Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap calon ibu sebaiknya memahami kondisi tubuh sendiri, selain pemeriksaan kesehatan organ reproduksi, seperti riwayat penyakit tertentu yang harus diobati, gaya hidup seperti menghindari alkohol dan rokok, serta memperhatikan asupan nutrisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah wanita harus mengetahui kapan waktu ovulasi. Dalam satu bulan jika siklus haid teratur, ada satu sel telur yang dilepaskan dan bertahan kurang lebih selama 24 jam sementara sperma dapat bertahan selama 72 jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi bagusnya sebelum ovulasi, dua hari sebelumnya sudah berhubungan seksual, saat sperma sudah siap, bisa satu hari sebelumnya atau pas hari ovulasi,” ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Merwin Tjahjadi.
Cara mengetahui waktu ovulasi dapat melalui aplikasi atau penghitungan secara manual. Jika melalui penghitungan manual dengan siklus haid yang teratur misalnya selama 28 hari, pada hari ke 14, tiga hari sebelum dan sesudahnya itu adalah masa subur.
“Itu yang mestinya hubungan teratur kalau mau hamil fokus kesana, kalau pasangan baru menikah tidak usah mikir ovulasi, kalau yang jarang ketemu fokus ke situ supaya hamil,” ujar Merwin.
Cara penghitungan ini juga dapat digunakan sebagai kontrasepsi tanggalan. Namun, jika kita mengalami kesulitan menghitung siklus haid, waktu ovulasi sebenarnya tanpa disadari dapat diketahui dengan memahami kondisi tubuh sendiri.
“Besok mau ovulasi kalau bisa mengerti kondisinya, misalnya lendir di bawah lebih banyak, kental, payudara lebih kencang, suhu tubuh naik, libido naik, itu penting mengenali diri sendiri bagaimana ritme dan siklusnya,” ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya ini.