Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bahaya Retina Mata Lepas, Bisa Sebabkan Kebutaan. Ini Kata Dokter

Kondisi retina mata yang terlepas disebut juga ablasi dan bisa menyebabkan kebutaan. Berikut penjelasan dokter.

19 Maret 2018 | 14.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pemeriksaan mata. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Lepasnya retina bisa mengakibatkan kebutaan dan dapat terjadi secara tiba-tiba pada usia berapa pun. Kalangan dokter spesialis mata meyakini ablasi atau lepasnya retina adalah masalah yang sangat serius dan hampir selalu menyebabkan kebutaan bila tidak ditangani dengan cepat.

"Kondisi ini terjadi ketika retina terlepas dari posisi normal. Retina tidak dapat berfungsi ketika lepas dari dasarnya," kata Damara Andalia, dokter spesialis mata di Jakarta Eye Center (JEC).

Seperti pada kamera, lanjut dia, jika film yang ada di dalamnya lepas, maka gambar akan menjadi kabur. Begitu juga yang terjadi pada mata jika retina terlepas, penglihatan akan menjadi kabur. Penyebanya adalah vitreus, semacam agar-agar (jeli) yang mengisi sebagian besar bola mata. Semakin tua usia manusia, semakin berkurang pula volume vitreus dan mengerut.

Biasanya, papar Damara, kondisi ini terjadi tanpa ada masalah. Tetapi kadang-kadang vitreus bisa menarik retina sedemikian keras sehingga menyebabkan retina sobek pada satu tempat atau lebih. Melalui sobekan tersebut cairan masuk dan mengangkat retina dari dasarnya seperti kertas dinding yang lepas dari dinding.

"Rabun jauh (mata minus), kecelakaan, mengalami ablasi pada mata sebelah, mempunyai riwayat keluarga dengan ablasi retina dan adanya daerah lemah pada retina, merupakan kondisi-kondisi yang dapat menambah risiko terjadinya ablasi retina," jelasnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun gejala-gejala awal yang menunjukkan terjadinya ablasi retina antara lain adanya kilatan cahaya, kemudian bintik-bintik atau benang hitam yang selalu bergerak, serta tirai abu-abu yang menutupi sebagian penglihatan. Namun, kata dokter Damara, gejala-gejala tersebut tidak selalu berarti mengalami ablasi retina.

Karena itu sebaiknya segera memeriksakannya ke dokter spesialis mata untuk mendiagnosisnya lebih lanjut. Untuk mendiagnosis masalah ini dokter akan akan melakukan pemeriksaan mata dengan kedua pupil dilebarkan. Perlu juga masyarakat memeriksakan matanya secara rutin karena kadang-kadang kasus ini ditemukan ketika dokter melakukan pemeriksaan rutin.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus