Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kotoran bayi menunjukkan kesehatannya. Tinja bayi berbeda satu dengan lain, bergantung pada berbagai faktor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa yang harus diperhatikan dari kotoran bayi dan berapa frekuensi normal bayi buang air besar atau BAB? Perlu diketahui bahwa kotoran bayi baru lahir mengandung cairan amniotik, rambut, lendir, dan residu dari segala sesuatu yang dikonsumsi bayi saat berada di dalam rahim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kotoran pertama berwarna hijau tua. Warna tinja menunjukkan kesehatan sistem pencernaan bayi. Dilansir dari laman Boldsky, tidak ada patokan frekuensi normal buang air besar (BAB) pada bayi baru lahir.
Artikel terkait:
3 Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi BAB
Tak Perlu Diet, Sering BAB Bikin Aura Kasih Selalu Langsing
BAB Tidak Setiap Hari, Normal atau Tidak?
Pada bayi yang mengkonsumsi air susu ibu (ASI) antara empat kali sehari dan satu kali dalam empat hari masih terbilang normal. Jika mengkonsumsi susu formula, bayi akan mengeluarkan tinja setiap hari. Hal ini untuk mencegah sembelit.
Saat bayi mendapatkan makanan padat, frekuensi mengeluarkan kotoran bisa menjadi sekali dalam sehari atau beberapa hari. Bayi yang mengkonsumsi susu formula akan memiliki tinja yang sangat berbeda dengan bayi yang mengkonsumsi ASI.
Konsistensi tinja pada bayi yang mengkonsumsi susu formula akan lebih kental, berwarna kuning gelap, dan berbau busuk, lebih mirip dengan orang dewasa. Jika bayi yang mengkonsumsi susu formula tidak BAB selama beberapa hari, hal itu harus segera dikonsultasikan ke dokter.
Saat bayi mulai mengkonsumsi makanan padat, tinja bayi akan terpengaruh makanan yang dikonsumsinya. Seiring pertumbuhan, kotoran bayi juga akan berbau seperti tinja orang dewasa.