Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Hengki Heriandono mengatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah skenario untuk mengantisipasi rencana aksi mogok kerja pilot dan karyawannya saat Lebaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Meskipun aksi mogok dipastikan tidak akan dilakukan saat peak season Lebaran ini, tapi kami telah menyiapkan skenario," ujarnya saat buka bersama media di Pacific Place, Jakarta Selatan, Sabtu malam, 2 Juni 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hengki menjelaskan, skenario pertama adalah memastikan tidak semua pilot Garuda Indonesia akan ikut mogok. "Karena mereka punya jiwa nasionalisme yang mengedepankan kepentingan publik dan konsumen," katanya.
Skenario kedua, melakukan pencegahan mogok karyawan dan pilot Garuda dengan mengutamakan jalur dialog diskusi. Cara ini, kata dia, ditempuh untuk menemukan titik temu dan solusi guna menyelesaikan masalah ini. "Diskusi dengan manajemen dan juga difasilitasi pemerintah," ucapnya.
Skenario ketiga, melakukan kesepakatan dengan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG) bahwa mereka harus memberitahukan kepada publik, perusahaan, dan pemerintah tujuh hari sebelum mogok dilakukan. "Ini agar kami bisa melakukan langkah preventif dan antisipasi," tuturnya.
Skenario keempat, mengandalkan semua pilot Garuda Indonesia, baik yang akan cuti maupun sedang libur, untuk masuk kerja melayani penerbangan. "Kami telah memetakan pilot mana yang mogok dan mana yang tidak. Kami yakin tidak semua pilot akan mogok sebab tidak semua pilot Garuda masuk menjadi anggota APG," kata Hengki.
Skenario kelima, mengumumkan kepada penumpang atau konsumen melalui telepon, SMS e-mail, dan website mengenai penerbangan mana yang berdampak. Selain itu, melakukan reschedule penerbangan, refund tiket, hingga mengalihkan ke penerbangan lain.
Skenario keenam, kata Hengki, mengerahkan pilot Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) jika dibutuhkan dalam pengoperasian penerbangan atau bila pilot Garuda benar-benar mogok. "Untuk ini, kami telah meminta agar pilot TNI AU diperbantukan," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Harian Sekarga Tomy Tampati memastikan segera menggelar mogok kerja karyawan maskapai pelat merah itu. Menurut Tomy, karyawan dan pilot Garuda Indonesia sepakat melakukan aksi mogok kerja karena cara ini adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan maskapai ini dari keterpurukan.
Kepastian mogok kerja karyawan Garuda Indonesia setelah 2 Juni 2018 itu merupakan hasil rapat konsolidasi karyawan dan pilot pada Rabu malam, 30 Mei 2018. Mogok akan dilakukan maksimal sepekan, tapi kepastiannya bergantung pada respons pemerintah.