Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lari, berapa pun kecepatan ataupun durasinya dapat mengurangi risiko kematian secara keseluruhan sekitar 30 persen dan 45 persen akibat penyakit jantung atau stroke. Begitu menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang yang berlari kurang dari satu jam dalam seminggu mendapatkan manfaat kesehatan yang sama seperti orang yang berlari lebih lama, apa pun jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, kondisi kesehatan, atau status merokoknya. Para peneliti mengatakan hal ini lebih baik dibandingkan latihan moderat selama 150 menit atau 75 menit latihan penuh semangat selama seminggu seperti yang direkomendasikan Departemen Kesehatan Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Lebih lama berlari mungkin tidak lebih baik dalam hubungannya dengan manfaat bagi kesehatan," ujar asisten profesor dari Universitas Negeri sekaligus ketua penulis studi, Lee Duck-chul, seperti dilansir USA Today.
Para peneliti menemukan, di samping mengurangi risiko kematian, berlari juga bisa memperpanjang usia harapan hidup. Menurut mereka, rata-rata orang yang senang berlari atau pelari dapat hidup tiga tahun lebih lama dibandingkan yang bukan pelari.
"Studi memberitahu kalau melakukan latihan jelas lebih baik dibandingkan tidak melakukan apa pun," kata profesor dari Northwestern University Feinberg School of Medicine sekaligus kardiolog di Asosiasi Jantung Amerika, Clyde Yancy.
Sementara itu, menurut kardiolog lain sekaligus wakil penulis studi, Carl Lavie, berlari secara konsisten bahkan dapat mengimbangi faktor risiko kematian lain, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, dan merokok.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti memeriksa lebih dari 50 ribu orang dewasa berusia 18-100 tahun selama lebih dari 15 tahun. Mereka menggunakan data dari Aerobics Center Longitudinal Study.
Dalam studi itu, para partisipan menyelesaikan kuesioner mengenai kebiasaan lari mereka. Berdasarkan sampel, sekitar 24 persen partisipan dilaporkan menjadikan lari sebagai bagian dari latihan saat senggang.
Para peneliti juga menemukan partisipan yang lari terus menerus selama lebih dari enam tahun mendapatkan manfaat kesehatan yang paling signifikan, yakni 29 persen lebih rendah berisiko meninggal secara keseluran dan 50 persen lebih rendah meninggal karena penyakit kardiovaskular.
Ilustrasi pelari. Shutterstock
Lavie mengatakan studi ini hanya memeriksa lari sebagai latihan yang dilakukan saat senggang. Menurutnya, latihan fisik dapat diterjemahkan dalam aktivitas lain, seperti bersepeda atau berjalan. Bagaimanapun, lari lebih intens dibandingkan aktivitas lain.
Jika berjalan, maka Anda harus melakukan dua kali lebih jauh. Sementara jika bersepeda, maka Anda harus melakukannya 3-4 kali lebih jauh. Lavie menyarankan, orang yang ingin memulai melakukan lari memulainya perlahan, yakni dengan berjalan, lalu melakukan jogging, dan berlari.
Menurut Lavie, waktu sempurna melakukan latihan sekitar 30-40 menit per hari. Namun, studi ini menunjukkan orang-orang masih bisa mengurangi risiko kematian hanya dengan melakukannya lima menit per hari.
Artikel lain:
Tips buat yang Ingin Ikut Lomba Lari Maraton
"Studi ini memberikan informasi yang bagus bagi orang-orang yang sering beralasan tidak melakukan lari karena tidak memiliki cukup waktu," ujarnya.
Di samping itu, para peneliti melakukan analisis tambahan untuk memeriksa pentingnya lari dan kebugaran fisik dibandingkan prediktor kematian lain.
"Kebugaran sebagian besar meniadakan efek samping faktor risiko kardiologis. Kebugaran dapat menjadi prediktor terkuat untuk bertahan hidup," ungkap Lavie.