Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bukan Cuma Simbol, Ini Makna Hari Ayah Nasional bagi Para Ibu

Hari Ayah Nasional menjadi kritik atas absennya peran ayah dalam tumbuh kembang anak. Punya makna khusus bagi para ibu.

12 November 2019 | 12.50 WIB

ilustrasi ayah menggendong anak/Tabloid Bintang
Perbesar
ilustrasi ayah menggendong anak/Tabloid Bintang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Ayah Nasional yang jatuh pada hari ini, Selasa, 12 November 2019 dirayakan pertama kalinya pada 2006, dideklarasikan oleh Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono. Meski baru 13 tahun, peringatan ini punya makna yang begitu penting bagi Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut Co-Founder Aliansi Laki-Laki Baru (ALB) Nur Hasyim, Hari Ayah Nasional dalam konteks masyarakat patriarki harus dimaknai sebagai kritik terhadap absennya ayah dalam proses tumbuh kembang anak. Kritik akan absennya ayah dalam kasus kematian bayi, kematian ibu akibat melahirkan, stunting, dan upaya memastikan bayi mendapatkan ASI eksklusif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Hari ayah harus menjadi momentum refleksi bagi laki-laki khususnya ayah terkait dengan beberapa isu yang sudah saya sebutkan dan bukan seremonial belaka apalagi glorifikasi atau memberi nilai lebih (valuing) peran ayah dan devaluing (tidak memberi nilai) pada peran ibu," ucap Hasyim saat dihubungi Tempo, Senin, 11 November 2019

Untuk itulah, menurut Hasyim yang mesti ditegaskan di awal soal pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama antara ayah dan ibu demikian halnya dengan urusan rumah tangga.

"Misalnya berbagi secara adil dalam memikul beban pengasuhan dan urusan rumah tangga harus dimulai dengan memberikan value (nilai) terhadap peran pengasuhan dan reproduksi," ucap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Walisongo ini.

Sebab, menurutnya selama ini peran pengasuhan dan pendidikan anak serta peran domestik lainnya dianggap tidak lebih bernilai dari kerja-kerja mencari nafkah. Padahal, kehadiran ayah dan ibu dalam proses pendidikan anak berpengaruh penting terhadap tumbuh kembang dan karier akademik anak.

"Tidak hanya itu, anak-anak yang melihat ayah dan ibunya berbagi peran akan memiliki pandangan terbuka terkait dengan peran gender yang akan membuat anak lebih adaptif terhadap perubahan," lanjutnya.

Hal penting lainnya adalah, ayah yang hadir dalam pendidikan dan berperan dalam urusan rumah mendampingi ibu juga akan memiliki ikatan emosional yang lebih baik dan anak akan mengingat ayah secara positif.


 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus