Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seiring kasus infeksi virus corona baru atau COVID-19 di berbagai belahan dunia, kebiasaan di masyarakat pun perlahan mulai diubah, setidaknya hingga kasus infeksi bisa teratasi. Sejumlah kebiasaan ini antara lain: berjabat tangan, salaman menggunakan pipi, pelukan hingga penggunaan sedotan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Atlet cricket dari Inggris mengubah gaya salaman setelah beredar keterangan virus Corona (COVID-19) bisa ditularkan lewat salaman. Sebagai gantinya, mereka melakukan fist bump atau bersalaman dengan saling meninjukan kepalan tangan. Sedangkan di kalangan pejabat, Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer menolak jabat tangan Kanselir Angela Merkel sebelum memulai rapat karena takut tertular virus Corona atau COVID-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para ahli kesehatan merekomendasikan menghindari berjabat tangan sebagai cara untuk mencegah penyebaran virus Corona. Imbauan tersebut juga dikatakan oleh DR Dr Herni Suprapti MKes, sebab virus corona bisa menyebar karena penularan kontak secara langsung. "Poinnya ada pada kontak fisik atau skin to skin contact, jika tidak kontak fisik tidak menulari," ucap Herni saar dihubungi Tempo.co, Senin 2 Maret 2020.
Herni menjelaskan lebih lanjut, yang perlu dipahami aalah mencegah penyebaran virus. Virus ditularkan dari orang ke orang lain melalui mulut, hidung, cairan di mata. Virus berbeda dengan bakteri yang bisa hidup sendiri atau mandiri.
"Virus perlu 'host' atau tumpangan makhluk hidup, bisa manusia, hewan, atau tumbuhan. Jadi virus tidak bisa hidup bila menclok di benda mati misalnya hape atau benda mati lainnya," ucap Doktor dari Farmakogenetik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Herni Suprati menambahkan sejak dulu sebenarnya pernah mengimbau bahwa kalau tidak penting-penting sekali lebih baik tidak usah semua orang diajak salaman. "Salaman selain berpotensi penularan virus juga terdapat kuman yang kita tidak tahu," ujar wanita yang berusia 66 tahun ini.
Meski demikian, dokter yang praktik di Gleneagles Surabaya ini tidak melarang jabat tangan. Tindakan jabat tangan merupakan salah satu standar sosial pertemuan, tapi saat momen wabah virus seperti ini sebaiknya dihindari dulu.