Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya angka bunuh diri pada veteran perang Amerika Serikat telah menjadi perhatian khusus nasional. Hampir 95 persen pelakunya adalah laki-laki dengan pemicu terbanyak adalah masalah keluarga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rasio angka bunuh diri pada masyarakat sipil adalah 4:1 pada laki-laki dan perempuan. Namun di kalangan veteran rasionya adalah 24:1, begitu menurut data yang dikeluarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Administrasi Veteran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekitar 90 persen veteran bunuh diri segera setelah ada masalah keluarga," kata Jen Satterly, salah satu pendiri All Secure Foundation di St. Louis, Missouri, yang membantu para veteran melawan stres pascatrauma (PTS). Pendiri lainnya, Tom Satterly, adalah suaminya yang juga veteran perang dan kisahnya menginspirasi film "Black Hawk Down".
"Para veteran tak berpikir soal perang saat mengakhiri hidupnya. Mereka biasanya berpikir, 'Saya ini monster dan keluarga akan lebih baik tanpa saya," ujar Satterly kepada Fox News Digital.
Dipicu banyak faktor
Pemicu depresi dan bunuh diri pada veteran perang beragam faktor, di antaranya lama hidup jauh dari rumah, pasangan, dan anak -- situasi yang membuat stres, bahkan dalam kondisi yang sehat sekali pun. Lamanya perpisahan bisa memicu pikiran kegagalan dalam hubungan, termasuk trauma perceraian dan kehilangan akses terhadap anak, termasuk hak asuh. Pemicu lain adalah stres pascaperang.
"Kehilangan hak asuh anak biasanya jadi puncak pemicu. Orang biasanya sudah merasa sangat menderita sebelum memutuskan mereka tak sanggup lagi dan mencari jalan keluar," jelas Dr. Kathy Nickerson, psikolog klinis di California.
Pilihan Editor: Manfaat Menjaga Hubungan dengan Teman Masa Kecil, Sahabat Sejati