Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belasan warga asal dari Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Caringin, Kabupaten Bogor tersesat di kaki Gunung Gede Pangrango. Menurut keterangan keluarga, mereka hendak berziarah dengan tujuan mencari mustika dan berangkat pada Sabtu sore, 27 Januari 2024. Namun hingga keesokan harinya atau Ahad, 28 Januari 2024, para peziarah itu tak kunjung pulang dan keluarga pun melaporkan kehilangan mereka kepada Kepolisian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada hari Minggu, 28 Januari sekitar pukul 23.00 WIN anak dari salah satu jemaah datang ke kantor dan melaporkan atas kehilangan ayahnya yang berangkat sejak Sabtu sore bersama 12 rekan nya. Mereka rombongan dari Majelis Buni Kasih, niatnya ziarah dan memburu mustika. Tapi salah satu jamaah mengabarkan mereka malah tersesat," kata Kepala Polisi Sektor Ciawi, Komisaris Agus Hidayat. Senin, 29 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia IV versi online, penulisan yang baku dari mustika adalah mestika. Menurut KBBI IV, salah satu pengertian mestika adalah batu permata yang berharga seperti intan. Bisa juga berarti batu hablur yang sakti (terdapat dalam kepala ular, teripang, dan sebagainya). Mustika juga kerap diartikan sebagai jimat.
Adapun kronologi kasus ini, Agus menceritakan bermula pada hari sabtu sekitar pukul 16.00 WIB, dengan dipimpin Indra, yang merupakan pimpinan Mejelis Buni Kasih, belasan peziarah itu meninggalkan rumah titik kumpul dan berangkat ke kaki Gunung Pangrango di daerah Cileungsi, Ciawi untuk berziarah. Lalu, ke esokan harinya atau Ahad 28 Januari 2024, salah satu peziarah mengabarkan mereka tersesat di gunung.
"Dari laporan itu, kami dari kepolisian dibantu instansi terkait dan warga mencari peziarah yang tersesat itu. Alhamdulillah, tadi siang sekitar pukul 12.00 mereka yang tersesat telah berhasil kami temukan. Langsung kami evakuasi mereka agar segera mendapat perawatan medis," kata Agus menjelaskan.
Keenam belas peziarah tersebut, sebelas di antaranya merupakan warga Ciawi. Kemudian dua orang warga Caringin, serta satu orang peziarah berasal dari Megamendung. Diantara mereka, pihak kepolisian juga mencatat ada dua orang anak yang turut serta yakni anak usia 12 tahun dan 7 tahun. Kini, mereka menjalani pemeriksaan medis dan akan segera dikembalikan kepada masing-masing keluarga.