokrasi. Tapi keberlanjutan ini penting. Setuju atau tidak setuju, negara ini sangat diverse. Lihat Amerika Serikat. Itu negara terbesar, sekarang terbelah. Saya tak mau melihat Indonesia seperti Amerika. Saya tidak mau lihat zero-sum game. Winners take all. Waktu itu saya bilang ke Kadin, saya ingin melihat Kadin bikin acara nongkrong dengan calon presiden. Undang tiga calon presiden. Saya bayangkan bisa duduk di bawah sambil ngobrol seperti ini, ngopi, ngeteh. Di situ ada petani, pelajar. I think we can follow budaya kita. Cara kita. Jangan kita pakai budaya Barat.
Dalam winners take all, oposisi diperlukan?
Memang pemerintah bisa sembarangan sekarang? Enggak bisa. Ada Dewan Perwakilan Rakyat, ada media. Ada media sosial. Checks and balances ada.
Apa hitungan politik Anda dengan bersedia menjadi ketua tim pemenangan Ganjar Pranowo?
Saya bukan mau jabatan dengan menjadi ketua tim pemenangan. Saya tidak mencari itu. Saya cuma mau ikut bagian dalam memperkaya visi-misi ke depan. Saya mau bantu memastikan tidak terjadi konflik. Komunikasi harus dibangun terus. Mungkin saya bias dengan mengatakan Mas Ganjar harus jadi presiden. Kalaupun ternyata takdirnya bukan itu, tapi damai dan bisa gotong-royong, bagi saya alhamdulillah. Itu selesai, saya balik jadi pengusaha.
Erick Thohir jadi ketua tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pemilu 2019 dan menjadi Menteri BUMN. Anda berharap seperti itu juga?
Belum ada pikiran apa pun untuk ke depan. Saya memikirkan ini dulu, menyiapkan tim pemenangan dulu. Tugas saya berfokus bagaimana visi dan misi serta program calon presiden harus membumi, bisa dilakukan secara cepat. Saya ingin influence dalam proses itu. Apalagi kita sudah membuat peta jalan Indonesia Emas. Jadi saya mau ikut dan memastikan pemenangan Mas Ganjar. Kedua, saya ingin memastikan di Indonesia ada kedamaian. Saya harapkan tidak terjadi zero-sum game. Ketiga, saya ingin memastikan program-program keberlanjutan dan program-program besar benar-benar bisa dijalankan.
Misalnya Ganjar menang dan ia menawari Anda jadi menteri, bersedia?
Istri saya enggak mau masuk Dharma Wanita.
Ha-ha-ha. Anda sudah berhitung jika Ganjar Pranowo kalah?
Risiko itu saya pikirkan. Itu diskusi saya dengan partner, istri, anak-anak. Saya mau buktikan Indonesia enggak berkonflik terus. Tapi risikonya bisa terjadi. Orang Kadin juga bertanya. Saya bilang, makanya kita biasakan.
Sudah dihitung dampak terburuk terhadap posisi dan reputasi Anda?
Pasti. Saya sudah berkonsultasi. Saya mungkin tidak lagi di Indika kalau jelek buat Indika. Kan, dua hal. Satu, saham. Kedua, pengurus. Dua hal yang beda. Ini perusahaan terbuka. Ada juga pemegang saham lain. Konsekuensinya saya dicopot di Indika dan Kadin. Enggak mungkin risiko itu hilang.
Apa kewenangan dari PDIP untuk Anda di tim pemenangan?
Saya mendapat kewenangan penuh. Seperti direktur utama perusahaan.
Targetnya hanya Ganjar menang?
Jelas. Ganjar Pranowo menang. Saya diberi target persentase perolehan suara.
Berapa?
Enggak boleh saya sebutkan dulu.
Sebagai otokritik, apa yang masih perlu ditingkatkan dari Ganjar?
Mas Ganjar masih provincial leader. Now we are trying to make him. Now we are doing it to be a national leader. But not only national leader, but international leader.
Popularitasnya masih rendah….
Popularitas Mas Ganjar harus kami naikkan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Lalu bagaimana mengubah popularitas itu menjadi elektoral.
Saat menyusun strategi pemenangan, Anda juga berkomunikasi dengan Presiden Jokowi?
Dalam konteks membuat visi dan misi, mencari apa yang mau dilaksanakan jangka panjang, bagaimana apa yang memang menjadi tantangan, pasti saya akan bertanya.
Sudah Anda lakukan?
Selama ini saya berkomunikasi dengan beliau.
Anda bertemu dengan Jokowi di Ibu Kota Nusantara (IKN). Apa pembicaraannya?
Di IKN saya ngomong peta jalan. Kalau soal minta doa restu, sebagai orang lebih muda, boleh dong saya minta doa restu. Saya diberi tanggung jawab yang besar. Mohon doanya, Pak. Pak Jokowi memberikan doa bagi semua orang yang mau memberikan sesuatu kepada bangsa ini. Soal pilihan? Saya enggak pernah bahas itu.
ARSJAD RASJID
Tempat dan tanggal lahir:
- Jakarta, 16 Maret 1970
Pendidikan:
- Computer Engineering di University of Southern California, Amerika Serikat (1990);
- Bachelor of Science in Business Administration di Pepperdine University, California (1993)
Karier:
- Direktur Utama dan Chief Executive Officer Grup PT Indika Energy Tbk (2005-sekarang)
- Komisaris PT Petrosea Tbk (2013-2015)
- Komisaris Utama PT Petrosea Tbk (2015-2016)
- Komisaris Utama PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (2010-2017)
- Komisaris Utama PT Indika Infrastruktur Investindo (sejak Juni 2020)
- Komisaris Utama PT Indika Multi Properti (sejak Oktober 2019)
- Komisaris PT Tripatra Engineers & Constructors dan PT Tripatra Engineering (sejak April 2021)
- Komisaris PT Indika Inti Corporindo (sejak Juni 2020)
- Komisaris PT Grab Teknologi Indonesia (sejak 2020)
- Komisaris PT Net Mediatama Televisi (2014-2020)
- Komisaris Kideco (sejak Februari 2017)
- Komisaris PT Indika Infrastruktur Energi (sejak Desember 2016)
- Komisaris PT Rukun Raharja Tbk (sejak Juni 2014)
- Ketua Dewan Pembina Yayasan Indika untuk Indonesia (sejak Februari 2017)
- Presiden Direktur PT Indika Energy Tbk (sejak April 2016)
- Pendiri PT Genomik Solidaritas Indonesia (2020)
Organisasi:
- Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional (2017-2021)
- Ketua Umum Kadin Indonesia (sejak Juli 2021)
Kapan pasangan Ganjar Pranowo diumumkan?
Saya enggak tahu. Kebiasaan Indonesia kan di menit terakhir.
Apakah Anda mengantisipasi kalau calon presiden-wakil presiden hanya dua pasangan?
Saya tidak bisa memprediksi.
Belakangan, ramai soal Ganjar dipasangkan dengan Prabowo. Pandangan Anda?
Ada isu itu. Waktu menghadiri rapat saya jelaskan, GP itu Ganjar Presiden. Jadi kalau dibilang Ganjar bukan presiden, sepertinya asumsinya salah, deh.
Seberapa besar efek dukungan Jokowi terhadap kemenangan Ganjar?
Menurut survei, tingkat kepuasan atas kinerja (approval rating) Pak Jokowi 78-80 persen. Itu sangat tinggi. Anggaplah 75 persen dari populasi Indonesia. Itu tertinggi di dunia. Dulu Perdana Menteri India Narendra Modi paling tinggi. Jadi pasti ada efek.
Anda mengantisipasi Jokowi tidak mendukung Ganjar Pranowo?
Saya harus memikirkan itu.
Menurut Anda, apakah ada persamaan dalam mengelola tim pemenangan dengan bisnis?
Di perusahaan kita bicara profitability. Di politik bicara kesejahteraan. Jadi kalau dibilang sama, pasti enggak sama. Output-nya beda. I think the new politics, a new that's going to be what's happening in the world. Dan yang harus kita coba ubah adalah let's professionalize politic. Dalam bisnis ada tata kelola, corporate governance. Masak enggak bisa political governance? Makanya ada orang politik yang enggak suka saya karena menganggap tim pemenangan nasional (TPN) seperti PT TPN GP.
Itu disampaikan di rapat tim pemenangan Ganjar?
Saya bilang, pemegang saham PT TPN GP hari ini ada empat: PDIP, Perindo, Partai Persatuan Pembangunan, dan Hanura. Ini kan seperti startup. Ada dua jenis perusahaan. Satu besar, satu masih kecil. Tapi ini pemegang saham semua. Kalau pemegang saham, berarti saya bukan lagi milik partai, bukan lagi bekerja untuk partai. Saya bekerja untuk PT TPN GP. Kedua, saya bilang, di perusahaan itu tidak ada lagi shareholder value, yang ada stakeholder value. Sama dong dengan PT TPN GP. Karena waktu Ganjar masuk ke sini, Ganjar bukan milik salah satu partai. Ganjar sudah milik bersama, milik rakyat Indonesia. Sederhananya begini, saya punya produk. Namanya GP. Produk ini mau saya jual. Tapi bukan hanya berjualan. Saya mau barang saya laku, dibeli.
Dalam dua pemilu terakhir ini figur dengan latar belakang pengusaha yang justru dipilih memimpin tim pemenangan. Apa menariknya?
The new political theory bahwa now it's called economic politics, yaitu politik itu di-manage secara bisnis. Kaderisasi ke depan harus belajar ini. It's about marketing. It's how you market a product. Tapi, di sisi lain, bedanya ada ideologi atau enggak.
Bukan kebutuhan dana politik?
Orang selalu berpikir begitu. Saya buat ASEAN event, saya minta sponsorship. Sponsornya bisa dua. Natura atau cash. Saya mesti buat bujet dan semacamnya. Ini yang saya mau bikin agak berbeda. Saya mau bikin pertanggungjawaban. Kalau sponsorship saya selalu kirim ke orang-orang sponsornya. Ingin ke depannya dibuka supaya ada transparansi.
Ketua Tim Pemenangan Nasional Ganjar Presiden Arsjad Rasjid (kiri) disaksikan Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo Zainul Majdi memberikan keterangan selepas pertemuan partai-partai politik pengusung Ganjar Pranowo di Jakarta, 27 September 2023. Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pemilihan presiden butuh dana besar sehingga setiap calon pasti membutuhkan logistik dan sokongan pengusaha.
Pasti. Makanya tadi saya bilang kayak sponsorship.
Tidak salah dong jika ada pandangan umum bahwa siapa pun pemenangnya, presiden terpilih adalah orangnya pengusaha?
Saya enggak menjanjikan apa-apa. Saya cuma bisa menjanjikan dua hal. Satu, Ganjar Pranowo berjuang untuk menang. Kedua, program-program yang saya jabarkan akan dimasukkan ke visi, misi, dan program. Pengusaha itu simpel. Kami maunya cuma satu: aman, stabil. Karena buat mereka harus ada pengembangan ekonomi baru, bisa ada bisnis. Kalau enggak, susah berbisnis. Nah, sekarang ini kekhawatiran semua pengusaha jangan sampai tidak ada stabilitas politik yang akan menjadi instabilitas keamanan.
Mungkin ada pengusaha yang ingin aman tapi ada juga yang ingin mendapatkan konsesi?
Itu yang harus kita ubah. That's the part I told you about governance tadi. Yuk, kita transformasi sama-sama.
Salah satu kritik terhadap politik kita adalah banyak melahirkan oligark. Menurut Anda?
Di seluruh dunia ada pelobi. Mereka berjuang untuk mempengaruhi kebijakan. Fair. Itu terjadi di mana pun. Realitasnya begitu. Nah, yang enggak benar adalah mendapatkan konsesi, proyek, dan segala macam. Itu buruk. Tapi kalau berupa program, fair.
Bukankah pengusaha mendukung politikus untuk mendapatkan proyek?
Bukan berarti pengusaha seperti itu enggak ada. Sama seperti manusia, enggak ada yang sempurna. Tapi jangan dicap semua pengusaha seperti itu. Ini yang membuat saya sedih, karena semua pengusaha dianggap begitu.
Anda juga disebut salah satu oligark. Benar?
Saya merasa enggak.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, wawancara ini terbit di bawah judul "Politik Bisa Dikelola seperti Bisnis"