Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bayi Mengidap Kelainan Penis Fimosis, Ketahui Cara Mengatasinya

Fimosis umumnya disebabkan oleh kondisi bawaan sejak lahir, ketahui gejala dan cara mengatasinya.

8 Juli 2020 | 14.05 WIB

Ilustrasi bayi sedang dikeringkan badannya. (Unsplash/The Honest Company)
Perbesar
Ilustrasi bayi sedang dikeringkan badannya. (Unsplash/The Honest Company)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pernah mendengar istilah fimosis? Fimosis merupakan kondisi kulup melekat pada kepala penis dan tak dapat ditarik kembali dari sekitar ujung penis. Kondisi ini terjadi pada bayi laki-laki yang belum disunat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kondisi bawaan sejak lahir. Akan tetapi, dapat pula disebabkan oleh kebersihan penis yang tak terjaga dengan baik. Selain itu, masalah pada kulit seperti eksim, psoriasis, lichen planus, dan lichen sclerosus juga bisa memicu terjadinya fimosis.

Sebagian fimosis tak membutuhkan perawatan khusus, tapi sebagian bisa menyebabkan masalah yang serius. Selain sulit buang air kecil, fimosis juga bisa membuat berat badan anak tak bertambah karena infeksi saluran kemih. Apa saja gejalanya? 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Fimosis tidak selalu menimbulkan gejala. Namun, ketika itu terjadi maka gejala yang muncul antara lain kemerahan, nyeri, dan bengkak. Kulit kulup yang kencang juga dapat mengganggu saluran urine. Dalam kasus yang parah, kondisi ini dapat mencegah kandung kemih kosong sepenuhnya.

Fimosis juga dapat menyebabkan peradangan pada penis yang disebut dengan balanitis atau peradangan pada kelenjar dan kulup yang disebut balanoposthitis. Gejala balanitis antara lain nyeri, gatal, dan bau pada penis; kemerahan dan bengkak; penumpukan cairan kental; dan sakit saat buang air kecil sehingga membuat bayi rewel dan menangis.

Untuk mencegah kondisi ini, Anda harus menjaga kebersihan area genital si Kecil. Bersihkanlah penis bayi setiap hari dengan air hangat dan keringkan dengan lembut setelahnya.

Hindari menggunakan bedak dan sabun yang mengandung pewangi pada alat kelaminnya karena dapat memperburuk gejala fimosis. Setelah bayi buang air kecil, pastikan pula bawah kulit kulup kering agar tak ada bakteri yang menumpuk.

Jika gejala cukup mengganggu, datanglah ke dokter. Dokter akan merekomendasikan penggunaan krim atau salep steroid untuk mengatasi iritasi. Selain itu, krim atau salep juga dapat membantu melembutkan kulup dan membuatnya lebih mudah ditarik.

Sirkumsisi atau sunat juga dapat menjadi pilihan dalam mengatasi fimosis pada bayi. Pada prosedur ini, sebagian atau semua kulup akan dihilangkan. Bayi umumnya diberi anestesi lokal, sementara balita dan anak-anak diberi anestesi umum.

Sebagian besar kasus balanitis atau infeksi jenis lain akibat fimosis dapat diatasi dengan menjaga kebersihan penis serta penggunaan krim atau salep dari dokter. Infeksi bakteri mungkin akan membutuhkan antibiotik, sedangkan infeksi jamur memerlukan salep antijamur.

SEHATQ

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus