Ketika pasukan militer Amerika tengah berlaga di pentas Perang Vietnam, seorang wanita Amerika menulis sebuah esai Trip to Hanoi. Isi karangan itu menistakan Amerika Serikat dan memuji Vietnam Utara. Vietnam Utara, kata penulisnya, adalah ''masyarakat yang punya etika'', sedangkan Amerika adalah ''negeri yang keranjingan membedakan ras''. Penulis artikel itu adalah Susan Sontag, perempuan kelahiran New York tahun 1933, yang Juli lalu datang ke Sarajevo menyutradari Menunggu Godot. Trip to Hanoi bukanlah tulisan pertama Sontag yang menyebabkan ia pada akhir tahun 1960-an dinobatkan sebagai juru bicara terdepan bagi rakyat Amerika. Sontag memang melompat jauh dari kriteria artistik yang tradisional. Ia punya kepekaan sendiri, yang menjadi gayanya. Masa kecilnya pahit. Ia dan adiknya diasuh kerabat orang tuanya karena orang tuanya berdagang bulu binatang di Kota Tianjin, Cina. Ketika umurnya enam tahun, ayahnya meninggal karena TBC. Ibunya membawanya ke Tuscon, Arizona. Di sana ibunya kawin lagi dan membawa keluarganya ke pinggiran Los Angeles, California. Setelah lepas SMA di Hollywood utara pada usia 15 tahun, Sontag masuk Universitas California di Berkeley. Setahun kemudian ia pindah ke Universitas Chicago -- dan mendapat gelar sarjana muda. Di sana ia menikah dengan Philip Rieff, ahli psikologi sosial dan sejarah budaya, 1950. Gelar masternya didapat di Universitas Harvard -- dengan pujian. Tapi gelar doktornya belum dicapai karena ia tak menulis disertasinya. Tampaknya ia lebih suka mengajar dan memang tercatat sebagai dosen di beberapa universitas. Sebagai penulis, novel pertamanya, Benefactor, lahir 1963. Buku fiksi eksperimental itu menyuarakan pikiran penulis-penulis drama terkenal seperti Samuel Beckett, Dostoevsky, dan Kafka. Novel keduanya, Death Kid, diterbitkan empat tahun kemudian. Sekembalinya dari Vietnam tahun 1968, ia merasa ada trauma dalam pikirannya, yang membuat ia sulit untuk menulis lagi. ''Maka saya memutuskan untuk membuat film,'' kata ibu satu anak ini. Film pertamanya, naskahnya ditulis dan disutradarai sendiri, Duet for Cannibals. Film itu disponsori produser Swedia tapi diputar pertama kali di Festival Film New York 1969. Setelah ia menetap kembali di New York, ia baru menulis lagi. Tapi karyanya kali ini berbentuk cerita pendek. Cerpen-cerpen itu dimuat di majalah berkelas seperti New Yorker, The Atlantic, dan American Review. Kumpulan cerpennya, antara lain, I, etcetera (1978). Namun ia rupanya sulit menyimpan kritik atas apa yang dilihatnya. Ia kembali menulis esai, dan tak terbatas pada satu kesenian saja. Ia antara lain menulis kritik seni foto dalam On Photography. Buku ini memenangkan penghargaan National Book Critics Circle. Setelah mendapat musibah kanker, Sontag -- yang berobat ke Prancis -- menulis buku Illness as Metaphor. Buku itu, yang lahir dari perasaannya ketika hampir bersentuhan dengan kematian, dianggap karya sastra yang piawai. Dalam buku, Sontag menyimpulkan bahwa orang sekarat lebih banyak yang mati oleh teror pikiran-pikirannya sendiri ketimbang ganasnya penyakit. Sontag kini tinggal di Manhattan, dekat dengan kantor penerbit yang salah satu editornya adalah anaknya sendiri.BSU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini