Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Personel Polwan Indonesia menjadi polisi terbaik dunia versi Perserikatan Bangsa-Bangsa.Â
Briptu Renita sukses mengembangkan platform basis data kriminal untuk misi perdamaian PBB.
Pengalaman berharga Briptu Renita mengemban misi perdamaian di Republik Afrika Tengah.Â
Prestasi mentereng dipersembahkan oleh anggota kepolisian wanita Indonesia bernama Renita Rismayanti. Perempuan berpangkat brigadir satu atau briptu itu mendapat penghargaan United Nations Police Woman of the Year 2023 atau Polisi WanitaTerbaik Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Renita menerima penghargaan tersebut di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, pada 13 November lalu. Adapun Renita bertugas dalam Misi Stabilisasi Terintegrasi Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah (MINUSCA) sejak Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Renita dianggap berperan dalam mengkonsep dan mengembangkan basis data criminal internal security force serta Unpol case management platform. Basis data ini mampu mencatat semua kejadian kriminal yang terjadi di sebuah negara, dari jenis kasus, pelaku, korban, hingga barang bukti, secara detail.
Renita terus berupaya menyempurnakan basis data tersebut. "Masih terus kami sempurnakan, terutama di bagian dashboard, supaya kita bisa jabarkan informasi yang dibutuhkan secara real-time," kata Renita kepada Tempo dalam wawancara secara daring, Ahad pekan lalu.
Selain soal prestasinya, Renita bercerita tentang perjalanannya menjadi anggota Kepolisian RI hingga pengalaman berdinas dalam misi PBB di Republik Afrika Tengah selama hampir satu setengah tahun. Berikut ini wawancara dengan Briptu Renita Rismayanti.
Bagaimana respons Anda mendapat penghargaan UN Police Woman of The Year 2023?
Pertama, saya kaget. Sempat bertanya-tanya, kenapa saya yang dapat penghargaan ini. Waktu dengar berita resminya itu saya sedang cuti, sedang di Indonesia, di rumah orang tua saya. Kebetulan sekali berita resmi itu datang saat hari ulang tahun saya. Jadi seperti kado ulang tahun dari Tuhan.
Kedua, saya merasa terharu dan senang. Artinya, penghargaan ini bukan untuk saya sendiri. Saya mewakili misi saya di Misi Stabilisasi Terintegrasi Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah (MINUSCA). Saya juga senang bisa bawa nama Indonesia, nama Polri, di PBB.
Bagaimana Anda bisa terpilih sebagai pemenang Polwan Terbaik PBB tahun ini?
Sebelumnya ada proses wawancara. Sebenarnya ini penghargaan rutin tahunan yang diadakan PBB sejak 2011. Dari markas pusat PBB mengirim notifikasi tentang penghargaan ini ke seluruh misi pemeliharaan PBB. Kebetulan di misi saya, di MINUSCA, oleh komisioner polisinya diberitahukan ke semua ketua seksi. Lalu setiap ketua seksi di misi MINUSCA boleh mengirim nama polwan yang mau diajukan. Siapa pun dan dari negara mana pun boleh diajukan.
Tapi peraturan dari PBB memperbolehkan masing-masing misi mengirim dua nama perwakilan. Dua orang itu dipilih oleh komisaris polisi di setiap misi. Kebetulan untuk MINUSCA yang diajukan itu salah satunya saya. Lalu saya diwawancarai pada Oktober lalu langsung oleh penasihat polisi PBB dan dua panelis dari gender dan UN Woman. Setelah wawancara, saya baru dapat informasi resminya sekitar satu bulan kemudian. Ternyata nama saya yang keluar sebagai pemenang.
Briptu Renita Rismayanti meraih penghargaan United Nations Woman Police Officer of the Year Award 2023 atau Polisi Wanita Terbaik 2023 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, 16 November 2023. Dok. Pribadi
Anda menang atas kinerja di database criminal internal security force serta Unpol case management platform. Seperti apa itu?
Ya, database criminal internal security force dan Unpol case management platform adalah dua proyek percontohan oleh komisioner polisi. Kebetulan saya dipercaya untuk menangani Unpol case management platform, tepatnya sebagai vocal point dashboard. Itu sebuah platform yang lebih maju dari platform PBB sendiri yang sudah ada, namanya Unite Aware. Di situ kami mengembangkan platform tersebut untuk disesuaikan dengan semua code panel yang ada di Afrika Tengah
Jadi dengan itu bisa langsung digunakan lebih baik dan tetap sasaran. Tujuannya supaya kita konsepsi register basis data kita. Sementara itu, basis data kita lebih terintegrasi dan lebih maju. Dan kita bisa akses informasi apa pun tentang basis data kriminal itu secara langsung. Itu tujuannya.
Lalu?
Yang kedua, proyek instalasi basis data untuk FSI atau polisi lokal Afrika Tengah. Proyek ini bekerja sama dengan project management section bersama ODC. Jadi kami ingin bangun basis data, termasuk kantor sampai servernya yang di negara ini masih pertama kali banget dan belum pernah punya.
Kami rencanakan pembangunan ini dari initial building atau dari nol. Saya berperan sebagai pembuat konsep basis data itu sendiri. Tujuannya untuk membantu polisi lokal agar lebih baik lagi menangani kejahatan dan membantu otoritas setempat menghadapi ancaman kejahatan itu penanganannya seperti apa.
Jadi PBB sudah punya platform ini, tapi yang saya bikin ini lebih maju lagi dan bisa diterapkan di misi-misi PBB di negara lain. Mungkin alasan ini yang membuat proyek saya dianggap menarik. Ada juga perwakilan dari PBB pusat yang datang ke Afrika Tengah untuk mendalami platform yang kami sempurnakan ini agar bisa diimplementasikan ke misi PBB selanjutnya.
Bagaimana platform yang Anda buat itu bekerja?
Ini adalah basis data kriminal. Kebetulan saya ditempatkan di unit basis data kriminal, aksi, intelijen, dan analisis kriminal. Jadi basis data itu meregistrasi seluruh kejadian kriminal yang ada di negara ini, baik itu kasusnya, pelakunya, korbannya, maupun barang buktinya, secara detail.
Contohnya, dibutuhkan basis data ini saat akan melakukan verifikasi. Misalnya, ada permintaan menyaring latar belakang dari beberapa orang. Dari basis data itu akan ketahuan apakah dia pernah berurusan dengan kejahatan. Semua informasi yang dibutuhkan itu ada di basis data kami. Bahkan, dengan platform basis data ini, kita bisa lihat area mana yang tingkat kriminalitasnya paling tinggi.
Apakah platform basis data Anda sudah bekerja optimal di Republik Afrika Tengah?
Platform ini sudah berjalan sejak Maret 2023, tapi kami masih sempurnakan dan kembangkan lagi, terutama di bagian dashboard. Supaya kita bisa jabarkan informasi yang dibutuhkan secara real-time.
Apakah Anda membuat sendiri platform basis data itu atau ada timnya?
Ya. Saya sebagai pembuat konsep. Tapi kami punya kerja sama dengan tim ahli. Jadi PBB itu sudah punya tim ahli sendiri. Saya terus berkomunikasi dengan tim ini agar apa yang mereka kerjakan sesuai dengan apa yang sama konsep dan yang diminta.
Apa harapan Anda jika platform basis data sudah sempurna dan diterapkan penuh?
Harapannya, apa pun yang saya kerjakan bisa berguna bagi banyak orang. Kalau proyek tadi bisa berguna bagi PBB dan negara-negara lain, penggunanya, bisa bermanfaat buat warga lokal. Yang artinya, meski PBB sudah selesai misinya di sini, masih ada hasilnya yang tertinggal dan berguna buat mereka.
Semoga bisa memberikan dampak besar buat Afrika Tengah, misalnya nanti sudah terbangun sistemnya. Semoga bisa berkurang tingkat kriminalitas di sini. Korban-korban yang enggak bersalah bisa terlindungi dan tidak terulang jadi korban kejahatan lainnya. Tujuan akhirnya, tetap perdamaian.
Briptu Renita Rismayanti, peraih penghargaan United Nations Woman Police Officer of the Year Award 2023 atau Polisi Wanita Terbaik 2023 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, 16 November 2023. Dok. Pribadi
Bagaimana situasi keamanan di Republik Afrika Tengah? Apakah tingkat kriminalitasnya masih tinggi?
Kalau situasi keamanannya, masih berstatus negara konflik sehingga tingkat kejahatannya pun masih tinggi. Tingkat kriminalitas terbesar itu masih disebabkan oleh aktivitas kelompok bersenjata. Jadi aktivitas mereka masih mengancam warga sipil. Adapun kasus kriminal yang paling sering terjadi di sini adalah pencurian.
Lalu bagaimana kondisi perekonomian di Republik Afrika Tengah?
Logikanya, karena di sini masih berkonflik, untuk mengembangkan ekonomi juga sulit. Saya enggak punya statistiknya, tapi lebih banyak warga miskinnya dibanding di atas rata-rata.
Bagaimana pengalaman Anda bertugas di Republik Afrika Tengah?
Saya datang ke sini pada Juni 2022. Artinya, sekarang sudah satu setengah tahun di sini. Ini pertama kalinya saya ke Republik Afrika Tengah. Saya ke sini satu angkatan delapan orang. Tujuh kawan saya itu sudah pernah ke sini pada misi sebelumnya. Jadi buat mereka ini misi kedua, tapi buat saya ini misi pertama. Sempat kaget pada awalnya saat berada di sini, tapi sekarang sudah biasa.
Saya jadi merasa ada di antara senior yang berpengalaman. Saya sempat merasa kecil dan minder pada awalnya. Seiring dengan berjalannya waktu, saya bekerja dibantu senior-senior yang baik, alhamdulillah saya bisa sesuaikan diri. Malah oleh pimpinan misi kami dikenal dengan baik dan dianggap mampu bekerja dengan baik. Kami dianggap profesional, cepat, dan cekatan.
Selain dari Indonesia, dari mana asal pasukan PBB di Republik Afrika Tengah?
Kami dari Indonesia ada dua jenis penugasan. Pertama, FPU atau Front Police Unit, artinya kontingen pasukan. Nah, dari Indonesia ada satu kontingen yang beranggotakan 140 orang. Lalu yang kedua adalah IPO atau Individual Police Officer, yang bertugas secara individual. Nah, yang individu itu termasuk saya salah satunya.
Sekarang di sini kami ada 17 personel IPO. Kalau pasukan FPU di sini ada beberapa negara, seperti Senegal, Djibouti, Mauritania, dan Mesir. Tapi yang IPO itu dari banyak, ya, mungkin sekitar 40 perwakilan negara ada. Dari Afrika, Eropa, Asia, ada satu bersama.
Itu semua bekerja dalam satu kantor di Afrika Tengah?
Iya. Satu ruangan kerja diisi empat orang, semuanya berbeda negara. Kalau satu ruangan dengan saya itu ada dari Rwanda, Senegal, dan Djibouti. Kebetulan dari Afrika semua.
Lalu bagaimana Anda tinggal selama di sana?
Untuk pasukan FPU, ada kamp sendiri setiap kontingen. Kalau IPO seperti saya tinggalnya diperbolehkan sewa rumah sendiri, yang penting wilayahnya ada di parameter yang diizinkan, ya. Saya di sini mengontrak rumah sendiri bersama tiga orang lain dari Indonesia juga.
Apa saja kendala yang Anda alami selama mengerjakan misi di sana?
Kendalanya pasti beda dengan saat awal datang ke sini. Sekarang sih lebih ke bagaimana mengatur tingkat stres saya. Karena kami bekerja di lokasi yang enggak aman sepenuhnya seperti di Indonesia. Jadi kami harus pintar-pintar mengelola stres karena di sini enggak ada hiburan. Misalnya, akhir pekan ingin menonton bioskop enggak bisa. Tekanan kerja di sini memang besar. Bagi saya, penghargaan kemarin juga menjadi penambah tanggung jawab saya.
Kondisi cuaca?
Kalau cuaca sih sama seperti di Indonesia karena memang berada di garis ekuator. Jadi musimnya pun cuma ada dua. Bedanya di sini agak berdebu saja. Berdebu karena masih banyak lahan yang tanah terbuka, belum diaspal. Jadi, kalau panas, berdebu; dan kalau hujan, becek.
Bagaimana prosedur kerja Anda sehari-hari? Apakah alat pelindung tubuh wajib dipakai terus?
Karena kami sewa rumah sendiri-sendiri, jadi di setiap seksi wilayah kami diberi mobil untuk dipakai bersama. Jadi, misalnya, saya dikasih satu mobil untuk empat orang, artinya satu orang pegang kunci, jemput tiga rekannya untuk berangkat ke kantor. Kalau perlengkapan, seperti biasa, pakai seragam yang sama saya pakai di Indonesia. Paling kalau ada situasi bahaya, kami pakai body vest (rompi antipeluru), lalu perlengkapan keamanan lainnya.
Bagaimana ceritanya Anda masuk kepolisian?
Saya masuk ke kepolisian pada 2014 seperti biasanya, ya, dalam artian ikut seleksi dan segala macam. Saya lupa ada berapa banyak seleksinya. Yang pasti, kalau enggak lulus satu tes seleksi, ya, enggak akan lanjut. Tapi sebenarnya saya tidak ada cita-cita jadi polisi. Tapi, karena saya punya keluarga yang jadi polisi, seperti kakak sepupu dan paman, mereka seperti memberi motivasi untuk coba masuk kepolisian. Saya masuk seleksi itu awalnya coba-coba doang, tapi alhamdulillah diberi jalan.
Di mana penempatan pertama Anda setelah dilantik jadi polisi?
Saya pernah ditempatkan di Polda Jawa Tengah sejak 2014 sampai pertengahan 2017. Saya bertugas di bidang humas. Lalu saya ke Mabes Polri ditugaskan di Divisi Hubungan Internasional sampai sekarang. Di Divhubinter terakhir sekarang ini saya ada di bagian perdamaian dan kemanusiaan. Tugas saya merekrut dan melatih hingga mengerahkan anggota-anggota yang mau berangkat misi penugasan ke luar negeri, di PBB.
Berapa lama misi Anda di PBB seperti di Republik Afrika Tengah ini?
Kalau kontingen FPU itu satu tahun. Kalau yang individual seperti saya kontraknya setahun, tapi bisa diperpanjang enam bulan sampai maksimal tiga tahun. Perpanjangan kontrak kerja ini dari misi. Jadi dari misi diberikan eligibility atau pemenuhan syarat yang ibaratnya memberikan tiket kepada personel tertentu untuk memperpanjang kontrak kerjanya.
Lalu, dari misi, personelnya mengajukan ke markas besar PBB di New York. Kemudian dari New York mengirim nominasi perpanjangan kontrak kerja itu ke Indonesia. Tergantung Indonesia menyetujui atau tidak. Jadi sekarang kontrak saya di sini sudah diperpanjang dua kali. Kontrak saya sementara ini sampai Juni 2024.
Apakah Anda punya harapan diperpanjang lagi misi di Afrika Tengah atau punya keinginan lain?
Harapan saya, ikut penugasan dari Polri saja. Kalau diperpanjang, ya, akan saya jalankan dengan baik. Tapi, kalau arahannya saya diminta kembali ke Indonesia, ya, tidak akan jadi masalah buat saya. Ya, kami lanjutkan berkarier di Indonesia, ambil yang baik dari sini untuk dibawa pulang ke Tanah Air.
Bagaimana rasanya bertugas jauh sekali dari Indonesia? Bagaimana Anda mengobati rindu kepada keluarga?
Rindunya lebih ke kangen makanan Indonesia. Jadi di sini saya masak sendiri masakan Indonesia. Saya belanja dan masak bersama teman-teman satu rumah.
Bagaimana orang tua dan keluarga Anda menanggapi penugasan Anda yang cukup lama di Afrika Tengah?
Mereka selalu dukung saya, selama saya mau, mampu, dan sehat. Terlebih selama ini pun saya LDR dengan orang tua karena saya tinggal di Jakarta dan orang tua di Magelang. Yang penting rajin berkabar setiap hari.
Di sini kami juga dapat jatah cuti. Jadi setiap tiga bulan kami boleh ambil cuti 24 hari. Jadi bisa pulang ke Indonesia. Saya sudah pulang ke Indonesia tiga kali, he-he-he.
Bagaimana tanggapan teman atau rekan kerja tentang misi Anda di Republik Afrika Tengah dan mampu berprestasi?
Tanggapan teman-teman Polri malah banyak yang pengin, banyak yang bertanya bagaimana dapat misi penugasan ke sana, tipnya apa, sih.
Berapa harga tiket pesawat dari Afrika Tengah ke Indonesia?
Pulang-pergi saat murah itu sekitar Rp 18 juta. Kalau mahal di atas Rp 22-23 juta. Kami biasanya pakai Ethiopian Airlines.
Bagaimana jenjang karier Anda dan personel kepolisian Indonesia yang bertugas di luar negeri, seperti ikut misi PBB? Apakah dihitung?
Enggak dihitung. Memang enggak dihitung. Karena aturan kenaikan pangkat kami itu berdasarkan masa dinas, bisa percepatan kenaikan pangkat dengan syarat tertentu, misal S-1, S-2, S-3. Itu masing-masing bisa dipercepat berapa periode.
Anda mengorbankan masa dinas hampir satu setengah tahun untuk misi di Republik Afrika Tengah. Apakah sepadan?
Sangat sepadan. Bahkan lebih baik banget bertugas di sini. Banyak yang bikin saya tahu banyak. Bahkan saya enggak akan tahu pengalaman ini jika saya tetap bertugas di Indonesia. Jadi memang banyak pengetahuan, pengalaman, dan jaringan kerja dengan polisi lintas negara. Itu penting sekali buat saya.
Apa saja pengalaman dari kawan-kawan polisi negara lain yang bertugas di Republik Afrika Tengah?
Teman-teman saya yang ada di sini adalah orang-orang yang sudah terbiasa dengan misi PBB. Saya punya teman yang sudah pergi misi tujuh kali, enggak tahu deh itu negara mana saja. Jadi, ya, banyak cerita misi PBB di berbagai negara. Pasti berbeda-beda cerita dan pengalamannya. Lalu saya bisa tahu kebiasaan orang-orang dari berbagai negara itu sangat unik. Jadi punya banyak saudara lintas negara.
Jadi saat berinteraksi dengan rekan-rekan negara lain itu, ya, saling mengerti saja. Kami saling punya nilai jati diri dan rasa menghargai satu sama lain. Paling kendala bahasa saja. Jadi di sini pakai bahasa Prancis semua, cuma logatnya yang berbeda-beda.
Bahasa apa saja yang Anda kuasai?
Cuma Inggris dan Prancis. Karena di Republik Afrika Tengah ini misi frankofon ya, jadi semuanya berbahasa Prancis. Jadi kami semua wajib bisa berbahasa Prancis. Jadi dulu, sebelum berangkat ke sini, saya belajar dulu dikasih pelatihan dari Polri cuma satu bulan. Selebihnya saya belajar sendiri. Saya ambil les privat bahasa Prancis.
Mudahkah mempelajari bahasa Prancis?
Susah sekali bahasa Prancis. Saat sampai di sini pertama kali saja saya masih bingung orang-orang ini ngomong apa, sih. Justru sudah terbiasa ketika sudah lama di sini sehingga saya bisa mengimbangi bahasa mereka.
Bagaimana jaringan Internet di sana untuk Anda berkomunikasi dengan Indonesia?
Untuk Internet, kami dapat jaringan dari PBB dan ada yang beli kuota Internet sendiri. Nah, kalau pakai jaringan sendiri itu kadang sinyalnya ada, kadang enggak ada. Sementara itu, kalau pakai Internet PBB itu lancar, tapi ada beberapa aplikasi yang diblok, jadi tidak bisa diakses. Mungkin karena alasan keamanan digital, ya. Karena di laptop yang saya bawa itu banyak data rahasianya.
Apa hobi Anda?
Saya suka baca buku. Buku apa saja saya suka. Saya suka buku tentang keuangan, fisika, sejarah, dan filsafat. Lalu sekarang ini suka gym, tapi ini bukan hobi ya, melainkan cara mengelola stres saya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo