Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Dosa Suporter adalah Dosa Klub

PERSATUAN Sepak Bola Seluruh Indonesia menghentikan Liga 1 sampai batas waktu yang tidak ditentukan pada Selasa pekan lalu. Kompetisi sepak bola level tertinggi di Indonesia itu dihentikan sementara menyusul tewasnya seorang suporter Persija, Haringga Sirla. Pria 23 tahun itu diduga dianiaya bobotoh Persib di kompleks Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, beberapa jam sebelum pertandingan kedua klub dimulai pada Ahad pekan lalu.

28 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ratu Tisha Destria -TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria mengatakan penghentian liga itu merupakan bentuk belasungkawa atas tragedi tersebut. “Penghentian ini teguran bagi kita semua,” katanya kepada wartawan Tempo Sapto Yunus, Angelina Anjar, dan Diko Oktara dalam wawancara khusus di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat malam pekan lalu.

Tisha, 32 tahun, menjamin penghentian Liga 1 tidak akan berlangsung lama. Ia berharap tim pencari fakta yang dibentuk PSSI bekerja cepat. Hasilnya akan diserahkan kepada Komite Disiplin PSSI sebagai rekomendasi untuk merumuskan sanksi bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. Ia menampik tudingan yang ragu akan ketegasan PSSI dalam menangani kasus itu karena klub peserta liga memiliki 99 persen saham di PT Liga Indonesia Baru sebagai penyelenggara Liga 1. “Kami juga tidak mau ada satu orang yang merusak keharmonisan semuanya,” ucap perempuan kelahiran Jakarta ini.

Berdasarkan Kode Disiplin PSSI 2018, perilaku buruk suporter adalah tanggung jawab klub. Semua klub di Indonesia, Tisha menjelaskan, sudah memiliki divisi pembinaan suporter. Tapi kultur sosial masyarakat yang kerap mengekspresikan diri melalui kekerasan menyebabkan kasus penganiayaan suporter yang terus terjadi tak bisa dihindari.- “Ini masalah fundamental. Kalau hanya menjadi tugas PSSI, terlalu berat,” ujar sarjana matematika dari Institut Teknologi Bandung itu.

Untuk mencegah berulangnya kasus kekerasan antarsuporter, Tisha menuturkan, infrastruktur dan ekosistem sepak bola harus diperbaiki. “Saat ini, yang infrastrukturnya sudah mendukung hanya Stadion Utama Gelora Bung Karno.”

Apa tujuan PSSI menghentikan sementara Liga 1?

Kami ingin memberikan waktu sejenak bagi kita semua untuk berbelasungkawa. Kami sangat menghargai kecintaan para suporter. Mereka juga prihatin atas insiden itu. Penghentian ini teguran bagi kita semua. Bisa dibilang inilah the one and only reason. Alasan lain, tim pencari fakta PSSI membutuhkan waktu untuk menginvestigasi kasus ini.

Apa saja tugas tim pencari fakta?

Tim ini tidak mencari fakta kriminal karena kami tidak memiliki kekuatan untuk menghukum dalam area itu. Kami menghukum secara keolahragaan, seperti terkait dengan organisasi pertandingan, koordinasi dengan pihak keamanan, dan upaya pencegahan yang telah dilakukan.

Untuk apa hasil investigasi itu?

Untuk rekomendasi sidang Komite Disiplin PSSI. Komite Disiplin bersidang ketika ada laporan. Laporan itu berasal dari tiga sisi, yakni pengawas pertandingan, panitia penyelenggara, dan tim pencari fakta.

Apakah laporan tim pencari fakta juga akan memuat rekomendasi sanksi?

Tidak. Ibarat polisi yang memberikan fakta bagi hakim untuk memutuskan kasus, mereka tidak memberikan arahan terkait dengan hukuman.

Kementerian Pemuda dan Olahraga meminta Liga 1 hanya dihentikan selama dua pekan. Berapa lama target PSSI?

Kami ingin secepatnya. Tiga hari harus bisa selesai. Hari ini tim pencari fakta masih berada di Bandung untuk mengumpulkan fakta dan data. Setelah mereka kembali dan memberikan laporan, Komite Disiplin akan bersidang dan langsung memutuskan sanksi. Tapi bisa saja sidang tidak hanya dilakukan sekali.

Apakah PSSI melaporkan kasus ini kepada FIFA?

Ya. FIFA memantau secara detail ­problem ataupun perkembangan kami. Sebenarnya sepak bola Indonesia hanya butuh dua hal, yakni waktu dan kepercayaan. Please, berikan PSSI waktu dan kepercayaan. Kami tidak akan pernah mengulur-ulur waktu untuk hal yang tidak kami inginkan.

Apa permintaan FIFA?

Mereka mempercayakan itu kepada PSSI. Dalam hal apa pun, FIFA tidak pernah mendikte, karena kewenangan ada di PSSI.

Apa problem utama yang membuat kekerasan dalam sepak bola terus berulang?

Ini tidak hanya terjadi dalam sepak bola, tapi juga di sekolah, di konser musik, dan lain-lain. Jadi ini masalah fundamental. Pertanyaannya bukan pada sepak bolanya, tapi pada kultur sosial kita, mengapa kita harus mengekspresikan diri dengan kekerasan?

Mungkinkah sanksi dalam Kode Disiplin PSSI diperberat agar kasus serupa tidak terulang?

Kode Disiplin PSSI baru direvisi pada 2018. Kami tidak bisa mengkaji suatu aturan dalam waktu singkat. Ketika dibuat, sebuah kajian pasti digunakan untuk waktu lama. Komite Disiplin pun bersidang tidak seperti membaca resep obat. Ketika ada kasus ini, sanksinya ini. Tidak begitu. Pasti ada kebijakan lain. Ketika sebuah hukuman tidak ada dalam Kode Disiplin PSSI, tidak berarti hukuman itu tidak bisa diputuskan oleh Komite Disiplin.

Ratu Tisha Destria saat pembukaan Liga 1 Elite Pro Academy U-16 2018, 15 September lalu. -pssi.org

Kode Disiplin PSSI menyebutkan perilaku buruk suporter adalah tanggung jawab klub….

Ya. Aturan itu sudah lama ada dan klub sangat mengetahui itu. Dosa suporter adalah dosa klub. Ketika seseorang adalah suporter sejati yang mencintai klubnya, dia tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan klub. Jadi, jika dia melakukan sesuatu yang merugikan klub, pertanyaannya kembali ke masalah fundamental tadi, ada apa dengan anak bangsa ini yang mengekspresikan dirinya melalui kekerasan?

Di negara-negara yang sepak bolanya sudah modern, setiap klub memiliki divisi pembinaan suporter. Bagaimana dengan klub-klub Indonesia?

Itu sudah ada di semua klub. Bahkan klub terlibat langsung dalam pengaturan koreografi suporter. Tim nasional pun begitu. Suporter timnas yang ingin membuat koreografi selalu mendiskusikannya dengan kami. Tapi kita bicara mengenai puluhan ribu orang. Ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan struktur. Ketika harus mengkampanyekan masalah fundamental tadi, kalau hanya menjadi tugas PSSI, terlalu berat.

Beberapa pihak menilai sanksi dari PSSI kurang berat sehingga kasus seperti ini terus terjadi. Di negara lain, berlaku sanksi seperti degradasi hingga larangan mengikuti kompetisi selama beberapa tahun….

Kita harus menilik sistem pendukung yang dimiliki klub. Hal-hal yang bisa mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan adalah faktor keamanan dan kenyamanan. Klub sudah mengerahkan berbagai cara untuk itu. Mereka membuat manajemen keramaian. Tapi kunci manajemen keramaian yang baik adalah infrastruktur. Lihat infrastruktur stadion kita. Ketika sudah ada body scan, pengaturan ring yang jelas, transportasi publik yang baik, sehingga polisi dan panitia penyelenggara bisa bekerja dengan maksimal tapi masih terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, klub-klub di luar negeri bisa menerima sanksi degradasi. Di Indonesia, banyak kekurangan di sana-sini yang harus klub tutupi agar sepak bola bisa dinikmati dengan aman.

Menurut catatan PSSI, stadion mana saja di Indonesia yang infrastrukturnya sudah mumpuni?

Hanya Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pemisahan di GBK bisa dua lapis walaupun di lapis kedua tidak ada pagar yang tinggi dan masih harus dijaga secara manual. Selain itu, tempat duduknya sudah single seat. Jadi, ketika ada pembuat onar dan dia memegang tiket, kita bisa tahu dengan adanya kamera CCTV di situ. Kita pun bisa menghukumnya tidak secara kolektif lagi.

Banyak pihak mempersoalkan rangkap jabatan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi, yang saat ini juga menjadi Gubernur Sumatera Utara. Tanggapan Anda?

Ketua Umum tetap pada komitmennya memimpin PSSI sebagaimana diamanatkan kongres hingga 2020. Lagi pula jabatan gubernur merupakan hak politik beliau. Jadi tidak ada masalah.

Menjadi pengurus PSSI harus bekerja penuh waktu atau bisa paruh waktu?

Organisasi olahraga, termasuk sepak bola, selalu terdiri atas dua struktur, amatir dan profesional. Dalam olahraga, amatir berada di atas profesional. Menurut sejarah, ada kelompok yang disebut amateur gentleman yang membayar orang untuk bertanding atau kelompok profesional. Dalam organisasi olahraga, ada struktur amateur gentleman, yakni komite eksekutif, yang dipilih melalui kongres. Mereka harus pemilik klub atau pengurus asosiasi provinsi PSSI karena seyogianya organisasi sepak bola diurus oleh orang sepak bola. Nah, ini boleh part-time.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 


 

Ketika seseorang adalah suporter sejati yang mencintai klubnya, dia tidak akan melakukan sesuatu yang merugikan klub.

 


 

Yang full-time?

Komite eksekutif, melalui ketua umum, menunjuk satu orang profesional untuk menjalankan kegiatan sehari-hari secara full-time, yakni sekretaris jenderal. Ini pengetahuan sepak bola yang sering diputarbalikkan. Orang suka bilang, “Kok, pemilik klub jadi pengurus PSSI?” Lho, ya pasti, karena, dulu, PSSI didirikan pengurus klub untuk mengurus dirinya sendiri.

Bukankah banyaknya pengurus klub yang menjadi pengurus PSSI bisa menimbulkan bias dalam pemberian sanksi terhadap klub?

Pasti tidak, karena mereka bekerja untuk diri sendiri. Sama seperti pengurus karang taruna yang harus menghukum orang dari daerahnya sendiri. Semua harus dilakukan dengan musyawarah mufakat, bukan keputusan satu orang.

Ihwal kasus Haringga, beberapa pihak ragu akan ketegasan PSSI karena Direktur Utama Persib adalah Komisaris Utama PT Liga Indonesia Baru selaku penyelenggara Liga 1….

Menurut saya, itu pikiran sempit. Organisasi olahraga adalah tentang sportivitas dan amateur gentleman. Kami juga tidak mau ada satu orang yang merusak keharmonisan semuanya.

Penghentian sementara Liga 1 membuat jadwal kompetisi molor. Apa dampaknya bagi klub?

Yang pasti tidak akan sampai ke area kontrak pemain. Tidak mungkin juga dihentikan selama satu bulan karena kami tahu kesulitan klub.

Bagaimana dengan persiapan tim nasional untuk Piala AFF?

Tidak ada masalah. Timnas akan melakukan pertandingan uji coba pada 10 dan 16 Oktober. Pemanggilan pemain pun sudah dilakukan. Mereka akan berkumpul pada 7 Oktober.

Mengapa negosiasi perpanjangan kontrak dengan pelatih tim nasional, Luis Milla, belum selesai? Padahal Piala AFF mulai bergulir 8 November….

Luis baru dijadwalkan ke Indonesia pada 9 Oktober untuk negosiasi dengan kami secara langsung.

Luis Milla masih menjadi pilihan utama?

Saat ini, iya. Tapi kami masih harus berdiskusi tentang administrasi, ketentuan pajak, dan masalah ketenagakerjaan lain. Tidak semudah itu membawa tenaga kerja asing ke Indonesia. Selain itu, Luis ada penyegaran lisensi UEFA Pro miliknya di Spanyol. Jadi Luis baru bisa kembali ke Indonesia pada 9 Oktober.

Ada pilihan selain Luis Milla?

Kami pasti punya rencana lain. Kalau tidak, manajemen cap apa ini? Ha-ha-ha…. Tapi tunggu dulu. Kalau rencana A jalan terus, kami tidak akan menyebutkan rencana B.

Bagaimana evaluasi terhadap Luis Milla?

Harus diakui, Luis tidak memenuhi target Asian Games 2018. Padahal persiapan sudah dilakukan hampir dua tahun. Tapi kita memang menghadapi tim-tim besar. Kita juga harus bisa menerima kekalahan. Selama ini kita tidak pernah bisa menerima anak yang tidak naik kelas. Memangnya kenapa kalau tidak naik kelas? Kan, ada tahun depan. Memangnya kenapa kalau gagal? Kan, bisa bangun lagi.

Target PSSI lebih mengarah pada menjadi juara atau meningkatkan kualitas sepak bola?

Itu berbeda karena meningkatnya kualitas sepak bola tidak ditentukan satu orang pelatih, tapi ekosistem yang baik, kompetisi yang terintegrasi dari tingkat kota dan kabupaten hingga provinsi, serta jumlah pelatih yang banyak. Jadi kita membutuhkan seribu Luis untuk disebar ke seluruh Indonesia.

Saat ini, jumlah pelatih yang berlisensi masih kurang dibanding jumlah klub.…

Pada 2017, jumlah pelatih yang berlisensi meningkat 200 persen. Melalui program Filosofi Sepak Bola Indonesia atau Filanesia, kami menggalakkan kursus-kursus kepelatihan hingga ke tingkat kota dan kabupaten dan melakukan kerja sama dengan mitra internasional. Pada Juni lalu, lebih dari 200 kegiatan kami buat, seperti kursus dan workshop. Kami pun bekerja sama dengan Jerman dan Australia lewat program Sport for Development. Ini terintegrasi dengan lisensi kepelatihan kami yang paling mendasar untuk turun ke akar rumput. Pada Oktober-Desember nanti, 14 kursus akan digelar di Jawa Timur dan 4 kursus di Maluku.

Siapa peserta program ini?

Kami ingin sepak bola ala Indonesia tidak hanya diajarkan di sekolah sepak bola, tapi juga di sekolah umum. Targetnya, program ini diikuti 20 guru olahraga sekolah dasar dan sekolah menengah pertama serta 10 peserta umum, yakni mereka yang ingin berkarier di dunia kepelatihan. Sampai akhir 2019, kami menargetkan 1.000-1.500 guru mengikuti program ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 


 

RATU TISHA DESTRIA

Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 30 Desember 1985

Pendidikan: Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta | Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (2004) | FIFA Master in Sports Humanity, Sports Management, and Sports Law (2014)

Karier: Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (2017-2020) | Direktur Kompetisi dan Operasional PT Liga Indonesia Baru (2017) | Direktur Kompetisi dan Operasional PT Gelora Trisula Semesta, operator Indonesia Soccer Championship (2016) | Pendiri LabBola (2008)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus