Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Erick Thohir: Presiden Ingin Gaungnya Lebih Terasa

Erick Thohir berkejaran dengan waktu. Kurang dari tiga pekan sebelum Asian Games XVIII dibuka, pekerjaan rumahnya masih bertumpuk.

28 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee Erick Thohir: Presiden Ingin Gaungnya Lebih Terasa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ERICK Thohir berkejaran dengan waktu. Pada 18 Agustus2 September 2018, Asian Games XVIII akan berlangsung di Jakarta dan Palembang. Sebagai Ketua Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc), taipan media itu menjadi orang yang paling bertanggung jawab menjamin keberlangsungan pesta olahraga empat tahunan tersebut. Indonesia diharapkan mengulang sukses sebagai tuan rumah Asian Games IV di Jakarta pada 1962.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kurang dari tiga pekan menjelang pembukaan Asian Games oleh Presiden Joko Widodo, pekerjaan rumah panitia masih menumpuk. Sejumlah arena pertandingan belum rampung, sementara kemacetan dan polusi terus membelit Jakarta. Masalah makin pelik saat Stadion Gelora Sriwijaya di Jakabaring, Palembang, yang sudah rapijali, jadi sasaran amuk penonton yang kelewat baper saat Sriwijaya FC ditekuk tamunya, Arema Malang, 03 dalam laga Liga 1, Sabtu dua pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alihalih khawatir, Erick malah bersyukur atas insiden Jakabaring. Ia mengatakan Inasgoc sudah meminta semua arena pertandingan dalam keadaan steril sejak dua bulan sebelum pertandingan."Insiden di Jakabaring adalah kejadian yang bagus, karena membuktikan apa yang kami sampaikan benar," kata Erick, 48 tahun.

Erick cs bekerja nyaris tanpa rehat, termasuk saat menerima wartawan Tempo Sapto Yunus, Reza Maulana, Angelina Anjar, dan Egi Adyatama di kantor Inasgoc di Senayan, Jakarta Pusat, saat libur Lebaran lalu. Ketua Komite Olimpiade Indonesia ini juga bercerita tentang target tinggi dalam Asian Games, lobi menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, dan kritik yang ia terima sebagai Presiden Inter Milan. Wawancara dilanjutkan di kantor Inasgoc dan Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Perusakan di Stadion Jakabaring terjadi saat masa steril. Kok, bisa?

Inasgoc sudah minta semua venue dalam keadaan steril sejak dua bulan sebelum pertandingan. Kami membutuhkan rentang itu untuk memeriksa ulang dan menambahkan berbagai peralatan. Misalnya lampu berstandar penyiaran dan tenda pemeriksaan antidoping. Kenyataannya, venue tersebut bukan milik panitia, melainkan milik pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan swasta. Sebagian ada yang sudah menjalin komitmen dengan pihak lain. Misalnya Indonesia Open, yang berlangsung awal bulan ini di Istora, festival musik We The Fest di Jakarta International Expo, 2022 Juli, termasuk Liga Indonesia yang masih berlangsung sampai hari ini.

Inasgoc tidak berhak mengintervensi?

Menurut saya, insiden di Jakabaring adalah kejadian yang bagus, karena membuktikan apa yang kami sampaikan benar. Bisa jadi pembelajaran. Kalau ada kegiatan multievent, termasuk SEA Games dan Olimpiade, dua bulan sebelum pertandingan sudah enggak boleh ada kegiatan di venue itu.

Kapan batas penggantian 300 kursi yang dirusak itu?

Alhamdulillah, sudah selesai. Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin dan TNI turun langsung memperbaiki.

Sampai hari ini (Kamis pekan lalu), arena apa yang belum rampung?

Venue menembak di Jakabaring. Skuas di Gelora Bung Karno dalam persiapan final untuk lapangan kelima. Tapi memasangnya mudah. Tinggal tempel, seperti Lego. Lapangan bisbol di Jakarta Timur baru selesai.

Tenggat penyelesaian semua arena tetap akhir Juli?

Akhir Juli semua selesai.

Termasuk Gelanggang Olahraga (GOR) Bulungan, Jakarta Selatan, yang akan digunakan untuk pertandingan bola voli?

GOR Bulungan nanti dibedakin semua. Pakai tenda dan sebagainya.

Banyak pihak, termasuk Ombudsman RI, menilai GOR Bulungan jauh dari siap....

Banyak orang tidak melihat secara riil. Memang belum selesai, tapi kan belum serahterima. Hari ini (Kamis pekan lalu) kami mendapat konfirmasi bahwa lapangan bisa digunakan.

Dengan kapasitas hanya 900 tempat duduk, apakah gelanggang olahraga itu memenuhi standar internasional?

Jangan selalu berpikir tidak cukup. Panitia sudah memikirkan itu. Toh, GOR Bulungan bukan lapangan utama untuk voli. Lapangan utamanya di Gelora Bung Karno (GBK). Sama dengan basket, yang menggunakan Hall A GBK untuk pertandingan, misalnya, Bangladesh versus Pakistan, yang mungkin penontonnya hanya 300an. Kalau pertandingan dengan potensi penonton ribuan, pasti kami langsungkan di Istora.

Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa promosi Asian Games belum maksimal. Apa penyebabnya?

Sebenarnya, sebelum Pak Presiden ingin menggenjot promosi, ada riset dari lembaga survei Kantar Worldpanel terhadap hasil kegiatan kami, khususnya di Jakarta dan Palembang. Menurut riset itu, tingkat kesadaran masyarakat terhadap Asian Games sudah hampir mencapai 96 persen. Tapi Pak Presiden ingin gaungnya lebih terasa seIndonesia. Akhirnya beliau meminta semua kementerian mendukung.

Apa instruksinya?

Dengan inpres (instruksi presiden), promosi menjadi lebih terasa. Apalagi beliau sendiri sudah mulai berkampanye, memakai jaket Asian Games, ngomporin blogger, dan sebagainya. Sejak awal saya memprediksi promosi kami terbentur pemilihan kepala daerah serentak dan Piala Dunia. Setelah Piala Dunia, langsung terasa. Suka tidak suka, tingkat kesadaran masyarakat terhadap Piala Dunia lebih tinggi daripada Asian Games, bahkan Olimpiade.

Anda lebih sering melaporkan perkembangan persiapan Asian Games kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla atau Presiden Jokowi?

Pak Presiden mengharapkan ada laporan satu kali sebulan, didampingi semua menteri. Kalau dengan Pak JK sebagai Ketua Dewan Pengarah Inasgoc, tidak didampingi menteri. Biasanya lebih dari dua kali sebulan. Banyak keputusan Pak JK yang membantu keseharian kami. Tapi, untuk kebijakan yang lebih besar, terkadang Pak Presiden turun tangan, seperti soal promosi.

Ada permintaan khusus dari Jokowi?

Dari awal beliau meminta panitia Asian Games profesional, transparan, dan nonpolitis. Kami sangat menjaga halhal itu.

Jokowi memanah dalam acara hitung mundur Asian Games, Agustus tahun lalu. Apakah dia akan melakukan aksi serupa dalam pembukaan?

Acara dalam upacara pembukaan diatur protokoler secara lebih ketat, tidak bisa sebebas itu. Jadi beliau hanya akan membuka acara.

Bagaimana konsep pembukaan Asian Games?

Kami akan menonjolkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia dengan ribuan pulau serta ratusan suku dan bahasa, tapi tetap bersatu. Keberagaman ini sama dengan Asia, yang terdiri atas bermacammacam suku dan agama. Indonesia bagian penting dari Asia. Banyak sumber daya alam, manusia, dan pemikiran Indonesia yang menjadi bagian dari perkembangan Asia. Karena itu, kami mengusung tema"Energy of Asia".

Ada pendapat kesuksesan Asian Games 2018 akan dicatat sebagai kesuksesan pemerintahan Jokowi. Anda sepakat?

Seperti pada 1962, Asian Games merupakan sebuah national branding, promosi negara. Ada juga warisan, yakni pembangunan infrastruktur dan karakter. Jadi, kalau sukses, merupakan peran Indonesia, bukan hanya pemerintah atau panitia. Ada peran masyarakat, olahragawan, dan sebagainya. Contohnya pembangunan light rail transit Palembang, tidak akan jadi kalau pemerintahnya tidak melaksanakan.

Benarkah anggapan bahwa pemerintah DKI Jakarta tidak bekerja segiat pemerintah Palembang dalam mendukung Asian Games?

Karena ada pemilihan gubernur pada 2017. Kami baru rapat dengan gubernur dua pekan lalu (awal Juni 2018), setelah selama tiga bulanan sebelumnya dengan wakil gubernur, tapi langsung ada terobosan besar. Misalnya Transjakarta dibebaskan untuk atlet, tenaga sukarela, wartawan. Pajak tiket dibebaskan. Sama seperti Palembang dan Jawa Barat.

Dewan Olimpiade Asia (OCA) menyoroti kemacetan Jakarta. Apa solusinya?

Ada dua konsep, memakai jalan tol dan jalan biasa. Di jalan tol, akan ada jalur khusus di bahu jalan dan diberlakukan sistem bukatutup. Sedangkan di jalan biasa akan ada jalur khusus di busway. Di jalan biasa lain, yang tidak dibuatkan jalur khusus, sistem ganjilgenap diperluas.

Apakah target OCA mengenai waktu tempuh 34 menit dari penginapan ke gelanggang terpenuhi?

Ratarata sekitar 30 menit dari Wisma Atlet ke Gelora Bung Karno. Untuk venue yang jarak tempuhnya lebih jauh, seperti Cibubur dan Pondok Indah, diberi fleksibilitas sampai 43 menit. Sedangkan untuk venue di Jawa Barat, atlet akan diinapkan di sekitar venue.

Harga tiket dianggap terlalu mahal. Tanggapan Anda?

Harga ratarata Rp 100 ribuan. Tapi opening dan closing ceremony pasti lebih mahal. Begitu juga final cabangcabang populer, seperti sepak bola dan bulu tangkis. Tapi tidak berbeda jauh dengan event internasional lain, seperti Indonesia Open. Toh, uang penjualannya masuk ke negara lewat penerimaan negara bukan pajak.

Banyak yang ingin menyaksikan upacara pembukaan, tapi terbentur harga tiket yang minimal Rp 750 ribu….

Silakan bandingkan dengan Asian Games 2010 di Guangzhou, yang harga tiket pembukaannya antara Rp 3,4 juta dan Rp 14,6 juta; serta Asian Games 2014 di Incheon, antara Rp 1,2 juta dan Rp 8,4 juta. Kita antara Rp 750 ribu dan Rp 5 juta.

Tingkat ekonomi Indonesia kan masih di bawah kedua negara itu?

Kami menentukan harga tiket sesuai dengan riset Kantar. Angka yang mereka dapatkan Rp 300 ribu1,8 juta. Kami tetapkan di bawah itu, Rp 30480 ribu, kalau pakai diskon. Saat OCA menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah, pasti juga sudah menilai ekonomi kita. Mereka juga tidak mau tercoreng.

Anda yakin stadion bakal dipenuhi penonton?

Alhamdulillah, sampai hari ini (Kamis pekan lalu), tiket opening ceremony sudah laku 50 persen dari total 41 ribuan. Pembelinya dari 18 negara. Untuk game time, ada kategori. Misalnya sepak bola dan bulu tangkis tergolong high. Kalau Indonesia bermain, pasti penuh. Tapi, kalau kategori low seperti kabaddi, apalagi tim Indonesia tidak bertanding, mohon maaf, orang dikasih tiket gratis belum tentu mau datang.

Ada tudingan Asian Games merupakan pemborosan. Apa pembelaan Anda?

Awalnya, total anggaran kami Rp 8,7 triliun tanpa dipotong pajak, termasuk dana sponsor Rp 400 miliar. Kini menjadi Rp 6,6 triliun dipotong pajak Rp 1 triliun, termasuk dana sponsor hampir Rp 800 miliar. Jadi penghematan sangat signifikan. Beredar isu penyelenggaraan Asian Games mahal. Memang, anggaran kita besar. Tapi jauh lebih kecil dibanding ongkos penyelenggaraan di negara lain. Contohnya biaya upacara pembukaan kita sekitar Rp 518,3 miliar, sementara pembukaan Asian Games Guangzhou dan Incheon di atas Rp 720 miliar.

Apakah negara peserta khawatir atas berbagai teror yang terjadi sejak Mei lalu?

Saat ada kejadian di Surabaya, saya sempat down dan khawatir. Tapi, saat saya bertemu dengan perwakilan negaranegara Asia Tenggara dalam meeting SEA Games 2019 di Filipina beberapa waktu lalu, mereka tetap percaya dan mendukung Indonesia. Saya pun menelepon negaranegara Asia lain dan mereka bilang tidak pernah mempermasalahkan. Mereka masih berkomitmen datang. Beberapa negara menelepon kami.

Apa yang mereka tanyakan?

Kebanyakan mempertanyakan pengamanan di Wisma Atlet. Saya yakinkan mereka bahwa kita telah melakukan yang terbaik. Pasukan pengamanan terdiri atas 15 ribuan polisi dan 15 ribuan tentara. Itu yang terlihat. Yang tidak terlihat juga banyak, seperti Badan Intelijen Negara, Badan Intelijen Strategis, serta Badan Siber dan Sandi Negara. Belum lagi petugas dari pemerintah daerah.

Apa persiapan panitia menyikapi keputusan dua Korea yang bergabung dalam Asian Games 2018?

Secara operasional, ini sebuah keuntungan. Misalnya soal pengamanan. Atlet Korea Utara dan Korea Selatan, yang tadinya menginap di gedung berbeda, bisa menginap di gedung yang sama. Intinya, kami senang sekali atas bergabungnya mereka. Mereka hanya mendapat jatah atlet untuk satu negara, bukan dua negara. Karena itu, persaingan di cabang olahraga juga jadi berkurang. Ini bisa menguntungkan Indonesia dan negara peserta lain.

Menurut Anda, target Indonesia meraih posisi 10 besar bisa tercapai?

Saya yakin target 10 besar dengan 16 emas ini bisa tercapai. Tapi kembali lagi ke persiapannya. Tiap cabang olahraga harus bertanggung jawab. Jangan hanya bicara dapat emas, tapi pada kenyataannya entah. Sebagai Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), saya sangat mendukung semua cabang olahraga tampil maksimal.

Termasuk target mencapai babak semifinal di cabang sepak bola?

Luar biasa, karena dampaknya juga akan luar biasa. Penjualan tiket mantap, penonton banyak, sponsor senang. Tapi PSSI harus serius. Ketua PSSI Pak Edy (Rahmayadi) mesti serius. Target itu enggak mainmain.

Anda berencana mengajukan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Apa pertimbangannya?

Itu dari Pak Presiden. Sebagai Ketua KOI, saya bertugas melobi Ketua Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk datang ke Indonesia. Ketua IOC Thomas Bach akan datang saat penutupan Asian Games dan berada di sini tiga hari. Ini luar biasa. Feeling saya, alasan dia datang saat penutupan, bukan pembukaan, untuk memantau Asian Games. Kita punya kesempatan karena, secara urutan, Olimpiade 2032 menjadi jatah Australia, Asia, atau Afrika. Di Asia, yang berpeluang Indonesia dan India, karena Jepang, Korea, dan Cina sudah pernah.

Ada lobi ke IOC?

Sudah. Tinggal Pak Presiden yang harus meyakinkan.

Anda merasa terbebani karena kesuksesan Asian Games akan mempengaruhi keputusan soal Olimpiade?

Beban bersama, dong. Asian Games tidak mungkin sukses kalau tidak didukung semua pihak.

Anda sempat menolak saat ditunjuk menjadi Ketua Inasgoc. Mengapa?

Pada 2015 itu ditawari Pak Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan Pak Wapres. Saat itu saya bilang,"Pak, bukannya saya tidak mau bantu negara. Tapi saya baru ambil Inter Milan pada 2013. Saya mesti melakukan perjalanan ke sana sebulan sekali." Jadi itu sesuatu yang tidak mungkin.

Mengapa akhirnya Anda bersedia?

Awal 2016, ada kabar OCA akan mencabut penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah karena kita masih tidak siap. Mereka baru kembali percaya setelah Pak Basoeki (Hadimoeljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) menjamin Wisma Atlet jadi dalam satu setengah tahun. Saat itulah Pak Presiden dan Pak Wakil Presiden meminta saya kembali. Mereka bilang,"Kamu harus jalankan karena waktunya sudah tidak ada." Ini benarbenar sudah krusial.

Walaupun harus mengorbankan posisi Anda sebagai Presiden Inter Milan?

Sejak April lalu, saya tidak pernah pergi lagi ke Milan. Karena itu, banyak fan kecewa dan mempertanyakan komitmen saya. Di Italia, presiden klub dianggap sakral. Apalagi saya orang Asia pertama yang menempati posisi itu.

Apa yang Anda sampaikan kepada suporter?

Saya harus minta maaf karena Asian Games adalah tugas negara.

Mereka menerima?

Saya yakin 25 persen dari mereka enggak happy dan 75 persen mengerti. Tapi, musim depan, Inter Milan kembali ke Liga Champions setelah absen enam tahun. Soal itu, saya yakin 100 persen fan happy.
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus