Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Cakra Khan Semakin Cinta Musik Blues

Cerita Cakra Khan gagal lolos ke America's Got Talent 2023 hingga trik menjaga kualitas suara.

27 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penyanyi, Cakra Khan di MyMusic Records, Cilandak, Jakarta, 25 Agustus 2023. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penyanyi Cakra Khan tidak kecewa meski gagal melaju lebih jauh di America's Got Talent.

  • Pentingnya pendidikan vokal bagi penyanyi Indonesia. 

  • Ia mengeluhkan kondisi udara Jakarta dan sekitarnya yang semakin buruk.

Kebebasan berekspresi menjadi alasan kuat Cakra Khan semakin cinta pada aliran musik blues. Menurut penyanyi berusia 31 tahun itu, musik blues membuatnya bisa lebih kreatif mengutak-atik nada setiap lagu yang ia nyanyikan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Penyanyi enggak terpatok pada kotak (pakem jenis musik),” kata Cakra Khan di markas label MyMusic Records, Jakarta Selatan, Jumat lalu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indra Wijaya dari Tempo mewawancarai penyanyi bersuara khas serak-serak basah itu di sela kesibukannya mempromosikan single lagu terbarunya berjudul Tennessee Whiskey. Pria kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, ini mengubah lagu yang aslinya bergaya country itu menjadi musik blues yang lebih santai.

Tennessee Whiskey adalah lagu lawas yang dirilis pada 1981. Lagu ini ditulis oleh musikus Amerika Serikat, Dean Dillon dan Linda Hargrove. Dua tahun lalu, Cakra Khan menyanyikan ulang lagu ini bersama band Roommate Project dan ditayangkan di YouTube dan ditonton lebih dari 5 juta kali.

Selain itu, Cakra bercerita tentang kegagalannya melenggang ke babak live show America's Got Talent 2023. Padahal, sebelumnya, ia sempat membuat heboh panggung America's Got Talent saat menyanyikan lagu No Woman, No Cry

Meski begitu, Cakra enggan bersedih. Pria yang tampil kasual dengan kaus hitam dan celana jins biru itu bercerita dengan riang pengalamannya selama di America's Got Talent. Cakra juga berkisah tentang pengalaman dan triknya menghadapi barisan haters. Berikut ini wawancara dengan Cakra Khan. 


Apa perbedaan single terbaru dengan lagu sebelumnya yang pernah Anda bawakan di kanal YouTube Anda?

Sebenarnya lagu asli Tennessee Whiskey itu lagu country. Jadi, pertama kali dibikin bersama grup band Roommate, memang lagu itu agak sedikit blues. Makanya saya bilang ke tim label musik saya untuk mendapatkan hak lagu Tennessee Whiskey biar saya bisa buat ulang lagunya. Alhamdulillah, dapat hak lagunya. 

Memang yang saya rilis terbaru ini musiknya blues juga dan yang mengurus musiknya band Roommate. Karena saya juga ingin musik aliran blues yang simpel. Sebab, kalau terlalu ke arah blues juga akan terlalu berat nantinya. Makanya blues yang lebih mudah. Jadi, memang karena yang mengurus musiknya juga band Roommate. 

Cuma bedanya, waktu itu bersama Roommate, pengambilan lagu ini saya sedang di London. Jadi, bikin lagu itu di sana. Kalau di sini, masih bisa lebih mudah kasih jeda. Tapi di London memang agak tertekan. Kami dibantu sound engineer yang membuat ulang lagu-lagu The Beatles semua. Jadi, benar-benar kita harus serius. Harus sekali jalan kalau mau rekaman lagu Tennessee Whiskey ini. Enggak ada bagian lagu yang dikerjakan terpisah. Kalau ada bagian yang salah, ya sudah, rekaman lagi dari awal. 



Bagaimana cara Anda mendapatkan hak lagu Tennessee Whiskey

Waktu itu dari label menghubungi pihak penyiar atau penerbit lagunya dan penulis lagu yang asli. Karena memang lagu ini juga sudah dinyanyikan ulang oleh beberapa penyanyi lain, bukan hanya saya. Cuma lagu versi saya ini lebih banyak aliran blues. Lalu mendapatkan persetujuan dari penerbit lagu dan pencipta lagu. Sepertinya memang mereka berdiskusi dulu karena enggak langsung mendapatkan izin dari mereka. Jadi, butuh waktu beberapa bulan. Kami tahunya dikasih hak lagu ini ketika kami sedang siap-siap mau ke London. Jadi, sekalian saja kami bikin di London. Memang enggak segampang beli hak lagu karena mereka sepertinya riset dulu juga siapa yang beli.


Kalau enggak jauh berbeda dengan versi sebelumnya, bagaimana Anda memikat pendengar?

Sebenarnya, saya enggak mau agak gimana. Toh, ini selera yang mendengarkan lagu. Karena memang halamannya kemarin cuma ada di satu platform karena belum ada hak lagunya. Nah, sekarang sudah bisa saya pasang di berbagai platform musik. Dan saya pun bisa membawakan lagu ini dengan lebih leluasa karena hak lagunya sudah ada. 

Tangkapan layar Cakra Khan menyanyikan "Tennessee Whiskey". YouTube/ @CakraKhanChannel


Berapa biaya untuk hak lagu Tennessee Whiskey

Kalau itu, biar pihak label ya, ha-ha-ha. Saya tahunya cuma bernyanyi. Apalagi ini lagu yang bukan diadaptasi, cuma dibuat ulang. 



Kabar menyebutkan Anda tidak lolos ke babak selanjutnya America's Got Talent 2023. Bagaimana pihak AGT menghubungi Anda?

Sebetulnya dari mereka tidak ada konfirmasi sama sekali. Cuma, sebelum daftar yang lolos itu dirilis, kami sempat ada pertemuan Zoom untuk pemilihan lagu di live show. Cuma, ya, saya enggak tahu. Mungkin ini urusan internal mereka. Karena memang saya enggak bertanya, dan ya sudah, kalau enggak masuk ke babak live show. Prinsip saya memang seperti itu. Lalu pas keluar daftar pesertanya dan nama saya enggak ada, ya sudah. 

Bagaimana perasaan Anda?

Perasaan sih enggak terlalu bagaimana-bagaimana karena memang waktu itu mikirnya saya ke sana enggak terlalu mengejar ke kompetisinya, tapi ke segi eksposur. Jadi, pengalaman iya, lalu saya bertemu dengan penyanyi-penyanyi hebat dari negara lain. Saya mendapat pelatihan lagi di sana. Memang ada pelatih vokalnya.

Cuma ada beberapa teman saya yang sudah bikin visa ke Amerika Serikat karena tadinya kan saya dan teman-teman mau ke Amerika Serikat, tapi enggak jadi, ha-ha-ha. Saya sempat berpikir, kalau saya sudah mendapat empat yes dari juri, bakal lanjut ke live show. Soalnya saya sempat di-interview lagi, sudah Zoom memilih lagu, jadi wajar kalau berpikirnya lanjut ke babak live show

Tapi jujur, eksposur dari penampilan kemarin di America's Got Talent sangat besar makanya saya enggak bagaimana-bagaimana lagi. Karena memang pengalamannya luar biasa banget.



Apa saja yang Anda dapatkan selama mengikuti America's Got Talent?

Lebih ke dorongan dari mereka (penyelenggara AGT) saja, sih. Mereka benar-benar orang berkompeten di bidangnya. Jadi, (peserta) dilatih dulu sebelum memilih lagu. Sebelum audisi, (peserta) mendapat pelatihan vokal. Berbeda dengan Indonesia. Maksudnya, di Indonesia, untuk audisi belum sampai seperti di America's Got Talent. Kalau masih audisi, begitu saja. Kalah, ya sudah pulang. Belum sampai dikarantina. Sebenarnya, untuk segi kualitas, Indonesia sangat bisa kok bikin. Cuma tergantung kebutuhan kita seperti apa dulu. 

Bagaimana rasanya bisa menyanyi di depan para juri seperti Simon Cowell dan kawan-kawan? 

Ya, pasti tegang karena dia juga sering saya lihat di YouTube, he-he-he. Nyanyi saja saya gugup sekali. 


Ada saja haters yang mengkritik, bahkan cenderung mencemooh Anda selama tampil di America's Got Talent. Bahkan hingga Anda gagal melangkah ke babak berikutnya, masih saja ada warganet yang menjadi haters Anda. Bagaimana tanggapan Anda tentang haters ini? 

Haters itu timbul ketika mental kita terlalu berfokus pada hal-hal negatif. Apalagi sekarang media sosial bebas banget. Kalau saya sih, ya sudah, saya enggak bisa kontrol mereka juga. Yang penting saya sudah memberikan yang terbaik, meskipun yang namanya manusia terkadang emosi juga. Tapi, ya, sebentar saja, enggak yang bagaimana-bagaimana begitu. Enggak sampai lapor-lapor ke polisi.



Apakah Anda sempat merasa terpuruk atau terganggu karena cibiran haters? Bagaimana cara Anda menghadapinya? 

Oh, enggak. Cuma terpancing marah, iya. Balik lagi, ya sudahlah. Toh, kebiasaan di sini suka membanding-bandingkan. Jadi, ketika ada orang berkompetisi dalam suatu hal, lalu dalam satu kontingen itu fan sama fan bisa saling serang. Enggak usah jauh-jauh ke luar negeri, di dalam negeri saja seperti itu. Jadi, saya selalu bilang ke fan saya, jangan pernah kalian mendukung saya, tapi melukai orang lain. Sebab, saya belum tentu bisa seperti dia dan dia belum tentu bisa seperti saya. Memang susah ya, haters itu terbentuk karena semakin bebasnya media sosial. Jadi, tergantung bagaimana kita menyikapinya saja. 



Bagaimana cara Anda menghadapi haters? 

Kalau saya, ya, tetap bernyanyi, bertemu dengan teman-teman saya, nongkrong. Itu saja. Ke bar, ha-ha-ha. 

Cakra Khan menyanyikan "No Woman No Cry" dalam America's Got Talent 2023. Tangkapan layar YouTube/ @America's Got Talent

Selain Tennessee Whiskey, beberapa lagu lama yang Anda nyanyikan ulang sempat viral dan mendapat banyak respons positif di media sosial. Bahkan ada beberapa pelatih vokal luar negeri yang memberikan ulasan terhadap penampilan Anda. Bagaimana tanggapan Anda? 

Kadang saya belajar juga dari mereka. Karena pelatih vokal ini ada yang memberikan penjelasan secara detail. Jadi, saya bisa belajar untuk lebih baik lagi dari situ. Menurut saya, itu baik-baik saja karena saya juga bisa belajar dari mereka. Mereka itu pelatih vokal yang memberikan penjelasan detail banget. Kadang saya memahami apa saja catatan dari mereka di konten mereka. Saya sering bergumam, iya benar juga ya kata mereka. 



Apakah ada perbedaan kesulitan atau tantangan saat Anda menyanyikan lagu berbahasa Inggris dibanding lagu Indonesia?

Bedanya pasti bahasa karena aksen kita berbeda-beda. Meski kita bisa berbahasa Inggris, aksen bahasa Indonesia kita pasti mempengaruhi. Jadi ya, saya orangnya kepingin berkembang. Terserah apa kata orang yang enggak ingin saya maju. 



Anda punya suara yang khas. Bahkan di sejumlah penampilan Anda menampilkan suara yang melengking. Bagaimana cara Anda menjaga performa suara?  

Saya lebih ke tidur dan istirahat, sih. Kalau makanan, saya tetap makan apa saja. Cuma memang setiap orang bisa karena terbiasa. Sejak kecil, saya tidak memperhatikan hal itu. Jadi, cuma belajar vokal secara detail saat kuliah karena saya mengambil jurusan vokal klasik saat itu. Dulunya saya belajar musik itu otodidaktik. Jadi, sebenarnya sampai saat ini saya masih belajar. Bisa dibilang cara merawat suara itu tidur cukup. Itu paling krusial untuk saya. Kalau tidur kurang, efeknya lebih ke berat saja. Maksudnya jadi ada kayak berasa beratnya. Kayak hidup, berat. Ha-ha-ha. 



Seberapa susah belajar vokal klasik?

Seperti direset ulang dari saya yang otodidak dari taman kanak-kanak sampai SMA, dari cara napas, cara kerja diafragma, sampai cara sampaikan lagu. Pokoknya banyaklah. Cuma memang, ya, terasanya sekarang. 



Untuk penyanyi di Indonesia, sebaiknya sekolah vokal dulu atau asal otodidaktik saja?

Kalau menurut saya, selagi bisa belajar sejak dini, ya, belajar saja. Karena prinsipnya, kalau dipupuk lebih awal, akan lebih baik. Itu berlaku untuk semua hal. Cuma kebetulan saat itu saya enggak ada duit. Saya tinggal di Pangandaran, enggak ada guru vokal, ha-ha-ha. 

Bagaimana Anda belajar menyanyi?

Saya belajar bernyanyi dari penyanyi dangdut yang teteh-teteh, kakak-kakak begitu, yang ada di orkes Melayu. Saya belajar sejak TK. Jadi, mereka lebih ngajarin saya kalau menyanyi itu bagaimana bisa lebih menyenangkan orang, lebih ke cara interaksi. Teknik enggak karena mungkin mereka otodidaktik juga. Cuma, menurut saya, ilmu dari mereka itu sangat membantu saya sampai sekarang. Saya bisa menangani penonton karena saya sudah terbiasa berinteraksi dengan penonton.

Jadi, sampai sekarang saya selalu menerapkan pelajaran soal situasi. Saya enggak pernah memaksakan daftar lagu saya ketika tampil. Kalau saya sudah lempar beberapa lagu, tapi enggak masuk ke penonton, langsung saya ganti daftar lagu yang akan saya bawakan selanjutnya. Makanya band saya sedikit pusing karena saya sering ganti lagu. Prinsipnya, saya sudah dibayar mahal, harus buat mereka senang. Saya kalau bernyanyi di luar ruangan, enggak mungkin saya bawakan lagu bertempo lambat karena pasti banyak orang yang ingin joget segala macam. Jadi, lempar satu-dua lagu dulu. Kalau enggak bagus responsnya, ya, ajak bercanda dulu, baru ganti semua lagu berikutnya.



Aliran musik apa yang paling Anda sukai? 

Justru yang sering saya dengarkan itu blues. Sebenarnya sudah dari dulu suka blues. Menariknya, blues itu bukan karena sok historis, ya. Tapi kan musik ini akarnya dari kayak bertema pembebasan budak. Jadi, dinyanyikannya pun penyanyi enggak terpatok pada kotak. Penyanyi bisa mengeluarkan emosinya. Mau teriak-teriak pun bebas mengekspresikan perasaan. Nah, saya suka blues karena saya boleh membawakan lagu terserah saya, sesuai dengan hati saya. Makanya kalau di rumah itu, kamar mandi jadi ladang konser.

Penyanyi, Cakra Khan di MyMusic Records, Cilandak, Jakarta, 25 Agustus 2023. TEMPO/ Febri Angga Palguna



Apakah Anda memang lebih suka bernyanyi di tempat sepi?

Justru saya kalau soal nyanyi masih sering agak gugup. Kalau ingin bernyanyi atau meng-cover lagu dengan berbagai manuver, saya harus santai dan nyaman. Makanya beberapa kali saya meng-cover lagu, saya cuma di kamar. Seperti saat saya meng-cover lagu Iris (Goo Goo Dolls). Kalau saya menyanyikan langsung, peluangnya bisa sebagus itu 50 : 50, antara biasa dan enggak. Karena saat tampil langsung itu memang adrenalin naik dan beban kita naik. Kalau di kamar kan enggak.



Sebentar lagi tahun politik. Bagaimana sikap Anda, apakah sudah ada pilihan di antara bakal calon presiden yang sudah muncul namanya?

Yang terbaik buat Indonesia saja, ha-ha-ha. Saya sejak dulu itu memang enggak terlalu bagaimana-bagaimana soal politik. Yang terbaik untuk Indonesia, itu yang akan terpilih.


Kini semakin banyak artis dan seniman yang digaet partai politik. Apakah Anda tertarik untuk terjun juga ke arena politik?

Oh, enggak, ha-ha-ha. Biarkan teman-teman artis lain saja yang sudah masuk di sana, ha-ha-ha. Kalau saya ingin berfokus ke hal yang saya sendiri yakin bisa. Saya enggak mau terjun payung ke daerah yang saya enggak bisa, sementara tanggung jawabnya besar. Kalau saya lebih ke hal yang sudah pasti-pasti saja.



Bagaimana pandangan Anda soal hak cipta lagu yang masih menjadi isu hangat di kalangan penyanyi dan pencipta lagu?

Ya, saya dukung. Saya sangat mengapresiasi teman-teman yang berjuang untuk masalah hak cipta di sektor industri musik karena kenyataannya kurang diperhatikan. 


Kualitas udara di Jabodetabek dan sejumlah kota besar di Indonesia semakin buruk. Apakah Anda merasakan dampak polusi udara ini?  


Saya dulu sempat kena Covid-19. Jadi, kalau saya keluar rumah, saya beberapa kali batuk, tapi bukan batuk yang berdahak, cuma gatal. Makanya saya sempat curiga, ini apakah sisa dari Covid-19 kemarin atau bagaimana. Cuma pas kemarin saya main ke Bali, jauh sampai ke Karangasem, udaranya terasa enak banget.

Jadi, memang udara kotor itu terlihat sekali, kok. Beberapa kali saya hendak mendarat di Jakarta, udaranya terlihat buruk sekali. Miris, ya. Saya juga inginnya pemerintah jangan sibuk mengurusi politik, tapi kesehatan udara juga, kesehatan masyarakat. Ini sudah jelas di depan mata masalahnya. 

Kalau saya menyikapinya dengan diam di rumah sembari menghidupkan alat pemurni udara. Saya kalau enggak sedang bekerja, enggan pergi ke luar rumah. Teman-teman saya saja (menunjuk kru musiknya) yang sering mengajak saya pergi main, ha-ha-ha. 


Apa saja hobi Anda? 

Main game online. Badminton juga suka. Nonton kartun, anime, animasi, setiap pagi, ha-ha-ha. Yang saya tonton itu Pokemon, sudah tua ya, ha-ha-ha. Jadi, di platform streaming itu sudah ada daftarnya. Pagi itu pasti nonton kartun dulu untuk mood gue. Bangun jam 5, salat subuh beres, nonton kartun dulu sampai jam 7, baru keluar rumah, nongkrong, merokok, minum kopi, dan sebagainya. Saya suka kartun yang enggak masuk akal, ya. Dragon Ball suka juga. Lalu anime One Piece suka juga. Saya mengikuti One Piece, anime yang enggak beres-beres juga, ha-ha-ha. Naruto juga suka. 



Apa makanan favorit?

Bakso, siomai, gorengan, makanan pinggir jalan. Alhamdulillah, enggak mempengaruhi suara dan saya masih bisa nyanyi, ha- ha-ha. Memang banyak penyanyi yang pilih-pilih makanan karena sudah kebiasaan saja. Kalau saya sih, apa pun saya makan, asal enggak kelaparan. Asal jangan makan teman, ha-ha-ha. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus