Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengapa DKI Pilih Kembangkan Pengolahan Sampah RDF Daripada Lanjutkan ITF Sunter?

Daripada melanjutkan ITF Sunter untuk pengolahan sampah, DKI Jakarta memilih untuk mengembangkan teknologi RDF. Apa alasannya?

30 Juli 2023 | 17.32 WIB

Foto udara pembangunan fasilitas pengelolaan sampah Landfill Mining dan RDF Plant di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 10 Oktober 2022. Pembangunan fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) untuk mengubah endapan sampah menjadi bahan bakar tersebut pembangunannya telah mencapai 83 persen dan ditargetkan selesai pada Desember 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Foto udara pembangunan fasilitas pengelolaan sampah Landfill Mining dan RDF Plant di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Senin, 10 Oktober 2022. Pembangunan fasilitas Refuse Derived Fuel (RDF) untuk mengubah endapan sampah menjadi bahan bakar tersebut pembangunannya telah mencapai 83 persen dan ditargetkan selesai pada Desember 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto menyatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lebih memilih untuk fokus mengembangkan pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau dikenal dengan refuse derived fuel (RDF)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut Asep, pengembangan sampah menjadi RDF jauh lebih murah daripada pengolahan sampah menjadi intermediate treatment facility (ITF) yang rencananya akan dibangun di Sunter, Jakarta Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Biaya operasional murah, kemudian juga pembangunan lebih cepat. Lalu, hasilnya pun bisa kami jual ke pabrik semen," ujar Asep seperti dikutip dari Antara, Rabu, 26 Juli 2023.

Saat ini, Pemprov DKI telah mengoperasikan RDF pertama di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. RDF yang kedua selanjutnya akan dibangun di Rorotan, Jakarta Utara dan Pegadungan, Jakarta Barat.
 
Pemprov DKI Jakarta sebenarnya sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 577 miliar dari APBD 2023 sebagai modal awal pengerjaan ITF Sunter.
 
Pembangunan ITF, kata Asep dinilai memakan anggaran yang cukup besar. Sehingga harus dikesampingkan terlebih dahulu. Karena itu, ia membantah bila Pemprov DKI disebut menghentikan proyek ITF Sunter.
 
"ITF memang pembangunannya butuh waktu tiga tahun. Investasinya saja bisa empat kali lipat lebih besar dari RDF. Biaya operasional juga jauh lebih tinggi," ucap Asep.
 
Sebelumnya, RDF plant dapat menghasilkan produk yang bisa dibeli oleh pabrik semen dan PLN sehingga secara tidak langsung operasional dari proses tersebut bisa dibiayai secara mandiri dan tidak membebani pemerintah.
 
"Ternyata dari apa yang sudah DLH lakukan dengan pembangunan fasilitas RDF di Bantargebang, dari investasi enggak semahal ITF. kemudian, dari sisi pengeluaran Pemda, tidak semahal ITF," ucap Asep.
 
Diketahui, RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers atau pencacahan menjadi ukuran yang lebih kecil agar bisa dibentuk menjadi pelet.
 
Hasilnya akan dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran recovering batu bara untuk pembangkit tenaga listrik.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus