Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Langkah Mengatasi Masalah Keluarga yang Tepat Menurut Psikolog

Setiap masalah keluarga perlu diselesaikan secara berjenjang mulai dari keluarga inti.

9 Juni 2020 | 20.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi ibu berbicara dengan anak. Freepik.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Masalah keluarga Krisdayanti dengan kedua anaknya Aurel dan Azriel Hermansyah mencuri perhatian publik. Penyanyi sekaligus anggota DPR itu membuat klarifikasi di media sosial tentang kondisi hubungannya dengan kedua anaknya tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyanyi 45 tahun itu menjelaskan kalau dia berusaha memperhatikan anak-anaknya, baik Aurel, Azriel, Amora, Kellen, hingga anak-anak tiri Raul Lemos. "Dalam setiap kesempatan, sesibuk apapun waktu saya, selalu saya upayakan perhatian khusus untuk semua anak-anak baik yang bersama saya maupun Aurel dan Azriel," tulis Krisdayanti di Instagram, Minggu 7 Mei 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun klarifikasi tersebut dinilai tidak imbang. Azriel pun menyanggah pernyataan Krisdayanti di media sosial. Menurut Psikolog Anisa Cahya Ningrum setiap pengguna media sosial perlu menyadari bahwa ada batasan dalam ruang lingkup yang perlu disepakati bersama ketika sedang mengalami konflik dalam keluarga.

Yang pertama, setiap orang perlu menyadari bahwa ada batasan ruang lingkup yang perlu disepakati bersama ketika sedang mengalami konflik dalam keluarga. Setiap permasalahan, perlu diselesaikan secara berjenjang mulai dari keluarga inti.

"Jika mengalami kebuntuan, maka areanya bisa diperluas, dengan meminta bantuan keluarga dekat, yang sekiranya bisa membantu. Jika masih belum terselesaikan, maka sudah saatnya meminta bantuan seorang konselor, agar ditangani secara profesional," saran Anisa saat dihubungi Tempo.co, Senin 7 Juni 2020.

Sebelum sampai di titik klimaks, lebih baik kenali gejala-gejala awal konflik keluarga, dan segera lakukan langkah khusus untuk mengatasinya. Misalnya, anak sudah mulai protes ketika merasa pesannya tidak ditanggapi. Jika ini terjadi, orang tua perlu menganggap ini sebagai lampu kuning untuk segera mengubah strategi.

"Kita tidak bisa “meminta permakluman” pada anak, bahwa kita tidak 24 jam memegang HP. Yang perlu kita lakukan adalah segera menghentikan aktivitas, dan segera menemui anak (baik langsung maupun virtual) untuk menunjukkan respon positif atas keluhannya tersebut," lanjutnya.

Awali dengan permintaan maaf, lalu segera tanyakan apa yang dia inginkan. Usahakan untuk menyelesaikan masalah sesegera mungkin. Jangan menunda-nunda melakukan klarifikasi, karena penundaan akan dinilai anak sebagai ketidakpedulian dan minimnya perhatian dari orang tua.

 

EKA WAHYU PRAMITA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus