Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Minyak Jelantah Aman Dipakai Kembali, Asalkan Memenuhi 3 Kriteria Ini

Minyak jelantah bukannya haram digunakan, hanya saja pengaplikasiannya sangat tergantung pada banyak hal

7 Agustus 2020 | 05.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Minyak goreng yang sudah digunakan berulang kali dikenal dengan istilah minyak jelantah. Warnanya cokelat tua hingga kehitaman, ditambah bau tengik karena proses oksidasi alias pemanasan yang berulang-ulang. Tak heran jika makanan yang diolah dengan minyak jelantah akan memiliki rasa yang juga tengik. Selain itu, nilai gizi yang dikandung makanan itu juga akan menurun, bahkan dapat berbahaya bagi kesehatan Anda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika minyak nabati dipanaskan berulang-ulang, terjadi proses oksidasi yang menghasilkan radikal bebas dan senyawa toksik yang dapat meracuni tubuh manusia. Radikal bebas ini bersifat sangat reaktif terhadap tubuh, yakni dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup di dalam tubuh, seperti protein, gugus nonprotein, lipid, karbohidrat, dan nukleotida.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jahatnya lagi, efek buruk dari radikal bebas ini tidak akan terlihat dalam waktu dekat karena zat destruktif tersebut akan menghancurkan sel secara perlahan. Seiring bertambahnya usia, efek radikal bebas ini akan semakin terasa, Anda akan lebih rentan terkena stres oksidatif, dan mengalami kerusakan sel karena tubuh tidak mampu lagi melawan radikal bebas ini.

Ketika radikal bebas yang ada pada minyak jelantah ini sudah merusak tubuh, maka Anda dapat mengalami berbagai macam penyakit, seperti:
- Penyakit kardiovaskular yang muncul akibat tersumbatnya arteri jantung
- Penyakit yang berhubungan dengan sistem imun, seperti rheumatoid arthritis dan kanker
- Penyakit yang menyerang sistem saraf pusat (otak maupun sumsum tulang belakang), seperti Alzheimer dan demensia
- Katarak dan penurunan kemampuan indera penglihatan
- Penuaan dini (kulit keriput, kusam, rambut memutih atau rontok)
- Diabetes
- Penyakit genetik, seperti penyakit Huntington atau Parkinson.

Namun minyak jelantah bukannya haram digunakan, hanya saja pengaplikasiannya sangat tergantung pada banyak hal. Menurut Health Promotion Board Singapura (badan yang mengampanyekan pola hidup sehat), minyak jelantah aman digunakan jika memenuhi syarat berikut ini. 

Kriteria minyak jelantah yang aman digunakan

1. Belum pernah dipanaskan lebih dari dua kali

Minyak yang terlalu sering digunakan akan semakin rentan menghasilkan radikal bebas pada masakan, sedangkan kandungan vitamin dan antioksidannya kian sedikit.

2. Tidak berwarna pekat

Jika minyak jelantah sudah berwarna cokelat atau bahkan hitam, jangan digunakan lagi untuk memasak.

3. Tidak berbau

Bau tengik menandakan minyak sudah tidak layak pakai, begitu pula jika minyak tersebut terlihat kental atau lengket.

Setelah menggoreng, minyak jelantah yang masih terlihat bening dapat disaring agar remah-remah sisa masakan sebelumnya tidak ikut tersimpan. Anda bisa menggunakan saringan yang terbuat dari stainless steel atau kain bersih untuk menyaring remah ini. Pastikan Anda menyimpan minyak jelantah di wadah tertutup sehingga tidak terpapar udara maupun cahaya. Bila perlu, Anda dapat menyimpannya di kulkas menggunakan ice tray agar bisa langsung digunakan sesuai porsi yang Anda butuhkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus